Spektrofotometri Landasan Teori PENELAAHAN PUSTAKA

dan dapat digunakan untuk menguji antioksidan hidrofilik maupun lipofilik Kedare and Singh, 2011. Uji penangkapan radikal DPPH mempunyai beberapa keterbatasan antaranya, radikal DPPH dapat berinteraksi dengan radikal lain dan kurva respons untuk mencapai kondisi tidak linier dengan rasio antioksidanDPPH yang berbeda. Selain itu DPPH sensitif terhadap basa lewis dan solven seperti oksigen. Absorbansi DPPH dalam metanol dan aseton menurun dibawah sinar matahari. DPPH juga memiliki keterbatasan dalam hal merefleksikan antioksidan dalam sistem emulsi dan tidak bermanfaat untuk mengukur antioksidan Kedare and Singh, 2011.

E. Spektrofotometri

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan atau direflesikan sebagai fungsi dari panjang gelombang Khopkar, 2002. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding Khopkar, 2002.

F. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif suatu simplisia dengan dengan pelarut tertentu. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode esktraksi adalah sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif serta kelarutan zat aktif dalam pelarut yang digunakan. Secara umum, ekstraksi secara berturut-turut mulai dari dengan pelarut non polar , kepolarannya menegah kemudian pelarut polar Depkes RI, 2000. Pada saat ekstraksi terjadi perpisahan massa komponen atau zat aktif dalam tanaman dari dalam sel kemudian ditarik oleh cairan penyari sehingga terlarut dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuh dengan penyari semakin luas Harborne, 1987. Perbedaan stuktur kimia dari bahan akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Pengetahuan mengenai kandungan senyawa aktif dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi secara tepat Depkes RI, 2000. Pelarut yang baik mempunyai persyaratan antara lain murah, non toksik, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan zat yang disari, tidak bercampur dengan air dan mudah didapatkan. Ekstraksi digolongkan menjadi ke dalam macam berdasarkan fase yang ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi cair-padat Snyder and Kirkldan, 1997. Ekstraksi terdiri dari beberapa metode yakni maserasi, perkolasi dan ekstraksi sinambung Soxhlet. Maserasi, perkolasi dan soxhelatsi merupakan metode penyarian dengan alat yang sering digunakan . Metode ekstraksi dingin dapat dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi karena tanpa disertai pemanasan sedangkan soxhletasi merupakan metode ekstraksi panas karena dalam proses disertai pemanasan Depkes RI, 2000. Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature kamar. Maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada kesetimbangan. Keuntungan metode ini adalah lebih mudah dan untuk senyawa yang bersifat termolabil. Kelemahan maserasi adalah jika konsentrasi senyawa aktif pada cari penyari telah jenuh maka senyawa zat aktif di dalam simplisia tidak dapat terekstraksi seluruhnya sehingga perlu diganti penyari baru Depkes RI, 2000. Pemisah senyawa aktif dalam ekstrak dapat dilakukan dengan partisi. Proses partisi sangat tergantung pada daya larut solut dalam dalam pelarut solven yang tidak saling campur dan berbeda polaritasnya. Prinsip partisi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam senyawa non polar. Senyawa aktif tersebut terpisah berdasarkan kelarutannya dalam dua macam pelarut yang tidak saling campur dan berbeda polaritasnya berdasarkan prinsip like dissolves like Snyder and Kirkldan, 1997. G.Validasi Metode Analisis Validasi metode analisis merupakan penilaian terhadap metode tertentu secara laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam penggunaannya. Parameter analisis yang digunakan untuk menvalidasi metode adalah linieritas, ketepatan accurary dan ketelitian precision Harmita, 2004. Tujuan akhir validasi metode analisis adalah untuk memastikan bahwa pengukuran dalam analisis yang akan dilakukan dapat memberikan hasil yang mendekati accepted true value untuk tiap penetapan analisis dalam sampel. Kesalahan dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil pengukuran nilai perhitungan dengan nilai sebenarnya. Namun pada dasarnya nilai kuantitas dari suatu pengukuran tidak dapat diketahui secara pasti Rohman, 2007. Validasi metode analisis digunakan untuk membuktikan bahwa metode analisis memenuhi spesifikasi kualitas data yang ditentukan dan kesalahan error berada dalam batas yang diijinkan. Pada dasarnya kesalahan dalam analisis terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Kesalahan nyata gross error Kesalahan nyata merupakan yang jelas dilakukan dan melibatkan kesalahan yang besar. Kesalahan ini tidak dapat ditolerir sehinnga untuk mengatasinya adalah dengan mengulang kembali percobaan yang dilakukan. Contoh kesalahan nyata adalah sampel tumpah, larutan pereaksi salah dan salah mengambil sampel Rohman, 2007. 2. Kesalahan sistemik Systematic error Kesalahan sistematik merupakan kesalahan dengan nilai definitif nilai tertentu, di mana hasil analisis yang mengandung kesalahan dapat mengarah ke arah yang lebih kecil atau ke arah yang lebih besar dari rata-rata Rohman, 2007. Kesalahan sistemik berhubungan dengan ketepatan yang berasal dari sumber yang diprediksi. Kesalahan sistematik tidak tergantung pada jumlah pengukuran sehingga dapat dikurangi dengan memperbanyak jumlah pengukuran. Kesalahan sistemik dinyatakan dengan nilai fungsi perolehan kembali recovery function. Kesalahan ini masih diperbolehkan apabila memenuhi syarat yang ditentukan. 3. Kesalahan acak random error Kesalahan acak disebut juga kesalahan yang tidak tergantung intermediate error yang tidak dapat diprediksi sehingga nilainya fluktuatif Rohman, 2007. Kesalahan ini kesalahan berhubungan dengan ketelitian yang berasal dari sumber yang tidak dapat diprediksi. Kesalahan acak berhubungan dengan nilai presisi dari suatu metode di mana dalam parameter koefisien variasi CV atau simpangan baku relatif RSD. Kesalahan ini masih diterima apabila nilai koefisien variasi atau simpangan baku masih di bawah batas yang diijinkan. Parameter untuk validasi sebagai berikut :

1. Linieritas

Linieritas merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk membuktikan bahwa metode korelasi yang baik dan proporsional terhadap respon instrument dan konsentrasi dalam sampel Harmita, 2004, lininearitas dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran pada beberapa analit. Nilai slope atau kemiringan b, intersep a dan kofisien korelasi dengan nilai mendekati 1 menunjukkan korelasi yang baik antara konsentrasi analit dan respon Harmita, 2004. Menurut Kingston 2004 suatu analisis dikatakan memiliki korelasi yang baik jika baik jika koefisien korelasi 0,99.

2. Presisi

Presisi adalah kedekatan hasil uji dengan memperoleh pengukuran dari berbagai contoh dalam kondisi normal. Presisi menunjukkan ukuran derajat kesesuaian antara hasil uji yang diukur melalui hasil penyebaran hasil uji rata-rata yang ditetapkan secara berulang pada sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Presisi dapat didapat tiga tingkatan, yaitu keterulangan repeatability, intermediate precision , dan reproducibility Ermer and Miller, 2005. Pada umumnya nilai presisi dihitung menggunakan standar deviasi SD untuk menghasilkan Relative Standard Deviasion RSD atau Coeficient Variation CV. Presisi yang baik dinyatakan dengan semakin kecil persen RSD maka nilai presisi yang didapatkan semakin bagus SD = − 2 �−1 x = nilai dari masing-masing pengukuran x mean = rata-rata mean dari pengukuran N = frekuensi penetapan N-1 = derajat kebebasan RSD = SD x mean x100 RSD = Standar deviasi relatif SD = Standar deviasi X mean = Rata-rata Gandjar dan Rohman, 2007. Tabel I. Nilai presisi yang dapat diterima menurut Kingston 2004 Kadar zat aktif Nilai RSD yang masih dapat diterima 10 2 1-10 5

0, 1-1 10

0, 1 20

3. Spesifisitas

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam sampel atau sering juga diartikan spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adaya komponen-komponen lain . Dalam artian metode preparasi sampel tidak boleh hanya membawa jumlah yang terukur dari sampel tetapi komponen yang bersama-sama dengan analit tidak boleh mengganggu dalam analisis Ohanesian et al, 2002.

H. Landasan Teori

Antioksidan merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Yang termasuk ke dalam golongan zat ini antara lain vitamin, polifenol, karotin dan mineral. Secara alami, zat ini sangat besar peranannya pada manusia untuk mencegah terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua ini itu dengan menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses oksidasi radikal bebas. Pada tanaman trembesi mengandung flavonoid dan senyawa fenolik yang kemampuan menangkap radikal bebas. Tanaman trembesi telah digunakan sebagai pengobatan tradisional di Venezuala dan biji trembesi biasa digunakan sebagai tempe untuk mengganti kedelai. Kadar fenolik pada sampel ditentukan oleh kemampuan sampel mereduksi reagen Folin-Ciocalteu yang mengandung senyawa asam fosfomolibdat-fosfotungstat berwarna kuning yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Warna ini dapat diukur intesitasnya dengan spektrofotometri visible.

I. Hipotesis

Fraksi air ekstrak etanol biji trembesi memiliki kandungan senyawa fenolik yang dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat pergram fraksi air ekstrak etanol biji trembesi dan aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam IC 50. 22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk eksperimental dengan rancangan acak sederhana karena subjek uji diberi perlakuan.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas berupa konsentrasi fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi. 2. Variabel tergantung berupa aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi. 3. Variabel pengacau terkendali berupa tempat tumbuh tanaman, waktu pemanenan, umur tanaman, dan cara panen. 4. Variabel pengacau tidak terkendali berupa cahaya matahari, iklim dan cuaca.

C. Definisi Operasional

1. Ekstrak etanolik biji trembesi adalah sari hasil proses maserasi biji trembesi dengan penyari etanol 70 . 2. Fraksi air adalah hasil fraksi ekstrak etanolik biji trembesi dengan menggunakan air yang telah difraksinasi menggunakan washbensin dan etil asetat. 3. Persen inhibition concentration IC adalah persen yang menyatakan kemampuan fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi untuk menangkap radikal DPPH.

Dokumen yang terkait

Potensi antioksidan filtrat dan biomassa hasil fermentasi kapang endofit colletotrichum spp. dari tanaman kina (cinchona calisaya wedd.)

2 23 82

Penetapan kandungan fenolik total fraksi air ekstrak etanolik beras hitam (Oryza sativa L. subsp. indica) dan aktivitas antioksidan dengan menggunakan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).

3 25 148

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol daun trengguli (Cassia fistula L.).

0 2 114

(jacq.) merr.) dan aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 difenil 2 pikrilhidrazil (dpph)

0 2 122

Penetapan kandungan fenolik total fraksi air ekstrak etanolik beras hitam (Oryza sativa L. subsp. indica) dan aktivitas antioksidan dengan menggunakan radikal 1,1 difenil 2 pikrilhidrazil (DPPH)

1 2 146

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 Difenil 2 Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol daun trengguli

1 2 112

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 difenil 2 pikrilhidrazil dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol buah anggur Bali

0 2 9

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanolik herba seledri (Apium graveolens L.) - USD Repository

0 0 106

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi air ekstrak metanol daun sirih (Piper betle L.) - USD Repository

0 0 163

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi air ekstrak metanolik buah labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) - USD Repository

0 0 130