44
Berdasarkan pemaparan berbagai pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang dijalani oleh individu pada usia belasan tahun. Masa remaja merupakan masa perkembangan secara pesat pada aspek fisik, kognitif dan psikososial.
2. Batasan Usia Remaja
Terdapat beberapa mendapat berbeda terkait batasan usia remaja berikut ini beberapa pendapat dari peneliti yang berbeda :
Pertama, Konopka dalam Syamsu Yusuf 2006 : 184 menyebutkan bahwa masa remaja meliputi a remaja awal : dengan usia 12- 15 tahun, b
remaja madya: dengan usia 15 – 18 tahun dan c remaja akhir : dengan usia
19 – 22 tahun.
Kedua, Hurlock dalam Rita Eka Ezzaty, dkk, 2010: 124 memaparkan bahwa awal masa berlangsung kira-kira dari tigas belas tahun sampai enam
belas tahun atau tujuh belas tahun. Akhir masa remaja bermula dari usia enam belas atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang
secara huku. Ketiga, Papalia, Old Feldman 2008 ; 534 berpendapat bahwa masa
remaja dimulai pada usia sebelas atau sebelas tahun sampai masa remaja akhir atau awal usia dua puluhan.
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa masa remaja berlangsung pada usia dua belas tahun hingga usia dua
45
puluh tahun. Sedangkan untuk remaja usia Sekolah Menengah Atas adalah remaja dengan rentang usia antara 14 atau 15 tahun hingga usia 18 tahun.
3. Aspek Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Fisik dan Psikoseksual Masa remaja ditandai
dengan percepatan pertumbuhan fisik. Perkembangan fisik ini berupa berat badan dan tinggi badan yang berjalan
paralel dipengaruhi oleh hormon yaitu hormon mammptropik, serta hormon gonadotropik kelenjar seks yang mempengaruhi peningkatan pertumbuhan
dan perkembangan ciri-ciri seks primer dan sekunder. Rita Eka Izzaty .2008:127.
Ciri-ciri seks primer dan sekunder pada remaja laki-laki dan perempuan berbeda. Pada remaja laki-laki, ciri-cirik seks primer ditandai dengan
pertumbuhan testis hingga mencapai tingkat kematangan penuh pada usia 20- 21 tahun. Proses pematangan organ-organ seks pada laki-laki ini
menyebabkan terjadinya mimpi basah yang disampaikan oleh Syamsu Yusuf 2009:195 terjadi pada usia sekitar 14-15 tahun. Sedangkan pada remaja
perempuan, ciri-ciri seks primer ditandai dengan adanya tanda kematangan seksual berupa tumbuhnya payudara dan
menarche,
munculnya menstruasi pertama. Menurut Wade Tavris 2007:265 mulainya pubertas tergantung
dari faktor baik biologis maupun lingkungan. Menstruasi pertama misalnya, tergantung dari lemak tubuh pada anak perempuan yang diperlukan untuk
mempertahankan kehamilan.
46
Ciri-ciri seks sekunder pada remaja pun juga berbeda pada laki-laki dan perempuan. Pada remaja laki-laki akan nampak ciri-ciri sekunder berupa
tumbuhnya rambut atau buku di sekitar kemaluan dan ketiak, terjadinya perubahan suara, tumbuhnya kumis dan tumbuhnya jakun. Sedangkan pada
perempuan akan ditandai dengan tumbuhnya rambut atau bulu pada kemluan dan ketiak, bertambah besarnya payudara dan bertambah besarnya pinggul.
