B. Data dan Analisis
1. Data Tabel 4.1
Skor Maksimal yang Diperoleh Siswa Pada Tiap Konsep
No. Siswa
Skor siswa untuk Tiap Konsep Total
skor a
b 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10
1 1
2 2
5 3
3 -
- -
2 -
1 19
2 -
3 4
3 3
1 -
- -
- -
- 14
3 4
- 4
5 1
1 3
1 -
- -
- 19
4 1
- 1
1 1
1 -
1 -
- -
1 7
5 2
1 4
4 3
2 4.5 4.5
- -
4.5 3
32.5 6
4 5
4 1
6 -
- -
1 5
5 3
34 7
2.5 6.5
4 5
6 6
6 3
- -
- 4
43 8
9.5 8.5
4 5
6.5 3
8 4
- 4
- 10
62.5 9
3 6
4 1
4 4
7 2
- 6
4 3
44 10
3.5 7.5
4 3.5
1 -
3 2
1 -
3.5 -
29 11
3.5 1.5
4 5
2 2
8 2
- -
- 2
30 12
2 2
4 5
3 3
5 4
- 1
- 1
30 13
6 1
4 5
3 6.5
8 8
- -
2.5 1
45 14
1 -
4 5
5 5
8 8
- 2
2.5 3
43.5 15
- -
4 4
1 1
- -
- -
- -
10 16
- -
- 5
3 -
- -
- -
- -
8 17
4.5 6.5
4 5
6.5 5
6 3
1 5
9 5
60.5 18
1 1
4 5
3 3
1 1.5
- 1
- 3
23.5 19
- -
4 5
6.5 6.5 7
4 1
2 3
5 44
20 1
- 4
5 6.5 6.5
7 8
- -
7 4
49 21
7.5 7.5
4 5
6.5 6.5 4.5 2
8 -
12 -
63.5 22
1 6
3 4
5 6.5
6 5
1 3
5 4
49.5 23
2.5 5.5
4 5
6.5 6.5 8
8 -
- 6
3 55
24 1
1 -
1 2
2 2
2 1
- 3
- 15
25 3
2 4
1 -
1 1
- 1
- -
- 13
26 1
- 1
- 1
1 1
- -
1 1
1 8
27 0.5
3.5 4
5 6.5
1 -
- -
- -
- 20.5
28 1
- 4
4 -
1 -
- -
- -
- 10
29 2
3 1
1 1
1 1
1 2
- -
1 14
30 6
5 3
1.5 1
- 3
2 1
- -
1 23.5
31 4
3 4
5 6.5
2 8
1 -
1 4
2 40.5
32 1
6 3
5 6.5 5.5
8 7
1 -
- 1
44 33
1.5 0.5
4 4
2 2
5.5 -
1 -
- -
20.5 34
7.5 7.5
4 3
2 1
- -
- -
- -
25 35
3.5 5.5
4 5
5 3
7 8
- 2
2 1
46 36
1 -
4 5
6.5 6.5 5.5 6.5 2
- 5.5
1 43.5
Keterangan tiap konsep: a. Faktor diketahui
b. Faktor ditanya 1. Penyelesaian konsep melukis vektor
2. Penyelesaian konsep segitiga vektor 3. Penyelesaian konsep penjumlahan dengan metode jajar genjang
4. Penyelesaian konsep pengurangan dengan metode jajar genjang 5. Penyelesaian konsep penjumlahan dengan metode poligon
6. Penyelesaian konsep pengurangan dengan metode poligon 7. Penyelesaian vektor secara matematis
8. Penyelesaian konsep tentang komponen vektor 9. Penyelesaian konsep resultan vektor
10. Penyelesaian konsep resultan vektor
2. Analisis data a. Secara Kualitatif
Analisis data secara kualitatif dilakukan dalam tiga jenis analisis, yaitu analisis berdasarkan lembar observasi, analisis hasil pretest, dan analisis
program remedi. 1 Analisis Berdasarkan Lembar Observasi
Siswa-siswa kelas X di SMA adalah siswa-siswa yang baru memasuki jenjang pendidikan baru dengan tingkatan yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, kadang kala kebiasaan di SMP masih dapat terbawa di SMA. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi, peneliti melihat
bahwa masih banyak siswa yang bersikap pasif di kelas. Mereka cenderung hanya mencatat materi yang ditulis di papan tulis, tetapi belum
mampu menunjukkan sikap kritis untuk bertanya atau mencoba lebih
memahami materi yang disampaikan. Siswa juga masih belum terbiasa merespon pertanyaan yang diberikan guru dengan cepat. Suasana kelas
juga belum terkesan santai dan nyaman untuk belajar, walaupun guru sesekali sudah memberikan candaan di kelas.
