Bait , Rima, dan Irama

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Profesional Kompetensi G 31 Duduklah di sisiku. Tidakkah engkau tahu, hatiku yang satu-satunya ini dilanda rindu? Aku tak pernah tahu bagaimana menyembuhkannya. Yang kutahu... Jika aku berada di sisimu, beribu-ribu kebahagiaan menghampiriku. Kekasihku... Dengarlah... Semalam aku bermimpi. Kita membangun sebuah rumah mungil. Ada sekuntum bunga putih di sudut-sudutnya. Juga taman kecil tempat istirah. Di sana, sebuah bangku panjang di taman... Engkau dan aku duduk berdua. Dan kusandarkan berat tubuhku di pundakmu. Sesekali kutempelkan pipi putihku ke pipimu. Aku tak berhenti berkata. Dan engkau hanya mendengarkan. Amat seksama. Bagiku, engkau laksana telaga. Aku bermain-main sesukaku di sana. Menumpahkan segala resah. Meluruhkan segala gelisah. Dan membiarkan sisi kemanjaan bersuka ria. Dan... Bila malam tiba, kau rebahkan diriku dengan perlahan. Elusan hangatmu di rambut hitamku... Lantuyang ayat-ayat suci dari bibirmu... Betapa meneduhkan. Suasana Mistis Pada karya-karya Kahlil Gibran, banyak sekali suasana mistisnya. Itu pula yang menjadi kekuatan seni dari karya- karyanya. Kahlil Gibran berikan beberapa kalimat dan mencoba membangun suasana mistis. Bumi bergetar. Akupun sempoyongan. Lalu tanpa kumengerti, sebuah tarikan gaib melesapkan kesadaranku menuju dunia yang tak pernah kutahu namanya. Aku hanya melihat padang hijau sejauh pencapaian pandanganku. Beberapa bongkah batu putih tergeletak begitu saja. Samar-samar sebuah keharuman tersebar. Udara terasa demikian segar. Tubuhku yang letih tiba-tiba saja kembali bugar. Belum sempat aku bangkit berdiri; nun jauh di sana udara berputar seperti badai. Semakin dekat. Dan semakin mendekat lagi. Tercekat. Kerongkonganku terasa kering. Nafasku tertahan. Menunggu apa yang akan terjadi. 32 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia Kelompok Profesional Kompetensi G Lalu bagaikan di alam mimpi, seorang perempuan tiba-tiba saja berdiri tegap di hadapanku. Suasanapun kembali hening. Senyap. Bahkan aku mendengar hembusan nafasku. Wajahnya nampak berseri. Ia memiliki pandangan tajam yang hanya dimiliki kaum raja. Namun dibalik ketajaman dan ketegasannya, sebuah anugerah tak ternilai ada pada senyumannya. Sebuah senyuman yang amat menentramkan. Ia mengalihkan pandangannya kepadaku. Amat perlahan. Menatapku lamat-lamat. Seperti seorang Ratu kepada putrinya. Lalu katanya, Putriku... Suaranya lembut seperti aliran sungai sekaligus kuat laksana deburan ombak. Ingin kuuntai kata-kata seindah-indahnya laksana kalung permata. Ingin kususun secermat-cermatnya; kurangkai secantik-cantiknya, agar engkau menerima nasehatku ini... Betapa hatiku pedih. Mengeyanggkan nasibmu itu. Di ujung dunia yang tak menentu. Betapa jiwaku lara, setiap kali merindukanmu. Ingin kubawa dirimu dari dunia yang tak mengenal cinta. Dengarkanlah olehmu wahai Putriku Dunia ini begitu kecil bagi mereka yang berjiwa agung. Segemerlap apapun, tiada godaan yang menembusnya. Sehebat apapun gelimang harta, tiada pernah dapat mematahkan ketentraman hatinya. Tetapi dunia ini begitu besar bagi jiwa yang rendah. Dengar Dengarlah olehmu wahai Putriku Itulah dua contoh dalam menciptakan suasana. Fungsi dari suasana yang dibangun adalah kesan secara keseluruhan dari puisi. Tiga proses di atas: tema, pilihan kata, dan suasana hanyalah sedikit dari cara membuat puisi yang baik dan indah.

6. Temukan Nada

Nada dalam puisi bisa berbeda-beda. Maka, menemukan nada yang tepat merupakan proses membuat puisi selanjutnya. Puisi bisa menjadi baik dan indah bila disertai nada yang sesuai. Nada ditentukan oleh panjang pendeknya kalimat. Dipengaruhi bunyi vokal yang digunakan.