20 3.
Apakah Merek dapat mempengaruhi Keputusan Pembelian Smartphone iPhone di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara?
4. Apakah Kelompok Referensi dapat Mempengaruhi Keputusan
Pembelian Smartphone iPhone di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Gaya Hidup, Merek dan Kelompok Referensi dapat mempengaruhi Keputusan Pembelian
Smartphone iPhone di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara. 2.
Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Gaya Hidup dapat mempengaruhi Keputusan Pembelian Smartphone iPhone di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3.
Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Merek dapat mempengaruhi Keputusan Pembelian Smartphone iPhone di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara. 4.
Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Kelompok Referensi dapat Mempengaruhi Keputusan Pembelian Smartphone iPhone di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
21
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Apple
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan yang berkaitan
dengan gaya hidup, merek dan kelompok referensi dapat meningkatkan keputusan pembelian terhadap smartphone iPhone yang ditawarkan oleh
perusahaan. 2.
Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti tentang gaya
hidup, merek dan kelompok referensi terhadap keputusan pembelian pada smartphone
iPhone. Bagi peneliti, penelitian ini juga merupakan sarana penerapan ilmu yang telah diperoleh selama belajar dalam meningkatkan
ilmu di bidang pemasaran. 3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan penelitian-
penelitian lebih lanjut dan dapat dijadikan referensi sebagai pembanding bagi penelitian sejenis.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu.
Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain,
berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Menurut Nugroho 2003:148, gaya hidup secara luas didefinisikan
sebagai gaya hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka aktivitas apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya
ketertarikan, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia disekitarnya pendapat. Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan
masyarakat yang lainnya. Bahkan, dari masa ke masa gaya hidup suatu individu atau kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Namun demikian,
gaya hidup tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu tertentu gaya hidup relative permanen.
Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri-ciri unit tersendiri. Walaupun demikian, gaya
hidup akan sangat relevan dengan usaha-usaha pemasar untuk menjual produknya. Menurut Kotler dan Amstrong 2008:170, gaya hidup adalah pola hidup
seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya. Gaya hidup
Universitas Sumatera Utara
23 melibatkan pengukuran dimensi AIO utama pelanggan yaitu pertama
activities kegiatan pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, acara sosial, kedua
interest minat makanan, pakaian, keluarga, rekreasi dan ketiga
opinions pendapat tentang diri mereka, masalah sosial, bisnis, produk.
Menurut Supranto dan Limakrisna 2011:142, gaya hidup mempengaruhi segala aspek perilaku konsumsi seseorang konsumen. Gaya hidup seseorang
merupakan fungsi karakteristik atau sifat individu yang sudah dibentuk melalui interaksi lingkungan orang yang semula tidak boros hemat menjadi pemboros
setelah bergaul dengan orang-orang yang pemboros. Gaya hidup seseorang mempengaruhi perilaku pembelian, yang bisa menentukan banyak keputusan
konsumsi perorangan, jadi gaya hidup bisa berubah karena pengaruh lingkungan seperti terlihat pada Tabel 2.1. Pemasar dapat menggunakan analisis gaya hidup
yang terkait dengan wilayah hidup konsumen seperti sewaktu bereaksi diluar rumah membeli berbagai jenis produk. Selain itu pemasar juga bisa mempelajari
pola gaya hidup secara umum dari suatu populasi.
Tabel 2.1 Gaya Hidup dan Proses Konsumsi
Faktor Penentu Gaya Hidup Gaya Hidup
DampakPengaruh terhadap Perilaku
a. Demografik Bagaimana
kita hidup?
Pembelian b.
Sub-Kultur a. Kegiatan a. Bagaimana c.
Kelas-Sosial b. Interest b. Kapan d.
Motif c. Kesenangan c. Dimana e.
Kepribadian d. Sikap d. Apa f.
Emosi e. Konsumsi e. Dengan siapa g.
Nilai value f.
Harapan Konsumsi h.
Daur Hidup g.
Perasaaan a. Dimana i.
Kultur b.
Dengan siapa j.
Pengalaman sebelumnya c.
Bagaimana d.
Kapan
Sumber: Supranto dan Limakrisna 2011:143
Universitas Sumatera Utara
24
2.1.1.1 Nilai dan Gaya Hidup
Menurut Nugroho 2003:148, gaya hidup ditunjukkan oleh perilaku tertentu sekelompok orang atau masyarakat yang menganut nilai-nilai dan tata
hidup yang hampir sama. Gaya hidup yang berkembang di masyarakat merefleksikan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Untuk
memahami bagaimana gaya hidup, sekelompok masyarakat diperlukan program atau instrumen untuk mengukur gaya hidup yang berkembang.
2.1.1.2 Menggunakan Karakteristik Gaya Hidup dalam Strategi Pemasaran
Terdapat empat manfaat yang bisa diperoleh oleh pemasar dari pemahaman gaya hidup konsumen. Pertama, pemasar dapat menggunakan gaya hidup
konsumen untuk melakukan segmentasi pasar sasaran. Jika pemasar dapat mengidentifikasi gaya hidup sekelompok konsumen, maka berarti pemasar
mengetahui satu segmen konsumen. Misalnya produsen produk susu mengidentifikasi gaya hidup konsumennya. Kedua, pemahaman gaya hidup
konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk dipasar dengan menggunakan iklan. Ketiga, jika gaya hidup telah diketahui, maka pemasar dapat
menempatkan iklan produknya pada media-media yang paling cocok. Tentu saja ukuran kecocokan adalah media mana yang paling banyak dibaca oleh kelompok
konsumen itu, maka media itulah yang paling cocok. Keempat, mengetahui gaya hidup konsumen, berarti pemasar bisa mengembangkan produk dengan
mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka. Nugroho, 2003:148
Universitas Sumatera Utara
25
2.1.2 Merek
Merek adalah suatu nama, simbol, tanda, desain, atau gabungan diantaranya untuk dipakai sebagai identitas suatu perorangan, organisasi atau
perusahaan pada barang dan jasa yang dimiliki untuk membedakan dengan produk jasa lainnya. Menurut Kotler dan Keller 2009:258, merek adalah produk atau
jasa yang dimensinya memperkenalkan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.
Peran merek merupakan sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen individual atau organisasi untuk menuntut kinerjanya kepada
distributor yang melaksanakan fungsi yang berharga bagi perusahaan. Pertama merek menyederhanakan penanganan atau penulusuran produk dan yang kedua
merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat dengan mudah membeli produk kembali. Penetapan merek memberikan kekuatan
kepada produk dan jasa. Berdasarkan berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa merek
merupakan sesuatu yang dapat berupa tanda, gambar, simbol, nama, huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya untuk membedakan sebuah produk dengan produk pesaing melalui keunikan serta segala sesuatu yang dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan dengan
tujuan untuk menjalin sebuah hubungan yang erat antara konsumen dan perusahaan melalui sebuah makna psikologis. Pada suatu merek terdapat enam
jenis makna Kotler, 2008:259, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
26 1.
Atribut Merek pertama-tama membawa atribut-atribut tertentu ke dalam benak
seseorang. Mercedes akan memberi kesan mahal, berancang bangun dan berteknologi tinggi, kuat dan tahan lama, sangat bergengsi, nilai jual
kembali tinggi, gesit dan sebagainya. Perusahaan akan menggunakan satu atau beberapa dari atribut-atribut tersebut untuk mengiklankan mobilnya.
Selama bertahun-tahun Mercedes mengiklankan, “Direkayasa tidak seperti mobil – mobil lain di dunia.”
2. Manfaat
Sebuah merek lebih dari sekadar sekumpulan atribut. Pelanggan tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat.
3. Nilai-nilai
Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsennya, sehingga Mercedes berarti berkinerja tinggi, kemanan, gengsi, dan sebagainya.
Pemasar merek harus menemukan kelompok pembeli mobil tertentu yang mencari nilai-nilai tersebut.
4. Budaya
Merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman: terorganisasi, efisien, kualitas tinggi.
5. Kepribadian
Merek juga dapat memproyeksikan kepribadian tertentu. Apabila merek divisualisasikan dengan orang, binatang, atau sebuah obyek, apa yang akan
masuk ke dalam benak kita? Mercedes mungkin memberi kesan boss yang
Universitas Sumatera Utara
27 rasional obyek. Kadang-kadang ia mengambil kepribadian dari seseorang
yang terkenal atau seorang juru bicara. 6.
Pemakai Merek memberi kesan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan
produk tersebut. Kita akan terkejut menyaksikan seorang sekretaris berusia sekitar 20 tahun mengendarai sebuah Mercedes. Sebaliknya kita akan
berharap melihat seorang eksekutif puncak berusia sekitar 55 tahun berada di belakang kemudi. Para penggunanya adalah orang-orang yang
menghargai nilai, budaya, dan kepribadian dari produk tertentu.
Elemen merek brand element adalah alat pemberi nama dagang yang mengidentifikasikan dan mendeferensiasikan merek. Ada 6 kriteria utama untuk
memilih elemen merek : 1.
Dapat diingat, seberapa mudah elemen merek itu diingat dan dikenali. 2.
Berarti, apakah elemen merek itu menyiratkan sesuatu tentang bahan produk atau tipe orang yang mungkin menggunakan merek.
3. Dapat disukai, seberapa menarik merek itu disukai secara verbal, visual, dan
cara lain. 4.
Dapat ditransfer, apakah merek dapat digunakan untuk memperkenalkan produk dalam kategori yang sama atau berbeda.
5. Dapat disesuaikan, seberapa mudah merek itu disesuaikan dan diperbarui.
6. Dapat dilindungi, seberapa mudah merek itu dapat dilindungi secara hukum.
Universitas Sumatera Utara
28
2.1.3 Kelompok Referensi
Kelompok referensi disebut juga kelompok acuan. Menurut Sumawarman 2004:250, kelompok referensi reference group adalah seorang individu atau
sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam perspektif pemasaran, kelompok referensi adalah kelompok yang berfungsi
sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi.
Kotler dan Keller, 2009:170, kelompok referensi adalah semua
kelompok yang mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kelompok yang mempunyai pengaruh
langsung disebut kelompok keanggotaan. Beberapa dari kelompok ini merupakan kelompok primer, dengan siapa seseorang berinteraksi dengan apa adanya secara
terus menerus dan tidak resmi, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja. Masyarakat juga menjadi kelompok sekunder, seperti agama, profesional, dan
kelompok persatuan perdagangan, yang cenderung lebih resmi dan memerlukan interaksi yang kurang berkelanjutan. Kelompok referensi mempengaruhi anggota
setidaknya dengan tiga cara. Mereka memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang, mereka mempengaruhi sikap dan konsep diri, dan mereka
menciptakan tekanan kenyamanan yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek. Orang juga dipengaruhi oleh kelompok diluar kelompoknya. Kelompok
aspirasional adalah kelompok yang ingin diikuti oleh orang itu, kelompok
disosiatif adalah kelompok yang nilai dan perilakunya ditolak oleh orang lain. Jika pengaruh kelompok referensi kuat, pemasaran harus menentukan cara
menjangkau dan mempengaruhi pemimpin opini kelompok. Pemimpin opini
Universitas Sumatera Utara
29 adalah orang yang menawarkan nasihat atau infomasi informal tentang produk
atau kategori produk tertentu, misalnya mana yang terbaik dari beberapa merek atau bagaimana produk tertentu, misalnya mana yang terbaik dari beberapan
merek atau bagaimana produk tertentu dapat digunakan, pemimpin opini sering kali memiliki kepercayaan diri yang tinggi, aktif secara sosial, dan terlibat dalam
kategori produk. Pemasaran berusaha menjangkau para pemimpin opini dengan mengindentifikasi karakteristik demografis dan psikografis, mengidentifikasi
media yang mereka baca dan mengarahkan pesan kepada mereka. Menurut Supranto dan Limakrisna 2011:58, suatu kelompok referensi
meliputi satu orang atau lebih yang dipergunakan oleh seseorang sebagai basis atau dasar untuk perbandingan atau titik referensi didalam membentuk respon
afektif, kognitif dan pembentukan perilaku. Kelompok referensi dapat dikatakan banyaknya dari satu orang sampai ratusan orang dan mungkin bisa terwujud
tangible seperti orang sebenarnya actual people atau tak terwujud intangible atau simbolik kesuksesan pengusahapebisnis.
Isu yang penting untuk pemasaran berkenaan dengan pengaruh kelompok referensi meliputi hal-hal berikut:
1. Pengaruh jenis apa yang bisa ditimbulkan oleh kelompok referensi terhadap
individu perorangan. 2.
Bagaimana pengaruh kelompok referensi bisa berbeda lintas produk dan merek.
3. Bagaimana pemasar dapat menggunakan konsep kelompok referensi untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
30 Menurut Setiadi 2003:229 sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: 1.
Pengaruh Keluarga Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam keputusan
pembelian. Dengan mengabaikan kecenderungan anak usia belasan tahun yang sering memberontak pada orang tua, sebenarnya terdapat hubungan
yang kuat antara sikap orang tua dan sikap anaknya. Dari data yang ada terbukti bahwa sekitar kurang lebih 58 keputusan pembelian dipengaruhi
oleh anak-anak. 2.
Pengaruh Kelompok Kawan Sebaya Banyak studi yang memperlihatkan bahwa kawan sebaya mampu
mempengaruhi dalam perilaku pembelian. Kazt dan Lazarsfeld yang dikutip Assel dalam Setiadi 2003:229 menemukan bahwa pengaruh kelompok
kawan sebaya lebih memungkinkan mempengaruhi sikap dan perilaku pembelian dari pada iklan. Anak-anak usia belasan tahun sering melakukan
pembelian terhadap suatu produk karena teman sekolahnya telah membeli produk itu.
3. Pengalaman
Pengalaman masa lalu mempengaruhi sikap terhadap merek. Pengalaman penggunaan suatu merek produk pada masa lalu akan memberikan evaluasi
atas merek produk tersebut, bergantung apakah pengalaman itu menyenangkan atau tidak. Jika pengalaman masa lalu itu menyenangkan
maka sikap konsumen dimasa mendatang akan positif, tetapi jika pengalaman
Universitas Sumatera Utara
31 pada masa lalu itu tidak menyenangkan maka sikap konsumen di masa
mendatang pun akan negatif. 4.
Kepribadian Kepribadian konsumen mempengaruhi sikap. Sifat-sifat seperti suka
menyerang, terbuka, kepatuhan atau otoritarianisme mungkin mempengaruhi sikap terhadap merek dan produk. Individu yang agresif mungkin lebih
mungkin terlibat dalam persaingan olah raga dan akan membeli peralatan yang paling mahal dalam usahanya untuk mengungguli lawannya.
2.1.3.1 Analisa Kelompok Referensi
Kelompok referensi merupakan kelompok budaya dimana anggotanya berbagai makna budaya tertentu. Kelompok referensi bisa mempunyai
pengaruhdampak yang positif atau negatif pada konsumen. Banyak kelompok referensi menyatukan makna budaya positif yang diinginkan dan menjadi
kelompok referensi yang “associative” sehingga konsumen ingin menyamai atau melebihi emulate atau berafiliasi dengannya. Kelompok sosial lainnya
mewujudkan makna yang tidak disukai distasteful dan membantu sebagai suatu titik referensi dimana orang ingin menghindari, mereka kelompok sosial tersebut
menjadi kelompok referensi yang “dissociative”.
2.1.3.2 Jenis Pengaruh Kelompok Referensi
Sebagian besar orang menjadi anggota beberapa kelompok informal primer dan keanggotaan kelompok yang sedikit formal. Sebagai tambahan, orang sadar
tentang banyak kelompok sekunder lainnya, keduanya formal dan informal. Pada
Universitas Sumatera Utara
32 dasarnya orang mengenali dan mengafiliasi dengan kelompok referensi tertentu
untuk alasan, yaitu : 1.
Mendapatkan pengetahuan yang berguna 2.
Mendapatkan ganjaran rewards atau menghindari hukuman 3.
Memperoleh makna untuk membentuk, memodifikasi atau mempertahankan konsep diri mereka.
2.1.4 Keputusan Pembelian
Setiap manusia memiliki kebutuhan dan mereka berupaya untuk dapat memuaskan kebutuhan mereka. Ketika produk atau jasa mulai ditawarkan
perusahaan kepada konsumen, dengan menginformasikan mengenai produk tersebut, merek, harganya, promosinya sampai akhirnya akan menarik minat
konsumen, terakhir adalah bagaimana proses pembelian yang dilakukan konsumen tersebut. Keputusan pembelian adalah suatu proses dimana seseorang
rela menukarkan uang atau alat pembayaran lainnya untuk sebuah barang ataupun jasa yang akan memuaskan kebutuhannya.
Suatu keputusan dapat dibuat hanya jika ada beberapa alternatif yang dipilih. Apabila alternatif pilihan tidak ada maka tindakan yang dilakukan tanpa
adanya pilihan tersebut tidak dapat dikatakan membuat keputusan. Menurut Kotler dan Armstrong 2008:181, keputusan pembelian konsumen adalah
membeli merek yang paling disukai dari berbagai alternatif yang ada, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama
adalah sikap orang lain dan yang kedua faktor situasional yang tidak diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
33 Faktor kedua adalah faktor situasional. Oleh karena itu, preferensi dan niat
pembelian tidak selalu menghasilkan pembelian yang aktual. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Menurut Setiadi, 2003:341, mendefinisikan suatu keputusan
decision melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan atau
perilaku. Keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda.
Berdasarkan uraian Setiadi dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam
pemilihan alternatif perilaku yang sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih dan dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih
dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan merupakan perilaku yang ingin dilakukan
untuk dapat mencapai sasaran mereka, dan dengan demikian dapat memecahkan masalahnya, dengan kata lain proses pemecahan suatu masalah yang diarahkan
pada sasaran. Proses keputusan pembelian yang spesifik menurut Kotler dan Armstrong
2008:179 terdiri dari urutan kejadian berikut: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca
pembelian. Secara rinci tahap-tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
34 1.
Pengenalan masalah, yaitu konsumen menyadari akan adanya kebutuhan. Konsumen menyadari adanya perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan
kondisi yang di harapkan. 2.
Pencarian informasi, yaitu konsumen ingin mencari lebih banyak konsumen yang mungkin hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian
informasi secara aktif. 3.
Evaluasi alternatif, yaitu mempelajari dan mengevaluasi alternatif yang diperoleh melalui pencarian informasi untuk mendapatkan alternatif pilihan
terbaik yang akan digunakan untuk melakukan keputusan pembelian. 4.
Keputusan membeli, yaitu melakukan keputusan untuk melakukan pembelian yang telah diperoleh dari evaluasi alternatif terhadap merek yang
akan dipilih. 5.
Perilaku sesudah pembelian, yaitu keadaan dimana sesudah pembelian terhadap suatu produk atau jasa maka konsumen akan mengalami beberapa
tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini, antara lain meliputi:
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
NAMA JUDUL Variabel MetodeAlat
Analisis HASIL
Afrida Fatharani,
Nawazirul Lubis, Reni
Shinta Dewi. 2009
Pengaruh gaya hidup life style, harga
price, dan kelompok referensi reference
grup
terhadap keputusan pembelian
Variabel Independen:
Gaya hidup, harga, dan kelompok
referensi Penelitian
explanatory dan
analisis linier berganda
Secara simultan gaya hidup, harga dan kelompok
referensi berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk telepon seluler.
Universitas Sumatera Utara
35
NAMA JUDUL Variabel MetodeAlat
Analisis HASIL
telepon seluler
blackberry.
Variabel Dependen:
Keputusan Pembelian
Gaya hidup, harga, dan kelompok referensi
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian secara parsial.
Agus Rizal 2010
Analisis pengaruh grup referensi dan keluarga
terhadap keputusan pembelian ponsel
qwerty.
Variabel Independen:
Grup referensi dan Keluarga
Variabel Dependen:
Keputusan pembelian
Penelitian Deskriptif dan
analisis linier berganda
Dalam penelitian ini diketahui secara parsial
variabel grup referensi dan keluarga berpengaaruh
singnifikan terhadap variabel keputusan
pembelian. Secara simultan variabel grup referensi dan
keluarga berpengaruh signifikan terhadap variabel
keputusan pembelian.
Evanina Sinturi, Erida,
dan Ade Titi Nivita 2012
Pengaruh Kelompok Referensi dan Gaya
Hidup Terhadap Keputusan
Menggunakan Blackberry
Variabel Independen:
Kelompok referensi dan
Gaya hidup Variabel
Dependen: Keputusan
pembelian Penelitian
Deskriptif dan analisis linier
berganda Berdasarkan hasil
penelitian bahwa kelompok referensi dan gaya hidup
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian Blackberry
.
2.3 Kerangka Konseptual