Untuk metode mengajar, peneliti melihat bahwa metode mengajar yang digunakan guru masih kurang membangkitkan antusias siswa untuk
belajar. Pada hasil observasi hari pertama, guru menggunakan metode ceramah dengan media papan tulis. Walaupun suasana kelas sudah
diupayakan agar terkesan santai, tetapi siswa masih belum aktif belajar. Pada observasi-observasi selanjutnya, guru sudah mengembangkan
media pembelajaran, yaitu dengan menggunakan power point, agar guru semakin terfokus pada murid. Namun kenyataannya, belum terjadi
interaksi yang membangkitkan suasana belajar, karena siswa masih terkesan pasif.
Dalam setiap pertemuan, guru juga sudah memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa. Siswa juga diberikan kesempatan untuk maju
mengerjakan soal yang diberikan. Di akhir pelajaranpun, guru memberikan pekerjaan rumah PR kepada siswa untuk membantu siswa semakin
mendalami materi pelajaran. Pekerjaan rumah yang diberikan pun dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Walaupun upaya yang dilakukan guru sudah maksimal, namun situasi belajar yang aktif tampaknya masih belum terbentuk. Dari hasil
tersebut, peneliti mencoba mengembangkan metode lain
yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara lebih aktif. Dengan memilih metode yang lebih mengaktifkan siswa, diharapkan pemahaman materi
yang diperoleh siswa dapat lebih maksimal. Metode yang digunakan adalah metode diskusi kelompok.
Peneliti memilih metode diskusi kelompok karena peneliti telah melihat, bahwa metode ceramah belum mampu membuat situasi kelas
yang asyik untuk belajar. Interaksi siswa dengan gurupun masih belum dapat mendorong siswa untuk antusias bertanya dan merespon pertanyaan
yang diberikan guru. Siswa juga masih merasa malu untuk bertanya, walaupun sudah diberikan kesempatan untuk bertanya.
Dengan metode diskusi kelompok, siswa dapat bertanya pada teman sebayanya. Selain itu, teman-teman dalam satu kelompok diskusi
adalah teman-teman sekelas dan mungkin teman bermain mereka di sekolah, sehingga dengan demikian, rasa malu yang dirasakan siswa untuk
bertanya maupun berdiskusi tentang kesulitan yang mereka alami dapat berkurang. Dalam diskusi kelompok, antara siswa yang satu dengan siswa
yang lain mendapat kesempatan yang sama untuk saling membantu. Mereka akan dapat bertanya satu sama lain, dan merespon pertanyaan
teman dalam satu kelompok diskusi untuk memecahkan persoalan bersama-sama. Model diskusi kelompok nantinya akan lebih berisi latihan-
latihan soal yang di kerjakan dalam kelompok dan dibahas bersama di kelas, sehingga siswa dapat lebih mengerti konsep yang telah diajarkan
melalui soal-soal yang diberikan.
2 Analisis Hasil Pretest Analisis hasil pretest ini berisi analisis jawaban siswa yang sudah
dikategorikan berdasarkan kesulitan siswa pada materi yang diajarkan. Kesulitan siswa dalam kasus ini, dilihat dari seberapa jauh siswa dapat
mengerjakan soal yang diberikan. Bentuk penilaian dalam analisis ini, dikategorikan dalam 4 macam kategori, yaitu kategori tidak paham,
kurang paham, paham, dan sangat paham, yang ditulis dalam bentuk interval skor, untuk memudahkan pengelompokkan siswa dalam kategori
tersebut. Kemudian, jumlah siswa dalam kategori tersebut, ditulis dalam bentuk prosentase, untuk memudahkan pembacaan data. Adapun hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut: a Kesulitan siswa untuk menentukan faktor diketahui dari soal
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar siswa masih merasa kesulitan menuliskan faktor yang diketahui dari soal. Hal ini
ditunjukkan dari prosentase berdasarkan jawaban yang ditulis siswa. Prosentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.2 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Menentukan Faktor Diketahui
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
9.5 ≤ 4.6
Tidak paham 86.11
4.7 – 6.5 Kurang paham
5.55 6.6-8.5
Paham 5.55
8.6 – 9.5 Sangat paham
2.78
Dari hasil prosentase tersebut, lebih dari 50 siswa masih tidak paham dalam menentukan faktor-faktor yang diketahui dari soal.
Analisis jawaban menunjukkan hasil bahwa hampir semua soal yang mereka kerjakan, tidak menyertakan faktor diketahui. Ini dapat
disebabkan karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal secara sistematis, sehingga mereka cenderung langsung mengerjakan soal
yang diberikan, tanpa menyertakan faktor diketahui. b Kesulitan siswa untuk menentukan faktor yang ditanyakan dari soal
Kesulitan yang sama juga dialami siswa pada bagian ini. Walaupun tidak sebanyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
menentukan faktor yang diketahui, namun prosentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ini juga masih relatif besar. Hal ini
ditunjukkan dari prosentase berdasarkan jawaban yang ditulis siswa. Prosentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Menentukan Faktor yang Ditanyakan
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
9.5 ≤ 4.6
Tidak paham 63.89
4.7 – 6.5 Kurang paham
25 6.6-8.5
Paham 11.11
8.6 – 9.5 Sangat paham
-
Dari tabel tersebut, jumlah siswa yang tidak paham menunjukkan jumlah terbesar dari siswa dalam kategori yang lain. Bahkan, tidak ada
siswa yang masuk dalam kategori sangat paham. Prosentase paling
sedikit juga ditunjukkan oleh kelompok siswa dalam kategori paham. Dengan kata lain, siswa belum dapat menentukan faktor yang ditanya
dalam soal secata tepat. Padahal, ‘faktor ditanya’, adalah unsur yang mempertegas tujuan akhir yang harus diselesaikan oleh siswa.
c Kesulitan siswa untuk melukis vektor Kesulitan siswa dalam memehami konsep tentang cara melukis
vektor, tampak dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.4
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Melukis Vektor
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
4 ≤ 1.9
Tidak paham 13.89
2 – 2.7 Kurang paham
2.78 2.8 – 3.5
Paham 8.33
3.6 - 4 Sangat paham
75 Pada konsep melukis vektor, hasil data menunjukkan bahwa
mayoritas siswa masuk dalam kategori paham. Ini berarti bahwa untuk melukis sebuah vektor, hanya sebagian kecil siswa yang masih
kesulitan. Walaupun jumlah siswa tersebut tergolong kecil, namun tentunya siswa tersebut perlu dibantu, sehingga pada akhirnya, lebih
banyak lagi siswa yang memahami cara melukis vektor, sebagai tolak ukur awal dalam menggambar vektor. Kesulitan yang dialami siswa
dalam menggambar vektor misalnya, siswa belum mengerti maksud soal, yang mana siswa diminta menggambar sebuah vektor dengan
arah vertikal ke bawah. Pada tahap ini misalnya, ada siswa yang menggambar vektor dengan hasil:
Jawaban ini tentunya kurang tepat, karena pada jawaban tersebut, siswa menggambar vektor yang arahnya tidak benar-benar tepat
vertikal ke bawah membentuk sudut 90 terhadap horisontal.
d Kesulitan siswa melakukan operasi vektor dengan metode segitiga Analisis kesulitan siswa pada tahap ini, hanya ditunjukkan oleh
satu bentuk soal. Ini dikarenakan peneliti secara bertahap, ingin melihat kesulitan siswa pada bagian penjumlahan vektor dengan
metode segitiga, khusus untuk operasi dua buah vektor. Secara lebih kompleks, penyelesaian operasi penjumlahan dan pengurangan lebih
dari dua vektor, akan dijabarkan pada metode poligon, sebagai perkembangan dari metode segitiga vektor ini. Namun, walaupun
bentuk soal yang diberikan masih sederhana, masih banyak siswa yang memberikan jawaban salah dan merasa kesulitan dalam menyelesaikan
soal tersebut. Pernyataan ini dibuktikan dari prosentase yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Melakukan Operasi Vektor dengan Metode Segitiga
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
5 ≤ 2.4
Tidak paham 22.22
2.5 – 3.4 Kurang paham
5.55 3.5 – 4.4
Paham 16.67
4.5 – 5 Sangat paham
55.55
Dari hasil tersebut, tampak bahwa lebih dari 50 siswa dapat menyelesaikan soal tentang penjumlahan dua vektor menggunakan
metode segitiga vektor dengan sangat baik. Sebagian lainnya 16.67 sudah cukup mampu mengerjakan dengan baik, walaupun masih
banyak siswa yang belum, bahkan masih kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Kesulitan yang di alami siswa
pada bagian ini misalnya, siswa masih kesulitan menghubungkan pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama. Selain itu, ada siswa
yang masih salah dalam menggambar vektor resultannya. Vektor resultan untuk metode segitiga harusnya ditentukan dari pangkal
vektor pertama sampai ujung vektor terakhir, tetapi ada siswa yang menggambar resultannya dari ujung vektor terakhir ke pangkal vektor
pertama, sehingga arah resultan yang dihasilkan menjadi salah. e Kesulitan siswa untuk melakukan operasi penjumlahan dan
pengurangan vektor dengan metode jajaran genjang Kesulitan siswa pada kategori ini, terbagi dalam 2 jenis soal, yaitu
persoalan tentang penjumlahan dan pengurangan vektor. Keduanya merupakan operasi dari dua buah vektor dengan menggunakan metode
jajaran genjang vektor. Tujuannya adalah agar peneliti secara detail, mengetahui letak kesulitan siswa pada konsep penjumlahan atau
pengurangan vektor dengan metode jajar genjang. Adapun hasil pengelompokkan kesulitan siswa, tampak dalam tabel di bawah ini:
i. Operasi penjumlahan vektor
Tabel 4.6 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Menjumlahkan Vektor Dengan Metode Jajar Genjang
ii. Operasi pengurangan vektor Tabel 4.7
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Mengurangkan Vektor Dengan Metode Jajar Genjang
Dari kedua tabel di atas, terlihat bahwa dua prosentase yang dominan, ditunjukkan oleh kategori tidak paham dan sangat paham.
Hasil terbesar menunjukkan lebih dari 50 siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan dan pengurangan dua
buah vektor dengan metode jajaran genjang vektor. Menurut data, hal ini terjadi karena kesalahan konsep yang dimiliki
siswa. Siswa yang masuk dalam kategori tidak paham dan kurang paham, mengerjakan persoalan vektor, dengan menganggap bahwa
jajaran genjang merupakan bentuk segi empat dengan sisi-sisi yang
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
6.5 ≤ 3.2
Tidak paham 55.55
3.3 – 4.5 Kurang paham
2.78 4.6-5.8
Paham 8.33
5.9-6.5 Sangat paham
33.33
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
6.5 ≤ 3.2
Tidak paham 66.67
3.3 – 4.5 Kurang paham
2.78 4.6-5.8
Paham 8.33
5.9-6.5 Sangat paham
22.22
selalu serong, sehingga gambar vektor yang tegak lurus pada soalpun, pada metode jajaran genjang ini akan dibuat menjadi bentuk yang
miring oleh siswa tersebut. Selain itu, beberapa siswa juga masih belum mengerti cara menggambar resultan vektornya. Misalnya saja,
pada jajar genjang, resultan vektor merupakan diagonal sisi dari jajar genjang. Tetapi ada siswa yang menggambar resultan vektor dengan
menghubungkan ujung vektor pertama dengan ujung vektor yang lain. Hal ini tentu memberikan jawaban yang salah bagi siswa tersebut.
Namun, prosentase yang relatif besar pada kategori sangat paham 33.33 pada tabel penjumlahan dan 22.22 pada tabel pengurangan,
menunjukkan perbandingan pemikiran yang sangat jauh berbeda dari keadaan sebelumnya. Siswa pada kategori tersebut mampu
menyelesaikan soal yang diberikan dengan sangat baik, dan mengerti konsep jajar genjang sebagai sebuah bangun segi empat dengan sangat
baik. Siswa-siswa tersebut dapat menyelesaikan persoalan vektor dengan metode jajar genjang dengan baik. Perbedaan konsep yang
begitu dominan ini tentunya menjadi kendala bagi guru untuk menyampaikan bahan ajar.
f Kesulitan siswa untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode poligon
i. Operasi penjumlahan vektor
Tabel 4.8 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Menjumlahkan Vektor dengan Metode Poligon
ii. Operasi pengurangan vektor Tabel 4.9
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Mengurangkan Vektor dengan Metode Poligon
Penjumlahan vektor dengan metode poligon ini menerapkan prinsip penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode segitiga,
tetapi untuk lebih dari dua buah vektor. Metode ini merupakan langkah lanjutan bagi siswa untuk lebih memahami konsep tentang operasi
vektor dengan metode grafis. Namun, pada kenyataannya, prosentase terbesar dari jumlah siswa, justru masuk dalam kategori tidak paham.
Padahal pada metode segitiga vektor, prosentase jumlah siswa terbesar
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
8 ≤ 3.9
Tidak paham 47.22
4-5.5 Kurang paham
13.89 5.6-7.1
Paham 19.44
7.2-8 Sangat paham
19.44
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
8 ≤ 3.9
Tidak paham 66.67
4-5.5 Kurang paham
13.89 5.6-7.1
Paham 5.55
7.2-8 Sangat paham
13.89
ada dalam kategori sangat paham. Hal ini tentunya menjadi masalah karena untuk bentuk soal yang lebih kompleks, mayoritas siswa masih
kesulitan untuk menyelesaikannya. Pada lembar jawaban yang mereka tulis, kesulitan tersebut terjadi karena siswa menjadi bingung
meletakkan pangkal vektor berikutnya pada ujung vektor sebelumnya, untuk jumlah vektor yang lebih dari dua buah. Dengan kata lain,
penguasaan konsep yang sudah mereka dapatkan masih sangat kurang untuk menjadi modal mereka dalam menyelesaikan soal yang
diberikan. g Kesulitan siswa menyelesaikan persoalan vektor secara matematis
Tabel 4.10 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Menyelesaikan Persoalan Vektor Secara Matematis
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
8 ≤ 3.9
Tidak paham 97.22
4-5.5 Kurang paham
- 5.6-7.1
Paham -
7.2-8 Sangat paham
2.78 Terlihat jelas dari tabel, bahwa hampir semua siswa merasa
kesulitan menyelesaikan persoalan dengan metode matematis. 2,78 adalah prosentase yang menunjukkan hanya 1 orang siswa yang dapat
memahami konsep ini dengan sangat baik. Kesulitan yang dialami oleh hampir semua siswa ini ada dalam persamaan matematis yang harus
dipakai. Hanya saja, sebagian besar dari mereka sudah salah dalam menulis persamaan tersebut. Persamaan matematis yang dimaksud
adalah persamaan untuk menentukan resultan vektor dengan rumus
kosinus, yaitu: R = +
+ 2 . Jika prsamaan yang
ditulis salah, tentunya menghasilkan jawaban akhir yang juga salah. Contoh kesalahan yang terjadi adalah, siswa menuliskan persamaan
tersebut menjadi =
+ . 2
. Kesalahan lain yang dilakukan oleh sebagian besar siswa adalah
mereka tidak mengerti nilai yang yang harus dimasukkan. Misalnya, cos 0
= 1, maka siswa akan menuliskannya menjadi cos 1, dan dalam penyelesaian akan menjadi
= +
. 2 1. Kesalahan
ini menunjukkan kesalahan konsep yang diterima siswa. Namun, peneliti belum bisa mengatakan bahwa 1 orang siswa pada kategori
paham tersebut, juga mengerti konsep metode matematis dengan sangat baik, karena walaupun hasil yang didapat siswa tersebut benar,
tetapi siswa tersebut menggunakan metode analitis, yang mana dia menyelesaikan persoalan yang ada, dengan metode grafis.
h Kesulitan siswa untuk menentukan komponen vektor i.
Kesulitan dalam menggambar komponen-komponen vektor Tabel 4.11
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menggambar Komponen Vektor
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
5 ≤ 2.4
Tidak paham 100
2.5 – 3.4 Kurang paham
3.5 – 4.4 Paham
4.5 – 5 Sangat paham
ii. Kesulitan dalam menentukan besar komponen-komponen vektor Tabel 4.12
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Besar Komponen Vektor
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
5 ≤ 2.4
Tidak paham 80.55
2.5 – 3.4 Kurang paham
8.33 3.5 – 4.4
Paham 2.78
4.5 – 5 Sangat paham
8.33
Dari kedua tabel tersebut, tampak jelas bahwa mayoritas siswa sangat kesulitan untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan
komponen vektor. Bahkan, semua siswa belum mampu menggambar uraian sebuah vektor menjadi komponen-komponennya. Kesulitan
menggambar, misalnya, terjadi karena siswa bingung cara menggambar komponen dari sebuah vektor, sehingga tidak
menggambar komponen vektor yang menunjukkan uraian dari vektor yang ditanyakan. Namun, permasalahan yang ada tidak cukup sampai
pada persoalan menggambar, karena pada kenyataannya, 80.55 siswa juga tidak dapat menentukan besar komponen vektor. Berdasarkan
data, ini terjadi karena siswa tidak dapat menentukan rumus yang digunakan. Misalnya, jika sudut apit terletak antara sumbu X dengan
sebuah vektor yang diketahui besar sudut apit tersebut 30 , misalnya,
untuk menentukan besarnya komponen vektor tersebut ke arah sumbu X kita sebut sebagai S
x
, rumus yang tepat digunakan adalah S
x
= S.cos30
, tetapi sebagian besar siswa menulisnya sebagai S
x
=
S.sin30 . Beberapa siswa lain bahkan menulisnya menjadi S
x
= S. 30 .
Karena konsep yang salah ini, penyelesaian pada soal ini tentu menghasilkan proses dan jawaban yang salah.
i Kesulitan siswa untuk menentukan vektor resultan Konsep tentang vektor resultan ini dibagi menjadi 2 soal essai. Ini
dimaksudkan karena tiap nomor soal memiliki karakteristik masing- masing. Soal nomor 9 pada soal pretest adalah menentukan resultan
vektor, dengan menguraikan komponen-komponen vektor yang diketahui terlebih dahulu, kemudian menentukan besar masing-masing
komponen, untuk kemudian dicari resultan vektor keseluruhannya. Tetapi, soal nomor 10 lebih berupa soal cerita, untuk melihat sejauh
mana siswa dapat menangkap maksud soal, dan menyelesaikannya. Walaupun karakteristik dan kompleksitas kedua soal tersebut berbeda,
namun tujuan dan pemahaman konsep yang ingin dicapai sama, sehingga interval skor yang digunakan adalah jumlah keseluruhan skor
maksimal pada kedua soal tersebut. Kategori kesulitan siswa pun dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kesulitan menggambar, dan kesulitan
untuk menentukan besar vektor resultannya. Adapun bobot keseluruhan untuk soal tersebut, tampak pada tabel di bawah ini:
i. Kesulitan dalam menggambar resultan vektor
Tabel 4.13 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Menggambar Resultan Vektor
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
11 ≤ 5.4
Tidak paham 100
5.5-7.6 Kurang paham
7.7-9.8 Paham
9.9-11 Sangat paham
ii. Kesulitan dalam menentukan besar resultan vektor Tabel 4.14
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Besar Resultan Vektor
Skor Max Soal
Skala skor Kategori
Jumlah Siswa
14 ≤ 6.9
Tidak paham 94.44
7-9.7 Kurang paham
5.55 9.8-12.5
Paham 12.6-14
Sangat paham
Dari kedua data tersebut, jelas terlihat bahwa tidak ada siswa yang dapat menyelesaikan soal tersebut dengan baik, bahkan konsep mereka
juga masih sangat kurang untuk membantu mereka menyelesaikan soal tersebut. Kesulitan menggambar, misalnya, terjadi karena siswa belum
dapat menguraikan vektor-vektor yang ada, menjadi komponen- komponennya. Kesulitan menggambar juga terjadi karena siswa belum
dapat menangkap maksud soal dalam kasus ini adalah pada soal cerita nomor 10 dengan baik sehingga gambar yang dihasilkan menjadi
tidak tepat.
Kesulitan menentukan besarnya vektor resultan terjadi karena siswa tidak mengetahui persamaan yang digunakan, juga tidak dapat
memahami soal dengan baik. Contohnya pada soal nomor 9, kasus yang terjadi adalah siswa tidak tepat menuliskan rumus yang
digunakan. Misal, untuk komponen V
1x
ke arah sumbu X positif, rumus yang digunakan adalah V
1x
= V
1
. Cos α , tetapi banyak siswa yang menulisnya menjadi V
1x
= v
1
. Sin α, atau bahkan hanya V
1x
= v
1
.α.. Kesalahan lain yang dilakukan siswa misalnya, siswa lupa memasukkan tanda minus dalam persamaan, sehingga menghasilkan
jawaban yang tidak tepat. Contoh, jika komponen V
3y
adalah kea rah sumbu Y negatif, maka persamaan yang digunakan V
3y
= V
3
. -sinα, tetapi banyak siswa yang hanya menulis
V
3y
= V
3
. Sinα, tanpa menyertakan tanda minus.
3 Analisis Program Remedi Setelah melihat analisis pada hasil pretest siswa, analisis kualitatif
untuk proses selanjutnya, adalah analisis program remedi yang sudah diadakan. Pada bab II, telah disampaikan bahwa tujuan dari pengadaan
program remedi adalah untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka dalam memahami materi tertentu. Dengan kata lain, tujuan dari
analisis program remedi ini adalah untuk melihat apakah program remedi yang diadakan sudah dapat membantu siswa mengatasi kesulitan mereka
atau belum. Analisis ini dilakukan dengan melihat nilai posttest siswa,
yang dibandingkan dengan nilai pretest mereka. Harapannya, setelah
program remedi ini, jumlah siswa yang masuk dalam kategori paham dan sangat paham, lebih banyak daripada saat pretest. Begitu juga sebaliknya,
diharapkan setelah pelaksanaan program remedi, maka jumlah siswa yang masuk kategori kurang paham dan tidak paham, akan menjadi lebih sedikit
daripada saat pretest. Secara keseluruhan, pada bagian ini akan ditunjukkan jumlah siswa yang masuk dalam kategori tidak paham, kurang
paham, paham, dan sangat paham, pada nilai pretest sebelum program remedi dan pada nilai posttest setelah pengadaan program remedi.
Adapun prosentase tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
56
Tabel 4.15 Perbandingan Jumlah Siswa Pada Pretest dan Posttest
Berdasarkan Kategori Tidak Paham, Kurang Paham, Paham, dan Sangat Paham
No. Jenis Kesulitan
Nilai Pretest Jenis Remedi
Nilai Posttest Jumlah siswa
Jumlah siswa T.P
K.P P
S.P T.P
K.P P
S.P
1 Menentukan Faktor diketahui
86.1 5.56
5.56 2.78
Model diskusi kelompok untuk
mengumpulkan informasi-informasi yang
diketahui dalam soal 38.9
13.9 13.9
33.3
2 Menentukan faktor yang ditanya
63.8 25
11.1 Model diskusi kelompok
untuk menentukan
informasi-informasi yang diketahui dalam soal
22.2 30.6
19.4 27.8
3 Melukis vektor
13.9 2.78
8.33 75
Model diskusi kelompok untuk membahas latihan
soal no. 1 dan 2 2.78
97.2
4 Metode segitiga vektor
22.2 5.56
16.7 55.6
Model diskusi kelompok untuk membahas latihan
soal no. 3 8.33
11.1 8.33
72.2
5 Metode jajaran genjang
Operasi penjumlahan
55.6 2.78
8.33 33.3
Model diskusi kelompok untuk membahas latihan
soal no. 4 27.8
8.33 22.2
41.7
Operasi pengurangan
66.7 2.78
8.33 22.2
Model diskusi kelompok untuk membahas latihan
soal no. 5 38.9
8.33 13.9
38.9
57
Keterangan pada kategori: T.P
= tidak paham K.P
= kurang paham P
= paham S.P
= sangat paham 6
Metode poligon Operasi penjumlahan
47.3 13.9
19.4 19.4
Model diskusi kelompok untuk membahas latihan
soal no. 6 25
8.33 66.7
Operasi pengurangan
66.7 13.9
5.56 13.9
Model diskusi kelompok untuk membahas latihan
soal no. 7 dan 8 41.7
8.33 5.56
44.4
7 Metode matematis
97.2 2.78
Model diskusi kelompok untuk membahas latihan
soal no. 9 dan 10 69.4
11.1 5.56
13.9
8 Menentukan komponen
vektor Menggambar
100 Model diskusi kelompok
untuk membahas latihan soal no. 11
91.7 2.78
5.56
Menentukan besarnya
80.6 8.33
2.78 8.33
77.8 5.56
2.78 13.9
9 Vektor resultan
Menggambar vektor resultan
100 Model diskusi kelompok
untuk membahas latihan soal no. 12-15
86.1 13.9
Menentukan besarnya
94.4 5.56
80.6 11.1
8.33
Dari tabel di atas, dapat dilihat perbandingan nilai pretest dan posttest