Terdapat perubahan psikologis dalam jumlah besar yang menyertai perkembangan pubertas remaja. Perkembangan fisik dan seksual yang begitu
cepat sering kali menimbulkan kegusaran batin yang cukup mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya
Monks, 2002:268. Citra tubuh merupakan salah aspek psikologis dari pubertas yang pasti muncul pada laki-laki dan perempuan adalah praokupasi
perhatian remaja terhadap tubuhnya McCabe Ricciardelli dalam Santrock.2007:91. Di masa pubertas, remaja mengembangkan citra
individual mengenai seperti apakah tubuhnya itu. Preokupasi terhadap citra tubuh ini cukup kuat di masa remaja; secara khusus kecenderungan ini
menjadi akut di masa pubertas. b. Aspek Perkembangan Kognitif
Berdasarkan teori kognitif Piaget, remaja memasuki tahapan pemikiran operasi formal yang merupakan tahap keempat dan terakhir dari
perkembangan kognitif menurut Piaget Santrock,2007:126. Pada tahap ini remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman-pengalaman-pengalaman yang
aktual atau konkret sebagai titik tolak pemikirannya. Mereka dapat
47
menciptakan situasi-situasi fantasi , peristiwa-peristiwa yang murni berupa kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau hanya berupa proporsi abstrak dan
mencoba menalar secara logis mengenainya. Apabila ditinjau dari implikasi tahapan operasional formal dari Piaget
pada remaja, maka remaja telah memiliki kemampuan untuk introspeksi berpikir kritis tentang dirinya, berpikir logis pertimbangan terhadap hal-hal
yang penting dan mengambil kesimpulan, berpikir berdasarkan hipotesis adanya pengujiann hipotesis, menggunakan simbol-simbol, berpikir yang
tidak kakufleksibel berdasarkan kepentingan. Rita Eka Izzaty,2008:133. c. Aspek Perkembangan Emosional
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut sebagai masa badai dan topan
storm and stress
yaitu masa yang menggambarkan keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil
dan meledak-ledak. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Reed Larson dan Maryse Richards dalam Santrock 2007:201 bahwa remaja
melaporkan emosi yang lebih ektrem dan berlalu cepat dibandingkan orang tuanya.
Emosi yang meledak-ledak dan cepat berubah pada remaja menjadikan remaja sulit untuk mengendalikan emosinya. Hal ini menyebabkan kesulitan-
kesulitan baik pada diri remaja itu sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Meskipun begitu, menurut Sarwono, 2012: 99 emosi yang menggebu ini
bermanfaat untuk remaja itu terus mencari identitas dirinya. Hal ini
48
dikarenakan emosi yang sulit dikendalikan ini sebagiann disebabkan oleh konflik peran yang sedang dialami oleh remaja.
d. Aspek Perkembangan Sosial Remaja Perkembangan sosial remaja berdasarkan tulisan Poerwanti Widodo
2002: 116 merupakan masa perkembangan yang menjadi masalah penting dalam keseluruhan perkembangan remaja karena perkembangan sosial
merupakan salah satu ciri menonjol dalam kehidupan remaja. Pada masa ini, remaja mulai lebih banyak bergaul atau menghabiskan waktu dengan teman
sebayanya daripada dengan keluarga atau orang tua. Pergaulan dengan teman sebaya pada masa remaja mengembangkan sikap
konformitas Syamsu Yusuf, 2006:198 yaitu sebuah kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau
keinginan orang lain teman sebaya. Sikap konformitas ini dapat memberikan dampak baik positif maupun negatif. Apabila kelompok atau
teman sebaya yang diikuti atau diimitasi menampilkan sikap dan perilaku positif maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadi
yang baik pula. Sebaliknya, apabila kelompok atau teman sebaya menampilkan sikap dan perilaku negatif maka bukan tidak mungkin remaja
tersebut akan menampilkan sikap dan perilaku yang negatif pula. Selain ditinjau dari aspek-aspek di atas, ada lagi beberapa ciri remaja lain
baik yang bersifat spiritual maupun badaniah seperti yang disebutkan Soekanto dalam Taufik 2013:34-35 sebagai berikut :
49
a. Perkembangan fisik yang pesat sehingga laki-laki atau wanita tampak
semakin tegas, hal mana secara efektif ditonjolkan oleh para remaja sebagai perhatian jenis kelamin lain semakin meningkat. Oleh remaja
perkembangan fisik yang baik dianggap sebagai salah satu kebanggaan. b.
Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa atau yang dianggap lebih matang pribadinya.
Kadang-kadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu mengakibatkan masyarakat menganggap remaja sudah dewasa.
c. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan
dewasa walaupun mengenai masalah tanggungjawab secara relatif belum matang.
d. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial,
ekonomis maupun politis dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah.
e. Adanya perkembangan taraf intelektualitas dalam arti netral untuk
mendapatkan identitas diri. f.
Menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan atau keinginannya, yang tidak selalu sama dengan sistem kaidah dan nilai
yang dianut oleh orang dewara.
4. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja