Jenis-Jenis Apresiasi Drama Uraian Materi

72 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Profesional Kompetensi G secara mendalam. Sebaliknya, seorang apresiator yang memiliki bekal pengetahuan yang sempit dan terbatas tentu hanya akan mampu mengapresiasi sebuah karya drama secara dangkal pula. Bekal pengetahuan tersebut meliputi: 1 pengetahuan tentang drama, 2 pengetahuan tentang manusia, 3 pengetahuan tentang kehidupan, dan 4 pengetahuan tentang bahasa. Seorang apresiator drama idealnya, memiliki pengetahuan yang memadai tentang drama, misalnya pengertian drama, unsur- unsur pembentuk drama, jenis-Jenis drama, sejarah perkembangan drama, dan pementasan drama teater. Pengetahuan tentang pengertian drama akan memberikan wawasan kepada apresiator bahwa drama berbeda dengan fiksi cerita. Dengan demikian, ia pun akan memperlakukan karya drama berbeda dengan karya fiksi. Seorang apresiator juga dituntut untuk memiliki bekal kesiapan diri yang baik pula. Kesiapan diri sang apresiator itu meliputi kesiapan fisik dan kejiwaan. Kesiapan fisik meliputi kesehatan dan kebugaran sang apresiator. Sebab dalam keadaan sakit atau lelah seorang apresiator tidak akan mampu mengerahkan seluruh kemampuannya dengan baik. Dengan demikian sang apresiator tidak akan mampu menghadapi karya yang dibacanya secara optimal. Tidak hanya kesiapan fisik dan jiwa, tetapi bekal kesiapan akal pikiran sangat penting, karena hanya dengan kesipan akal pikiran yang prima itulah sang apresiator mampu memikirkan segala yang ditemukannya dalam drama secara kritis dan objektif. Hal itulah yang akan membawa sang apresiator pada tingkat pemahaman drama yang mendalam dan utuh. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Profesional Kompetensi G 73

11. Pendekatan Apresiasi Drama

Terdapat empat pendekatan yang bisa digunakan dalam mengapresiasi drama, yaitu: 1 pendekatan objektif, 2 pendekatan mimesis, 3 pendekatan genetis, dan 4 pendekatan pragmatis Efendi, 2002:10-11. Pendekatan objektif ialah pendekatan yang memandang karya drama sebagai karya yang sudah utuh dan mandiri. Artinya karya drama dapat dibaca dan dipahami tanpa harus mengaitkan dengan semesta kehidupan di sekitar kita sebagai sumber penciptaanya, dan masyarakat pembaca sebagai penikmatnya. Menurut pendekatan ini karya drama dapat dipahami hanya dengan membaca naskah itu sendiri. Pendekatan mimesis ialah pendekatan yang memandang karya drama sebagai hasil cipta manusia yang ditulis berdasarkan bahan-bahan yang diangkat dari semesta pengalaman hidup penulis atau hasil penghayatan penulis atas kehidupan di sekitarnya. Untuk itu, sebuah karya drama mustahil dipahami tanpa mengaitkannya dengan semesta sebagai sumber penciptaannya. Dengan kata lain, untuk dapat memahami drama secara mendalam diperlukan kegiatan mendialogkan secara terus-menerus antara penghayatan dan pemahaman terhadap apa yang ditulis penulis dalam drama yang dibaca dengan pengetahuan dan pengalaman hidup sang apresiator Efendi, 2002: 11. Pendekatan genetis adalah pendekatan yang memandang karya drama sebagai hasil cipta seorang penulis drama. Untuk itu pemahaman atas karya tersebut tidak mungkin dilakukan tanpa mengaitkannya dengan si penulisnya itu sendiri. Dengan demikian, untuk bisa memahami dengan baik dan mendalam sebuah naskah drama, sang apresiator perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang penulis drama tersebut.