siswa. Secara keseluruhan, ada penurunan prosentase pada kategori tidak paham dan kurang paham, serta meningkatnya prosentase
jumlah siswa yang paham dan sangat paham. Ini berarti, setiap siswa mengalami perkembangan konsep, sehingga mereka mengalami
perkembangan cara dan pengetahuan untuk mengerjakan soal yang diberikan. Peningkatan tersebut berdampak pada hasil posttest yang
diperoleh siswa, sehingga terlihat adanya peningkatan. Walaupun masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah,
namun peningkatan yang terjadi tentunya menunjukkan adanya perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Secara keseluruhan
nilai, untuk mempermudah melihat peningkatan yang dialami siswa, perolehan nilai siswa pada pretest dan posttest, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini: Tabel 4.16
Perbandingan Nilai pretest dan posttest siswa
No. Siswa
Perolehan Nilai Keterangan
Pretest Posttest
1 19
45.5 Dari tidak paham menjadi
kurang paham 2
14 40
Masih tidak paham, tetapi ada peningkatan nilai
3 19
33 Masih tidak paham,
tetapi ada peningkatan nilai 4
7 20.5
Masih tidak paham, tetapi ada peningkatan nilai
5 32.5
79 Dari tidak paham
menjadi paham 6
34 35.5
Tetap tidak paham, tetapi mengalami sedikit peningkatan
7 43
80 Dari tidak paham
menjadi paham 8
62.5 79
Dari kurang paham menjadi paham
9 44
57 Dari tidak paham
menjadi kurang paham 10
29 70.5
Dari tidak paham menjadi paham
11 30
42 Masih tidak paham,
tetapi ada peningkatan nilai 12
30 66
Dari tidak paham menjadi kurang paham
13 45
62.5 Dari tidak paham
menjadi kurang paham 14
43.5 69
Dari tidak paham menjadi kurang paham
15 10
38 Masih tidak paham,
tetapi ada peningkatan nilai 16
8 16
Masih tidak paham, tetapi ada peningkatan nilai
17 60.5
87 Dari kurang paham
menjadi paham 18
23.5 61.5
Dari tidak paham menjadi kurang paham
19 44
51.5 Dari tidak paham menjadi kurang
paham 20
49 77
Dari tidak paham menjadi paham
21 63.5
81 Dari kurang paham
menjadi kurang paham 22
49.5 42
Mengalami penurunan nilai 23
55 79
Dari kurang paham menjadi paham
24 15
41.5 Masih tidak paham,
tetapi ada peningkatan nilai 25
13 26
Masih tidak paham, tetapi ada peningkatan nilai
26 8
13 Masih tidak paham,
tetapi ada peningkatan nilai 27
20.5 44.5
Masih tidak paham, tetapi ada peningkatan nilai
28 10
12 Tetap tidak paham,
tetapi mengalami sedikit peningkatan
29 14
23 Masih tidak paham,
tetapi ada peningkatan nilai 30
23.5 23
Mengalami penurunan nilai 31
40.5 78.5
Dari tidak paham menjadi paham
32 44
47.5 Tetap tidak paham,
tetapi mengalami sedikit peningkatan 33
20.5 15.5
Mengalami penurunan nilai 34
25 58
Dari tidak paham menjadi kurang paham
35 46
32.5 Mengalami penurunan nilai
36 43.5
67 Dari tidak paham
menjadi kurang paham
Secara lebih umum, dalam tabel tersebut dipaparkan peningkatan nilai total yang diperoleh siswa setelah mengikuti program remedi yang
diadakan. Terlihat jelas bahwa hampir semua siswa mengalami peningkatan pemahaman. Walaupun kesulitan yang mereka alami belum
sepenuhnya diatasi, tetapi dengan program remedi yang diadakan, siswa dapat ‘sedikit’ mengatasi kesulitan mereka pada setiap konsep yang
diberikan. Namun, tidak semua siswa mengalami peningkatan pada nilai
posttest mereka. Dalam tabel juga terlihat bahwa ada siswa yang nilainya
menurun setelah mengikuti remedi. Menurut wawancara yang dilakukan oleh peneliti walaupun berupa wawancara informal, siswa yang nilai
posttest nya menurun, terjadi karena ketika posttest, siswa tersebut sedang
merasa kurang sehat, sehingga tidak maksimal dalam mengerjakan soal. Siswa lain berpendapat bahwa sebenarnya, ia sedang sangat lelah,
sehingga secara pribadi sedang malas untuk mengerjakan soal yang diberikan. Ada juga yang mengatakan secara terbuka bahwa ia tidak
menyukai pelajaran Fisika, sehingga ia masih tidak yakin bahwa nilainya akan menjadi tuntas walaupun sudah mengikuti program remedi yang
diadakan. Ini menunjukkan bahwa kondisi siswa saat mengerjakan soal juga memberikan pengaruh terhadap apa yang mereka kerjakan saat itu.
Bahkan, keyakinan mereka terhadap apa yang mereka kerjakan, akan mendorong mereka untuk bekerja secara lebih maksimal. Jika siswa sudah
merasa malas, kurang sehat, juga tidak yakin mereka dapat mengerjakan soal dengan baik, maka hasil yang dicapai tentunya akan menjadi tidak
optimal. Hal ini terbukti dari hasil posttest mereka yang lebih rendah daripada hasil pretestnya.
b. Secara kuantitatif Analisis secara kuantitatif digunakan untuk melihat peningkatan yang
dialami siswa secara keseluruhan pada nilai pretest dan postestnya. Analisis ini bertujuan untuk memperkuat hasil analisis kualitatif,
khususnya analisis kualitatif pada program remedi yang sudah dilakukan, sehingga dapat terlihat efektif tidaknya program remedi untuk membantu
siswa mengatasi kesulitan mereka. Analisis secara kuantitatif dapat dilihat pada proses di bawah ini:
Tabel 4.17 Pengolahan pretest dan posttest siswa
No. pretest
posttest D = pre - post
D
2
1 19
45.5 -26.5
702.25 2
14 40
-26 676
3 19
33 -14
196 4
7 20.5
-13.5 182.25
5 32.5
79 -46.5
2162.25 6
34 35.5
-1.5 2.25
7 43
80 -37
1369 8
62.5 79
-16.5 272.25
9 44
57 -13
169 10
29 70.5
-41.5 1722.25
11 30
42 -12
144 12
30 66
-36 1296
13 45
62.5 -17.5
306.25 14
43.5 69
-25.5 650.25
15 10
38 -28
784 16
8 16
-8 64
17 60.5
87 -26.5
702.25 18
23.5 61.5
-38 1444
19 44
51.5 -7.5
56.25 20
49 77
-28 784
21 63.5
81 -17.5
306.25 22
49.5 42
7.5 56.25
23 55
79 -24
576 24
15 41.5
-26.5 702.25
25 13
26 -13
169 26
8 13
-5 25
27 20.5
44.5 -24
576 28
10 12
-2 4
29 14
23 -9
81 30
23.5 23
0.5 0.25
31 40.5
78.5 -38
1444 32
44 47.5
-3.5 12.25
33 20.5
15.5 5
25 34
25 58
-33 1089
35 46
32.5 13.5
182.25 36
43.5 67
-23.5 552.25
= 31.64 = 49.85
∑ = -655.5 ∑D
2
= 19485.25
Dari tabel tersebut, dapat dihitung t
rel
untuk melihat ada atau tidaknya peningkatan sebelum dan setelah pelaksanaan program remedi.
Secara manual, perhitungan uji T adalah sebagai berikut:
t
rel
=
[ ]
=
. .
. .
]
=
.
. .
]
=
.
. .
]
=
. √ .
=
. .
= - 7.44
T
crit
= 2.021 dengan level signifikan = 0.05 |T | T
crit
; signifikan
Dengan SPSS:
Hasil pengolahan
data secara perhitungan maupun SPSS
menunjukkan, perbedaan yang tidak jauh berbeda. Kedua hasil tersebut menunjukkan bahwa |
T | T
crit
, yaitu | 7.195| 2.021. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada hasil yang signifikan yang diperoleh dari nilai pretest
dan posttest siswa. Dengan kata lain, program remedi yang dilakukan dapat dianggap efektif untuk membantu siswa mengatasi
kesulitan yang mereka alami dalam memahami konsep tentang vektor.
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pretest
32.3333 36
17.74824 2.95804
posttest 49.8472
36 22.92435
3.82073
Paired Samples Correlations
N Correlation
Sig. Pair 1
pretest posttest 36
.771 .000
Paired Samples Test
Paired Differences t
df Sig.
2-tailed Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95 Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 pretest - posttest
-17.51389 14.60503 2.43417
-22.45552 -12.57226
-7.195 35
.000
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN