13
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan keilmuan dan wawasan terkait implementasi kebijakan
pendidikan berbasis budaya, khususnya untuk mata kuliah kultur sekolah, perubahan sosial dan pendidikan, pendidikan moral,
partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan, serta dapat memperbaiki kebijakan pendidikan yang ada agar sesuai kondisi
di lapangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat membantu dinas pendidikan untuk
mengetahui implementasi pendidikan berbasis budaya di SD Negeri Mendiro sebagai penunjang dalam memberikan kontribusi
yang positif guna meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya, sehingga upaya dalam pengembangan kebijakan tersebut dapat
terlaksana lebih optimal. b. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat membantu evaluasi atau refleksi pelaksanaan kebijakan pendidikan berbasis budaya di SD Negeri
Mendiro, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai peningkatkan pendidikan berbudaya.
14 c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang konstruktif untuk mengoreksi diri atas kekurangan-kekurangan
peneliti pada umumnya sebagai penelitian lanjutan, serta meningkatkan profesionalisme di dalam melakukan penelitian dan
menambah pengetahuan, serta mengetahui penerapan kebijakan pendidikan berbasis budaya di SD Negeri Mendiro Kabupaten
Kulon Progo.
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kebijakan Pendidikan 1. Pengertian Kebijakan Pendidikan
Arif Rohman 2009: 108 mengatakan bahwa kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan negara atau kebijakan
publik pada umumnya. Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengatur khusus regulasi berkaitan dengan penyerapan
sumber, alokasi, dan distribusi sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan. Kebijakan pendidikan educational policy
merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik
terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses publik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu
dalam menyelenggarakan pendidikan. Riant Nugroho 2008: 35-36 mengatakan bahwa kebijakan
pendidikan adalah kebijakan publik bidang pendidikan. Kebijakan pendidikan berkenaan dengan aturan yang mengatur pelaksanaan
sistem pendidikan, tercakup di dalamnya tujuan pendidikan dan cara mencapai tujuan tersebut. Kebijakan pendidikan harus sejalan dengan
kebijakan publik. Konteks kebijakan publik secara umum, yaitu kebijakan pembangunan, maka kebijakan pendidikan merupakan
bagian dari kebijakan publik. Kebijakan pendidikan dipahami sebagai
16 kebijakan di bidang pendidikan, untuk mencapai tujuan pembangunan
bangsa di bidang pendidikan sebagai satu dari tujuan bangsa secara keseluruhan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Mark Olsen, Codd, Anne- Maie O’Neil Tilaar, 2008: 267 mengemukakan, “sebagai upaya
pencapaian tujuan pembangunan, kebijakan pendidikan merupakan kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi negara-negara dalam
persaingan global, sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapatkan prioritas utama dalam era globalisasi.” Salah satu argumen utamanya
adalah bahwa globalisasi membawa nilai demokrasi. Demokrasi yang memberikan hasil adalah demokrasi yang didukung oleh pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai kebijakan pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
pendidikan merupakan suatu sikap dan tindakan yang diambil seseorang atau dengan kesepakatan kelompok pembuat kebijakan
sebagai upaya untuk mengatasi masalah dalam dunia pendidikan.
2. Tahap Kebijakan Pendidikan
Putt dan Springer dalam Syafaruddin 1989: 81 mengatakan ada tiga proses kebijakan yaitu formulasi, implementasi, dan evaluasi.
Ketiga proses tersebut diuraikan agar secara holistik makna kebijakan sebagai suatu proses manajemen dapat dipahami dengan baik. Tahap-
tahap kebijakan pendidikan dapat disampaikan dalam gambar sebagai berikut:
17 Gambar 1. Tahap-tahap Kebijakan Pendidikan
diadaptasi dari Syafaruddin, 2008. Tahap pertama dimulai dengan formulasi kebijakan. Formulasi
atau pembuatan kebijakan dalam pemerintahan termasuk aktivitas politis. Dalam konteks ini, aktivitas politis dijelaskan sebagai
pembuatan kebijakan yang divisualisasikan. Aktivitas politis itu berisi serangkaian tahap yang saling bergantung dan diatur menurut urutan
waktu, penyusun agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Formulasi kebijakan
mengandung beberapa isi penting yang dijadikan sebagai pedoman tindakan sesuai rencana yang mencakup kepentingan yang terpengaruh
oleh kebijakan, jenis, dan manfaat yang dihasilkan, pelaksanaan program, serta sumber daya yang dikerahkan Syafaruddin, 2008: 81.
Dwijowijoto dalam Syafaruddin 2008: 86 menjelaskan tahap kedua dalam proses kebijakan adalah implementasi kebijakan, dimana
pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Putt dan Springer dalam Syafaruddin 2008: 86
menjelaskan implementasi kebijakan adalah serangkaian aktivitas dan keputusan yang memudahkan pernyataan kebijakan dalam formulasi
terwujud ke dalam praktik organisasi. Formulasi
Kebijakan Implementasi
Kebijakan
E
valuasi Kebijakan
18 Evaluasi merupakan tahap ketiga dalam proses kebijakan.
Evaluasi kebijakan dilaksanakan sebagai proses untuk mengetahui sejauh mana keefektivan kebijakan guna dipertanggungjawabkan
kepada semua pihak terkait stakeholders. Dengan kata lain, sejauh mana tujuan kebijakan tesebut telah tercapai. Di sisi lain, evaluasi
digunakan untuk mengetahui kesenjangan antara harapan atau tujuan dengan kenyataan yang dicapai.
Putt dan Springer dalam Syafaruddin 2008: 88 menyatakan bahwa evaluasi merupakan langkah menerima umpan balik yang
utama dari proses kebijakan. Jadi, evaluasi kebijakan memberikan informasi yang memperbolehkan stakeholders mengetahui apa yang
akan terjadi berikutnya dari maksud kebijakan. Dalam kompleksitas lebih besar evaluasi dimaksudkan untuk mengidentifikasikan tingkat
keberhasilan pelaksanaan sesuai sasaran. Evaluasi dapat memberikan pemahaman terhadap alasan keberhasilan kebijakan atau kegagalan
dan dapat memberikan sasaran terhadap tindakan untuk memberdayakan pencapaian sasaran kebijakan. Tujuan evaluasi
kebijakan adalah mempelajari pencapaian sasaran dari pengalaman terdahulu, tanpa pengujian pelaksanaan dan hasil usaha ada sedikit
kemungkinan keberhasilan pelaksanaan program. Dunn dalam Syafaruddin 2008: 89 mengatakan evaluasi
kebijakan dapat disamakan dengan penaksiran appraisal, pemberian angka rating, dan penilaian assessment, kata-kata yang menyatakan
19 usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya.
Dalam arti yang spesifik, evaluation berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat kebijakan. Evaluasi kebijakan
memberikan informasi yang benar dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan
telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Evaluasi memberikan kontribusi pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang
mendasari pemilihan tujuan dan target. Selain itu, evaluasi kebijakan memberikan kontribusi pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya termasuk masalah dan rekomendasi. Tahap-tahap dalam kebijakan pendidikan terdapat tiga tahapan,
namun peneliti dalam penelitian ini menggunakan tahapan kebijakan pendidikan yang kedua yaitu implementasi. Tahap implementasi
dilakukan untuk mengetahui apakah kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah benar-benar layak atau aplikabel di lapangan dan berhasil
untuk menghasilkan output dan outcomes seperti yang telah direncanakan sebelumnya.
B. Kajian Implementasi Kebijakan 1. Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi merupakan suatu konsep tindak lanjut pelaksanaan kegiatan yang berupa program. Hal ini semakin
mendorong perkembangan konsep implementasi itu sendiri, di samping itu juga menyadari bahwa dalam mempelajari implementasi
20 sebagai suatu konsep akan dapat memberikan kemajuan dalam upaya-
upaya pencapaian tujuan yang telah diputuskan. Memahami apa yang telah terjadi setelah sebuah program
ditetapkan merupakan bagian dari implementasi kebijakan. Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang sangat menentukan
sekaligus menegangkan. Para ahli ilmu-ilmu sosial berpandangan bahwa proses implementasi kebijakan termasuk dalam bidang
pendidikan akan berlangsung lebih rumit dan kompleks dibandingkan dengan proses perumusannya. Proses pengimplementasian kebijakan
pendidikan melibatkan perangkat politik, sosial, hukum, maupun administratif atau organisasi dalam mencapai suksesnya implementasi
kebijakan pendidikan. Grindle, 1984 dalam Hasbullah, 2015: 92 menyatakan bahwa
implementasi kebijakan pendidikan bukan hanya bersangkut-paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam
prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi pendidikan, tetapi lebih dari itu. Implementasi kebijakan pendidikan juga
menyangkut masalah konflik kepentingan, keputusan, dan siapa yang memperoleh apa dari kebijakan pendidikan tersebut. Pengukuran
implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan kesesuaian pelaksanaan program dilihat pada aksi action program
berbasis proyek individual dan pencapaian program.
21 Pengukuran implementasi kebijakan pendidikan menjadi sangat
crucial. Bersifat crucial karena bagaimanapun baiknya suatu kebijakan, apabila tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik
dalam implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan bisa diwujudkan. Demikian pula sebaliknya, bagaimanapun baiknya
persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan apabila tidak dirumuskan dengan baik, maka tujuan kebijakan juga tidak akan bisa
diwujudkan. Untuk menghendaki tujuan kebijakan dapat dicapai dengan baik, maka bukan pada tahap implementasi saja yang harus
dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, tetapi juga tahap perumusan atau pembuatan kebijakan telah diantisipasi untuk dapat
diimplementasikan Widodo, 2013: 87. Dalam kamus Webster Wahab dalam Widodo, 2013: 86
mengatakan bahwa “Implementasi diartikan sebagai to provide the means for carrying out menyediakan sarana untuk melaksanakan
sesuatu to give practical effect to menimbulkan dampakakibat terhadap sesuatu. Implementasi berarti menyediakan sarana untuk
melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu tertentu.”
Implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn dalam Arif Rohman 2012: 106 dimaksudkan sebagai tindakan yang
dilakukan oleh individu-individupejabat-pejabat atau kelompok- kelompok pemerintahan atau swasta yang diarahkan kepada
22 pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu,
yaitu tindakan-tindakan yang merupakan usaha sesaat untuk mentransformasikan keputusan kedalam istilah operasional, maupun
usaha berkelanjutan untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang diamanatkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.
Selanjutnya, Arif Rohman 2012: 107 mengatakan implementasi kebijakan adalah :
Proses yang tidak hanya menyangkut perilaku-perilaku badan administratif yang bertanggungjawab untuk melaksanakan
program dan menimbulkan ketaatan kepada kelompok sasaran target group, melainkan juga menyangkut faktor-faktor
hukum, politik, ekonomi, sosial yang langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak
yang terlibat dalam program. Yang semuanya itu menunjukkan secara spesifik dari proses implementasi yang sangat berbeda
dengan proses formulasi kebijakan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan policy implementation merupakan suatu tindakan yang dilakukan guna tercapainya tujuan pendidikan biasanya
dalam bentuk program yang sudah direncanakan sebelumnya.
2. Teori Implementasi Kebijakan