3. Morfologi trembesi
Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m dan diameter mencapai 1-2 m. Pohon trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk umbel 12-
25 perkelompok berwarna pink dengan stamen panjang dalam dua warna putih dibagian bawah dan kemerahan dibagian atas yang berserbuk. Penyerbukan
dilakukan oleh serangga pada umumnya hanya satu bunga perkelompok yang dibuahi. Biji dalam polong terbentuk dalam 6-8 bulan dan setelah tua akan segera
jatuh. Polong berukuran 15-20 cm berisi 5-20 biji. Biji berwarna coklat kemerahan. Biji memiliki cangkang yang keras Staples and Elevitch, 2006.
4. Manfaat trembesi
Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39
kg CO
2
pohon setiap tahunnnya . Berdasarkan penelitian 1967-1971 di Venezuela, akar trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat. Fungsi
untuk mencegah kanker. Ekstrak daun trembesi memiliki kandungan antimikroba
terhadap Escherichia coli, Staphyloccus aureus, Candida albican dan Xanthomonas. Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh data bahwa trembesi mengandung tannin,
flavonoid, saponin dan terpenoid Prasad et al, 2008 ; Raghavendra et al, 2008.
B. Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik umumnya ditemukan pada tanaman, baik yang dapat dimakan ataupun yang tidak dapat di makan dan dilaporkan mempunyai sejumlah
aktivitas biologis Cheng, 2012. Senyawa fenolik dalam buah dan sayuran
memproduksi efek yang menguntungkan sebagai penangkap radikal. Telah banyak senyawa fenolik mempunyai aktivitas antioksidan dan dapat melindungi sel dari
kerusakan oksidatif akibat radikal bebas Wada and Ou 2002; Chun and Lee, 2003. Ekstrak buah, sayuran dan bahan-bahan lain yang kaya senyawa fenolik menarik bagi
kalangan industri makanan karena ekstrak ini mampu menunda kerusakan oksidatif senyawa-senyawa lemak dan mampu meningkatkan nilai nutrisi suatu makanan
Khakonen, Hopia, Vourela, Raula, Pihlaja, kujala, and Heinonen, 1999 . Senyawa fenolik atau polifenol merupakan metabolit sekunder yang
mempunyai cincin aromatik yang terikat dengan satu atau lebih substituent gugus hidroksi OH yang berasal dari jalur metabolisme asam sikimat. Termasuk dalam
kelompok senyawa fenolik atau polifenol adalah fenol sederhana, kumarin, tannin dan flavonoat. Dalam tanaman senyawa ini biasa dalam bentuk glikosida atau ester
Proestos, 2003. Senyawa fenolik tanaman paling banyak terdapat dalam bentuk aglikon, glikosida atau ester dan biasanya terdapat dalam vakuola sel Harborne,
1987. Metode penetapan fenolik total dengan pereaksi Folin-Ciocalteu ini pertama
kali dikembangkan pada tahun 1927 untuk analisis asam amino tirosin. Metode ini berdasarkan prinsip redoks dalam suasana basa yakni adanya senyawa fenolik akan
dioksidasi oleh reagen asam fosfomolibdat-tungstat menghasilkan senyawa berwarna yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal 745 sampai 750
nm. Metode penambahan natriun karbonat pada metode Folin-Ciocalteu ini bertujuan untuk membentuk suasana basa. Metode ini juga dapat mendeteksi semua
golongan fenolik yang terdapat dalam sampel. Kandungan fenoliknya dapat distandarisasi antara lain dengan asam galat, katekin, asam tanat dan asam kafeat
Prior, Ronald, Wu and Scharch, 2005. Senyawa-senyawa flavonoid merupakan senyawa alami dengan berbagai
macam struktur fenolik lebih dari 4.000 telah diindetifikasi dan kelompokkan sesuai struktur molekulnya Wilmsen, Spada, and Salvador, 2005. Klasifikasi flavonoid
ditemukan oleh pola substitusi dan hidroksi pada atom C3. Klasifikasi tersebut meliputi flavon, flavanon, flavonol, flavonolol, isoflavon aouron dan khalkon
Robinson, 1995. Senyawa polifenol banyak dijumpai hampir semua tanaman mulai dari fungi sampai angiospermae dan terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk
daun, akar, kayu, kulit bunga, buah dan biji Markham, 1970. Aktivitas senyawa flavonoid yang bermanfaat untuk kesehatan antara lain efek antioksidan,
antikarsinogenik, antiproliferatif, antiangoiogenik, antiinflamasi dan antiestrogenik. Berdasarkan sifat di atas banyak suplemen makanan atau produk herbal yang
mengandung flavonoid dapat diterima secara komersial pada saat ini Zhang and Morris, 2003.
Sifat digunakan untuk menggambarkan flavonoid, salah satunya adalah kemampuan flavonoid untuk beraksi sebagai antioksidan dengan menangkap radikal
bebas dan spesies oksigen reaktif lainnya. Aktivitas antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan oleh adanya gugus hidroksil fenolik dalam
struktur molekulnya. Ketika senyawa-senyawa ini bereaksi dengan radikal bebas, mereka membentuk radikal baru yang distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik.
Dengan demikian fase profagasi yang meliputi reaksi radikal berantai dapat dihambat Wilmsen et al, 2005. Selain itu, flavonoid dapat berfungsi sebagai penangkap
radikal hidroksil yang merupakan radikal yang paling reaktif. Flavonoid dapat beraksi sebagai antioksidan dengan menangkap radikal bebas melalui pemberian
atom hidrogen pada radikal tersebut. Kemampuan flavonoid untuk menangkap radikal DPPH Pokorny, Yanishlieva, and Gordon, 2001.
Ekstraksi flavonoid dari dalam simplisia tumbuhan dapat dilakukan dngan menggunakan pelarut polar, semi polar maupun non polar sesuai dengan kelarutan
flavonoid yang diekstraksi. Kelarutan flavonoid berbeda sesuai dengan golongan dan subsitusinya Robinson, 1995. Pelarut kurang polar digunakan untuk mengekstraksi
aglikon flavonoid, sedangkan pelarut yang lebih polar digunakan untuk flavonoid atau antosianin. Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus
hidroksi yang tidak tersubstitusi atau suatu gula. Oleh karena itu, umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton dan air
Markham, 1970.
C. Antioksidan