29 aspek pendukung yang berpengaruh dalam upaya untuk mencapai
tujuan dari kebijakan pendidikan tersebut, seperti waktu, sumber- sumber yang cukup memadai, kesepakatan tujuan bersama, isi
kebijakan serta konteks implementasinya. Sedangkan dari beberapa teori implementasi kebijakan pendidikan tersebut, peneliti
menggunakan teori Grindle karena teori ini lebih komprehensif akan konteks kebijakan, khususnya menyangkut implementor, penerima
implementasi, dan kondisi sumber daya yang diperlukan.
3. Langkah-langkah Implementasi Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan sering tidak diformulasikan berdasar elemen-elemen yang perlu diintegrasikan secara sinergi, bukan sebagai
komponen yang terdikotomi artinya rumusan-rumusan tersebut telah memenuhi kriteria kebijakan yang utuh atau masih terlepas dari ruang
lingkupnya. Berikut tata urutan implementasi kebijakan pendidikan:
Gambar 2. Langkah-langkah Implementasi Kebijakan Pendidikan diadaptasi dari Dunn, 2004.
Kebijakan Pendidikan
Kebijakan Pendidikan Penjelas Program
Proyek
Kegiatan
Pemanfaat
30 Langkah-langkah dalam implementasi kebijakan pendidikan
tidak terdapat acuan yang baku. Namun apabila mengikuti alur berpikir sesuai kerangka Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara MEN-PAN No. PER04M-PAN42007 tentang Pedoman Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan Revisi
Kebijakan Publik di Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah, maka langkah-langkah yang ditempuh dalam implementasi
kebijakan pendidikan adalah sebagai berikut: a. Penyiapan implementasi kebijakan pendidikan 0-6 bulan,
termasuk kegiatan sosialisasi dan pemberdayaan para pihak yang menjadi pelaksana kebijakan pendidikan, baik dari kalangan
pemerintah atau birokrasi maupun masyarakat publik. b. Implementasi kebijakan pendidikan dilaksanakan tanpa sanksi
masa uji coba dengan jangka waktu selama 6-12 bulan dan disertai perbaikan atau penyempurnaan kebijakan apabila
diperlukan. c. Implementasi kebijakan pendidikan dengan sanksi dilakukan
setelah masa uji coba selesai, disertai pengawasan dan pengendalian.
d. Setelah dilakukan implementasi kebijakan pendidikan selama tiga tahun, dilakukanlah evaluasi kebijakan pendidikan.
31
4. Pendekatan dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan
Solichin dalam Arif Rohman 2012: 110-114 mengatakan ada empat pendekatan dalam implementasi kebijakan pendidikan yaitu:
a. Pendekatan Struktural Structural Approach
Pendekatan ini memandang bahwa kebijakan pendidikan harus dirancang, diimplementasikan, dikendalikan, dan dievaluasi
secara struktural. Pendekatan ini bersifat top-down atau dari atas ke bawah dan pendekatan ini lebih menekankan pentingnya komando
dan pengawasan menurut tahap atau tingkatan dalam struktural masing-masing organisasi. Kelemahan dari pendekatan struktural
ini adalah proses pelaksanaan implementasi kebijakan pendidikan menjadi kaku, terlalu birokratis, dan kurang efisien.
b. Pendekatan Prosedural dan Manajerial Procedural and Managerial Approach
Pendekatan prosedural dan manajerial tidak mementingkan penataan struktur-struktur birokrasi pelayanan yang cocok bagi
implementasi program, melainkan dengan upaya mengembangkan proses-proses dan prosedur-prosedur yang relevan. Termasuk
prosedur-prosedur manajerial beserta teknik-teknik manajemen. c.
Pendekatan Perilaku Behavioral Approach Pendekatan ini meletakkan dasar semua orientasi dari
kegiatan implementasi kebijakan pada perilaku manusia sebagai pelaksana, bukan pada organisasinya sebagaimana pendekatan
32 struktural atau pada teknik manajemennya sebagaimana
pendekatan prosedural dan manajerial. Pendekatan perilaku berasumsi bahwa upaya implementasi kebijakan yang baik adalah
bila perilaku manusia beserta segala sikapnya juga harus dipertimbangkan dan dipengaruhi agar proses implementasi
kebijakan tersebut dapat berlangsung baik. d.
Pendekatan Politik Political Approach Pendekatan ini lebih melihat pada faktor politik atau
kekuasaan yang dapat memperlancar atau menghambat proses implementasi kebijakan. Pendekatan politik dalam proses
implementasi kebijakan, memungkinkan digunakannya paksaan dari kelompok dominan. Proses implementasi kebijakan tidak bisa
hanya digunakan dengan komunikasi interpersonal saja sebagaimana disyaratkan oleh pendekatan perilaku, bila problem
konflik dalam organisasi tadi bersifat endemik. Hadirnya kelompok dominan dalam organisasi akan sangat
membantu, apalagi kelompok yang berkuasa atau dominan dalam kondisi tertentu mau melakukan pemaksaan, tentu akan sangat
diperlukan. Apabila tidak ada kelompok dominan, mungkin implementasi kebijakan akan berjalan secara lambat dan bersifat
inkremental. Dari berbagai pendekatan di atas, peneliti menggunakan
pendekatan prosedural dan manajerial Procedural and Managerial
33 Approach karena pendekatan ini tidak mementingkan penataan
struktur-struktur birokrasi pelayanan yang cocok bagi implementasi program, melainkan dengan upaya-upaya mengembangkan proses-
proses dan prosedur-prosedur yang relevan.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi