Rentabilitas Profitabilitas Kerangka Pikir

mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga.

c. Rentabilitas Profitabilitas

Rasio rentabilitas atau disebut juga dengan profitabilitas menggambarakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah: 1. Net Profit Margin Darsono, 2005 : 56 Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Laba Bersih Net Profit Margin = Penjualan 2. Daya Laba Dasar Basic Earning PowerRentabilitas Ekonomi Laba Sebelum Bunga dan Pajak Daya Laba Dasar = Total Aktiva Harahap, 2001 : 305 Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio semakin baik. 3. Hasil Pengembalian atas Total Aktiva Return On InvesmentROI Munawir, 2007: 89 Rasio ini dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Laba Bersih ROI = Total Aktiva 4. Hasil Pengembalian atas Ekuitas Return On EquityROE Laba Bersih ROE = Rata-rata Ekuitas Darsono, 2005 : 57 Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. 5. Hasil Pengembangan atas Total Aktiva Retu On Assetn ROA Darsono, 2005: 57 Rasio ini memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola aktiva secara efektif. Semakin besar angka rasio ini maka akan semakin baik, karena hal tersebut menunjukkan bahwa aktiva perusahaan dimanfaatkan secara efektif dalam menghasilkan laba. Laba Bersih Total Aktiva ROA =

d. Analisis Aktivitas Perusahaan

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio-rasio aktivitas yang umum digunakan adalah: 1. Rasio Perputaran Persediaan Inventory Turnover Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan = x 100 Rata-rata Persediaan Darsono, 2005: 60 Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti beberapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Semakin tinggi rasio perputaran persediaan maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. 2. Periode Penagihan Rata-rata Average Collection Period Piutang Periode Penagihan Rata-rata = x 360 Penjualan per hari Sawir, 2001: 16 Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata- rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. 3. Rasio Perputaran Modal Kerja Working Capital Turnover Penjualan Rasio Perputaran Modal Kerja = Modal Kerja Bersih Sawir, 2001: 16 Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan dalam rupiah yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Semakin besar rasio ini maka menunjukkan perusahaan tersebut sudah memanfaatkan modal kerja dengan efisien dan efektif. 4. Rasio Perputaran Aktiva Tetap Fixed Assets Turnover Penjualan Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Aktiva Tetap Sawir, 2001: 17 Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan yang tinggi. 5. Rasio Perputaran Total Aktiva Total Assets Turnover Penjualan Rasio Perputaran Total Aktiva = Total Aktiva Sawir, 2001: 17 Rasio ini merupakan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik.

2.2.5. Rasio Likuiditas

Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Menurut Sartono 2001 : 116 rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran alat-alat likuid yang dimilki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan belum mempunyai kemampuan membayar. Suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansiilnya dikatakan perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya suatu perusahaan yang tidak mempunyai kekuatan membayar adalah ilikuid. Riyanto, 2001 : 26. Penelitian ini menggunakan current ratio atau rasio lancar sebagai rasio likuiditas karena setelah dianalisa ternyata yang mengalami masalah hanya current ratio saja, selain itu rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek jika dibandingkan dengan ketiga rasio lainnya. Rumus current ratio atau rasio lancar adalah sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar Sutrisno, 2003 : 247 Rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang.

2.2.6. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu Riyanto, 2001 : 35. Menurut Munawir 2002 : 86 rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk operasi tersebut atau untuk mengukur kemampuan perusahaan guna memperoleh keuntungan. Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Salah satu caranya adalah dengan Return on Asset ROA. Rasio ini memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Sehingga calon investor bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rumus Return on Assets ROA adalah sebagai berikut : Laba Bersih Return on Total Assets = Total Aktiva Munawir, 2007 : 89

2.2.7. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal. Akan tetapi dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aktiva perusahaan. Secara teoritis dalam bidang keuangan dan akuntansi dinyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat menjadi variabel yang penting untuk menilai besar dan kecilnya perusahaan Murdoko : 2007. Perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, secara adanya tuntutan dari pemegang saham dan analisis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntanbilitas publik Almilia, 2007 : 5. Umumnya perusahaan yang besar mengungkapkan lebih banyak informasi dibanding perusahaan yang kecil, perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka, perusahaan besar mempunyai dasar pemikiran yang luas dibanding perusahaan kecil Suripto, 1999 : 6. Sedangkan menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2008, Kriteria Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar adalah sebagai berikut: a. Kriteria Usaha Mikro  Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau  Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. b. Kriteria Usaha Kecil  Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau  Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah. c. Kriteria Usaha Menengah  Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau  Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 dua milyar rupiah sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah. d. Kriteria Usaha Besar  Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau  Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah.

2.2.8. Pengungkapan

2.2.8.1. Pengertian Pengungkapan

Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Pengungkapan sering juga dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari apa yang dapat disampaikan dalam bentuk statemen keuangan formal Suwardjono, 2006 : 578-579. Pengungkapan merupakan hal yang vital bagi pengambilan keputusan optimal para investor dan untuk pasar modal yang stabil. Pengungkapan informasi yang relevan cenderung untuk mencegah kejutan yang mungkin dapat mengubah secara total masa depan perusahaan yang bersangkutan. Hal itu juga cenderung memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada para investor terhadap informasi keuangan yang disediakan bagi mereka.

2.2.8.2. Tujuan Pengungkapan

Secara umum, tujuan pengungkapan menurut Suwardjono 2006 : 580 adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Karena pasar modal merupakan sarana utama pemenuhan dana dari masyarakat, pengungkapan dapat diwajibkan untuk tujuan melindungi protective, informatif informative, atau melayani kebutuhan khusus differential. Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih sehingga pemakai naif perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statemen keuangan. Dengan kata lain, pengungkapan dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil dan terbuka unfair Suwardjono, 2006 : 580. Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas dengan tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikian, pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini biasanya melandasi penyusun standar akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan. Dalam kenyataannya, badan pengawas seperti BAPEPAM Badan Pengawas Pasar Modal bekerja sama dengan penyusun standar profesi untuk menentukan keluasan pengungkapan Suwardjono, 2006 : 580. Tujuan kebutuhan khusus merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan secara rinci Suwardjono, 2006 : 580.

2.2.8.3. Metode Pengungkapan

Menurut Suwardjono 2006 : 591, metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi disajikan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi lain yang berpaut. Metode ini biasanya ditentukan secara spesifik dalam standar akuntansi atau peraturan lain. Informasi dapat disajikan dalam: 1. Pos Statemen Keuangan Informasi keuangan dapat diungkapkan melalui statemen keuangan dalam bentuk pos atau elemen statemen keuangan sesuai dengan standar tentang definisi, pengukuran, penilaian, dan penyajian jenis statemen, format statemen, klasifikasi pos, dan susunan pos. Jenis statemen meliputi neraca, statemen laba-rugi, dan statemen perubahan ekuitas, dan statemen aliran kas. 2. Catatan Kaki Catatan kaki footnotes atau catatan atas statemen keuangan notes to financial statements merupakan metode pengungkapan untuk informasi yang tidak praktis atau tidak memenuhi kriteria untuk disajikan dalam bentuk pos atau elemen statemen keuangan menjadi bagian integral dari statemen keuangan secara keseluruhan. 3. Penjelasan dalam Kurung Penjelasan singkat berbentuk tanda kurung mengikuti suatu pos dapat dijadikan cara untuk mengungkapkan informasi. Metode akuntansi, makna suatu istilah, ketermasukkan suatu unsur, penilaian alternatif, dan acuan misalnya schedule merupakan informasi yang dapat disajikan dalam tanda kurung. 4. Istilah Teknis Istilah teknis dan strategik merupakan bagian dari pengungkapan. Oleh karena itu, istilah yang tepat harus digunakan secara konsisten untuk nama pos, elemen, judul captions, atau subjudul. 5. Lampiran Statemen keuangan sebenarnya merupakan salah satu bentuk ringkasan untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit yang dapat dipandang sebagai keputusan strategik. Dengan demikian, statemen keuangan utama dapat dipandang seperti ringkasan eksekutif executive summary dalam pelaporan manajemen internal. Rincian, statemen tambahan supplementary statements, daftar rincian skedul, atau semacamnya dapat disajikan sebagai lampiran atau disajikan dalam seksi lain yang terpisah dengan statemen utama. Jadi, penggunaan lampiran merupakan salah satu metode pengungkapan. 6. Komunikasi Manajemen Manajemen dapat menyampaikan informasi kualitatif atau nonfinansial yang dirasa penting untuk diketahui pemakai statemen melalui berbagai cara. Wawancara manajer dengan wartawan jumpa pers atau press release merupakan salah satu bentuk pengungkapan atau komunikasi manajemen. 7. Catatan dalam Laporan Auditor Pengungkapan auditor yang dianggap penting dan bermanfaat adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang mengahalangi auditor untuk menerbitkan laporan auditor bentuk standar sering disebut pendapat wajar tanpa syarat.

2.2.8.4. Jenis Pengungkapan

Jenis pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua Suwardjono, 2006 : 583: 1. Pengungkapan Wajib mandatory disclosure Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku dan ditetapkan dalam peraturan Bapepam nomor VIII.G.7, dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua Bapepam No. SE-02PM\2002 Almilia dan Retrinasari, 2007: 1 Di dalam peraturan tersebut menyatakankan bahwa komponen laporan keuangan yang harus diungkap adalah sesuai dengan pengertian laporan keuangan yang termuat dalam PSAK yang diterbitkan oleh IAI, yaitu meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. 2. Pengungkapan Sukarela voluntary disclosure Pengungkapan sukarela merupakan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Healy dan Palepu 1993 dalam Feliana, dkk., 2007 mengemukakan bahwa meskipun semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi pengungkapan secara minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu cara untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen.

2.2.9. Teori yang Membahas Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio

Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Laporan Sukarela Rasio likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Di satu sisi, rasio likuiditas tinggi menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini akan cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel Cooke, 1989. Tetapi di pihak lain, likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas yang rendah justru cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen Wallace, 1994. Menurut teori asimetri, informasi akuntansi yang berkualitas berguna bagi investor untuk menurunkan asimetri informasi. Asimetri informasi timbul ketika manajer lebih mengetahui internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya Murni : 2003. Shinghvi dan Desai 1971 dalam Feliana 2007 mengutarakan bahwa profitabilitas ekonomi tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci. Penyebabnya adalah mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen. Menurut Cooke 1989 dalam Suripto 1999 perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal tersebut. Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil Jensen dan Meckling, 1976. Penjelasan lain yang sering diajukan adalah karena perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang besar tersebut perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan yang lebih lengkap. Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan selengkap yang dapat dilakukan oleh perusahaan besar Singhvi dan Desai, 1971 ; Buzby, 1975. Teori pensignalan menyatakan pengumuman deviden mengandung informasi mengenai laba saat ini dan masa depan, artinya apabila deviden meningkat, maka laba mengalami peningkatan, begitu pula sebaliknya Miller and Rock, 1985. Teori pensignalan melandasi pengungkapan sukarela ini, dimana manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik Suwardjono, 2006 : 583.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditulis sebagai premis-premis yang kemudian dari premis tersebut akan disimpulkan sehingga dapat dijadikan dasar dalam mengemukakan hipotesis, maka premis-premis tersebut adalah sebagai berikut: Premis 1 : Semakin tinggi rasio likuiditas, maka semakin luas pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan Cooke, 1989. Premis 2 : Menurut teori asimetri, informasi akuntansi yang berkualitas berguna bagi investor untuk menurunkan asimetri informasi Murni : 2003. Premis 3 : Profitabilitas ekonomi yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memeberikan informasi yang lebih terinci Shinghvi dan Desai, 1971 Premis 4 : Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil Jensen dan Meckling, 1976. Premis 5 : Teori pensignalan melandasi pengungkapan sukarela ini, manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik Suwardjono, 2006 : 583. Berdasarkan premis-premis di atas, maka dapat disusun dalam kerangka pikir yang ditunjukkan pada gambar 2.1. : Gambar 2.1: Kerangka Pikir Rasio Profitabilitas X 2 Rasio Likuiditas X 1 Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Tahunan Y Ukuran Perusahaan X 3 Analisis Regresi Linier Berganda

2.4. Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2005-2009

1 4 98

LAPORAN KEUANGAN DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 32

PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN LAPORAN Pengaruh Leverage, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di B

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Leverage, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012).

0 2 8

PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN Pengaruh Leverage, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terda

0 2 20

PENGARUH INFLASI, RASIO LEVERAGE DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

20 59 130

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO MODAL SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 118

PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, RASIO KEUANGAN, UMUR PERUSAHAAN, PORSI SAHAM, BASIS PERUSAHAAN DAN PENERBITAN SEKURITAS TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 12 159

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 24

PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN, RASIO KEUANGAN, UMUR PERUSAHAAN, PORSI SAHAM, BASIS PERUSAHAAN DAN PENERBITAN SEKURITAS TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 18