Analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal fisika, dan efektivitas program remedi sebagai upaya membantu siswa kelas X di SMA Stella Duce Bantul untuk memahami materi vektor.
viii
ABSTRAK
Agata Novia Adriani,“Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Fisika, dan Efektivitas Program Remedi sebagai Upaya Membantu Siswa Kelas X di SMA Stella Duce Bantul untuk Memahami Materi Vektor”
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2012).
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal Fisika yang diberikan. Selain itu, penelitian juga dimaksudkan untuk mengadakan suatu program, sebagai upaya untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka dalam menyelesaikan soal. Program ini disebut sebagai program remedi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Stella Duce Bantul. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Stella Duce Bantul sejumlah 36 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan non tes. Penelitian dilakukan melalui empat tahap kegiatan yaitu (1) observasi, (2) pengadaanpreteset, (3) pelaksanaan program remedi, (4) pelaksanaanposttest.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi vektor. Namun, program remedi yang diadakan ternyata efektif membantu siswa mengatasi kesulitan mereka untuk memahami materi vektor. Secara kualitatif, hal ini dilihat dari meningkatnya prosentase jumlah siswa yang masuk kategori sangat paham dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Selain itu, perhitungan secara kuantitatif terhadap perbandingan hasil pretest dan posttest siswa menunjukkan hasil yang signifikan.
(2)
ix
ABSTRACT
Agata Novia Adriani, "Analysis of Student Difficulties in Physics Problem Solving and The Effectiveness Remedial Program as Effort Helps High School Students in Class X Stella Duce Bantul to Understanding Vector Material.
Physical Education Studies Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta (2012).
This study aims to investigate students' difficulties in solving physics problems is given. In addition, the study also aimed to establish a program, an effort to help students overcome their difficulties in solving the problem. The program is referred to as a remedial program.
This research was conducted at the High School Stella Duce Bantul. The subjects of this study were students of class X SMA Stella Duce Bantul some 36 people. The study was conducted in September 2012.
The instrument are used in this study are in test instruments and test form The research was conducted through four phases of activities: (1) observation, (2) procurement pretest, (3) implementation of remedial programs, (4) implementation of the posttest.
The Results of Research showed that students had difficulty in vector material. However, the program was effective remedy was held to help students overcome their difficulties to understand the material vector. Qualitatively, it is seen from the increase in the percentage of students who entered the category of great understanding in solving the given problem. In addition, the quantitative calculation of the comparison results of pretest and posttest of students showed significant results.
(3)
Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Fisika,
dan Efektivitas Program Remedi Sebagai Upaya
Membantu Siswa Kelas X di SMA Stella Duce Bantul
untuk Mamahami Materi Vektor
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh :
Agata Novia Adriani NIM : 08 1424 003
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus Kekuatanku dan Bunda Maria
Bapakku F.X. Bagus Putu Adi, Ibuku M.M. Retnowati Adik-adikku F.Suryadi R. dan F. Indra Wijaya
“Kupersembahkan skripsi ini sebagai bentuk ucapan syukur, tanda terima kasih,
bakti, dan cintaku untuk keluargaku yang selalu mendoakan, percaya, mendukung, dan
memotivasiku untuk terus belajar, tidak mudah putus asa, dan selalu berusaha
mendapatkan yang terbaik.”
Almamaterku Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma
(7)
v
Motto
“Apapun yang Kamu Lakukan, Baik atau Buruk Akan Berdampak Bagimu dan Orang-Orang di Sekitarmu”
“Hidup adalah Pilihan Namun Kedewasaan Seseorang, Tampak Dalam Pilihan-Pilihan Tersebut”
(8)
(9)
(10)
viii
ABSTRAK
Agata Novia Adriani,“Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Fisika, dan Efektivitas Program Remedi sebagai Upaya Membantu Siswa Kelas X di SMA Stella Duce Bantul untuk Memahami Materi Vektor”
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (2012).
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal Fisika yang diberikan. Selain itu, penelitian juga dimaksudkan untuk mengadakan suatu program, sebagai upaya untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka dalam menyelesaikan soal. Program ini disebut sebagai program remedi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Stella Duce Bantul. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Stella Duce Bantul sejumlah 36 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan non tes. Penelitian dilakukan melalui empat tahap kegiatan yaitu (1) observasi, (2) pengadaanpreteset, (3) pelaksanaan program remedi, (4) pelaksanaanposttest.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi vektor. Namun, program remedi yang diadakan ternyata efektif membantu siswa mengatasi kesulitan mereka untuk memahami materi vektor. Secara kualitatif, hal ini dilihat dari meningkatnya prosentase jumlah siswa yang masuk kategori sangat paham dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Selain itu, perhitungan secara kuantitatif terhadap perbandingan hasil pretest dan posttest siswa menunjukkan hasil yang signifikan.
(11)
ix
ABSTRACT
Agata Novia Adriani, "Analysis of Student Difficulties in Physics Problem Solving and The Effectiveness Remedial Program as Effort Helps High School Students in Class X Stella Duce Bantul to Understanding Vector Material.
Physical Education Studies Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta (2012).
This study aims to investigate students' difficulties in solving physics problems is given. In addition, the study also aimed to establish a program, an effort to help students overcome their difficulties in solving the problem. The program is referred to as a remedial program.
This research was conducted at the High School Stella Duce Bantul. The subjects of this study were students of class X SMA Stella Duce Bantul some 36 people. The study was conducted in September 2012.
The instrument are used in this study are in test instruments and test form The research was conducted through four phases of activities: (1) observation, (2) procurement pretest, (3) implementation of remedial programs, (4) implementation of the posttest.
The Results of Research showed that students had difficulty in vector material. However, the program was effective remedy was held to help students overcome their difficulties to understand the material vector. Qualitatively, it is seen from the increase in the percentage of students who entered the category of great understanding in solving the given problem. In addition, the quantitative calculation of the comparison results of pretest and posttest of students showed significant results.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karuniaNya yang luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Fisika, dan Efektivitas Program Remedi Sebagai Upaya Membantu Siswa Kelas X di SMA Stella Duce Bantul untuk Mamahami Materi Vektordengan baik. Skripsi tersebut ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat dukungan, semangat, bimbingan, kerja sama, nasihat, dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Domi Severinus, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah dengan
penuh kesabaran berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaikan tugas akhir ini.
2. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang dengan penuh kedisiplinan, mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di Pendidikan Fisika..
3. Sr. Adriani, CB, selaku Kepala Sekolah SMA Stella Duce Bantul yang telah memberikan ijin sewaktu penulis melakukan penelitian pada bulan Agustus 2012 hingga September 2012.
4. Bapak Fransiskus Yuni Wantoro, selaku guru Fisika SMA Stella Duce Bantul yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
(13)
xi
penelitian, serta memberikan masukan-masukan yang berguna bagi penulis dalam penyusunan tugas akhir.
5. Keluargaku tercinta, F.X Bagus Putu Adi (bapak), M.M Retnowati (ibu), Fransiskus Suryadi R. dan F. Indra Wijaya (adik) yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
6. Bapak-Ibu guru dan karyawan SMA Stella Duce Bantul yang terus mendukung dan menyemangati penulis selama melakukan penelitian.
7. Siswa-siswi kelas X SMA Stella Duce Bantul tahun ajaran 2012/2013 atas bantuan dan keterlibatannya dalam penelitian untuk tugas akhir ini.
8. Teman-temanku di Pendidikan Fisika, khususnya angkatan 2008, juga sahabatku Gery, Anto, Sigit, Edwin, Helen, Sinta, Ari, Dina, Mira, Mas Agung, Mas Bagus, Mas Agus dan Mbak Dita. Terima kasih atas kebersamaan dan dorongan yang kalian berikan.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini. Akhir kata, semoga pemaparan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Yogyakarta, 18 Desember 2012 Penulis,
Agata Novia Adriani NIM: 08 1424 003
(14)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Perumusan Variabel dan Pembatasan Istilah ... 7
1. Perumusan Variabel ... 7
2. Pembatasan Istilah ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Pemahaman Fisika ... 9
B. Kesulitan Belajar ... 12
C. Pembelajaran Fisika yang Konstruktivis ... 14
D. Program Remedi ... 17
(15)
xiii BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
C. Subyek Penelitian ... 25
D. Instrumen Penelitian ... 26
1. Instrumen untuk Memperoleh Data ... 26
2. Instrumen untuk Proses Pembelajaran ... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ... 26
1. Observasi ... 26
2. Pretest ... 27
3. Posttest ... 27
F. Teknik Analisis Data ... 28
1. Kualitatif ... 28
1) Analisis Lembar Observasi ... 28
2) Analisis DataPretest... 28
3) Analisis Program Remedi ... 30
2. Kuantitatif ... 30
G. Desain Penelitian ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 34
1. Deskripsi Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitan ... 35
B. Data dan Analisis ... 37
1. Data ... 37
2. Analisis Data ... 38
a. Kualitatif ... 38
1) Analisis Berdasarkan Lembar Observasi ... 38
2) Analisis HasilPretest... 41
3) Analisis Program Remedi ... 54
(16)
xiv BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
(17)
xv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Skala Skor yang Menunjukkan Tingkat Pemahaman siswa ... 31 Tabel 3.2 Data Statistika Tentang NilaiPretestdanPosttestsiswa ... 32 Tabel 4.1 Skor Maksimal yang Diperoleh Siswa Pada Tiap Konsep ... 37 Tabel 4.2 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Menentukan Faktor Diketahui ... 41 Tabel 4.3 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Menentukan Faktor yang Ditanyakan ... 42 Tabel 4.4 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Melukis Vektor ... 43 Tabel 4.5 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Melakukan Operasi Vektor dengan Metode Segitiga ... 44 Tabel 4.6 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Menjumlahkan Vektor dengan Metode Jajar Genjang ... 46 Tabel 4.7 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Mengurangkan Vektor dengan Metode Jajar Genjang ... 46 Tabel 4.8 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Menjumlahkan Vektor dengan Metode Poligon ... 48 Tabel 4.9 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Mengurangkan Vektor dengan Metode Poligon ... 48 Tabel 4.10 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
(18)
xvi
Tabel 4.11 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Menggambar Komponen Vektor ... 50 Tabel 4.12 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Menentukan Besar Komponen Vektor ... 51 Tabel 4.13 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Menggambar Resultan Vektor ... 53 Tabel 4.14 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan
Menentukan Besar Resultan Vektor ... 53 Tabel 4.15 Perbandingan Jumlah Siswa PadaPretestdanPosttestBerdasarkan
Kategori Tidak Paham, Kurang Paham, Paham dan Sangat Paham . 56 Tabel 4.16 Perbandingan NilaiPretestdanPosttestSiswa ... 58 Tabel 4.17 PengolahanPretestdanPosttestSiswa ... 62
(19)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Skema Pengelompokkan Jenis Kesulitan Siswa ... 29 Gambar 3.2 Skema Desain Penelitian ... 32
(20)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 70
Lampiran 2 Surat Tanda Bukti Penelitian dari Sekolah ... 71
Lampiran 3 Lembar Observasi ... 72
Lampiran 4 Kisi-kisi Materi ... 76
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) ... 77
Lampiran 6 SoalPretestdan Pembahasannya ... 87
Lampiran 7 Soal Latihan untuk Diskusi ... 92
Lampiran 8 SoalPosttest ... 94
Lampiran 9 Hasil Kerja Siswa ... 96
(21)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu sistem pendidikan, terjadi proses pembelajaran dalam suatu kondisi tertentu. Pembelajaran menurut Wikipedia merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar, pada suatu lingkungan belajar (http://id.wikipedia.Org yang diunduh Selasa, 6 Maret 2012). Interaksi ini dapat terjadi pada lingkungan yang formal, maupun non formal. Pada lingkungan formal, interaksi terjadi dalam kondisi yang formal, yaitu dalam suatu sekolah formal dan ruang kelas untuk belajar. Sedangkan untuk lingkungan yang non formal, interaksi banyak dilakukan dalam konteks lingkungan sekitar, yang mana peserta didik sendiri mengalami suatu gejala (cara bergaul, bekerja sama, dll) yang langsung dialami peserta didik di lingkungan atau kaitannya dengan relasi mereka untuk mengenal lingkungan. Dari uraian tersebut, proses pembelajaran yang baik tentunya diharapkan dapat terjadi dalam suatu lingkungan belajar, agar dapat membantu peserta didik (siswa) untuk belajar dengan lebih baik.
Siswa dalam perspektif UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4 diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam proses ini, mereka memerlukan bimbingan
(22)
dan pengarahan dari seseorang atau beberapa orang, untuk membantu mereka mengoptimalkan perkembangan diri mereka (UNESA dalam http://elearning.unesa.ac.id yang diunduh hari Selasa, 6 Maret 2012).
Elemen lain yang merupakan elemen penting dalam proses pembelajaran adalah guru. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Guru, terdapat definisi tentang guru, yaitu guru adalah seorang pengajar, yang mengajarkan suatu ilmu. Dalam arti yang lebih luas, guru adalah seseorang, yang dapat mengajarkan hal yang baru. Peran guru sangatlah penting untuk mendukung dan membantu siswa dalam proses pembelajarannya. Guru (sebagai seorang pendidik) tentunya merupakan salah satu subyek yang turut bertanggung jawab terhadap keberhasilan siswa.
Namun dalam kenyataannya, guru sering lupa menyadari bahwa setiap siswa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda terhadap suatu materi tertentu yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Tingkat pemahaman siswa yang berbeda-beda ini, menghasilkan tiga kelompok siswa, yaitu kelompok siswa yang sangat berhasil memahami materi yang disampaikan, kelompok siswa yang cukup, dan kelompok siswa dengan variasi kesulitan belajar yang dialami, untuk memahami materi tersebut.
Kelompok siswa dengan variasi kesulitan belajar ini, dapat disebabkan karena beberapa hal; siswa kurang termotivasi pada materi yang disampaikan, siswa kurang berusaha untuk memahami materi tersebut, siswa mendapat kesulitan dalam memantapkan penguasaan bagian-bagian yang sukar dari
(23)
seluruh bahan yang harus dipelajarinya. Penyebab lain yang dapat menjadi kesulitan belajar siswa adalah ada konsep dasar yang belum dikuasai siswa, proses belajar yang dialami oleh siswa tidak cukup menarik atau tidak cocok dengan karakter siswa yang bersangkutan. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor yang memunculkan adanya variasi kesulitan siswa dalam proses belajar. Dalam pelajaran fisika, kesulitan belajar siswa tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor seperti yang sudah disebutkan di atas, tetapi juga bisa disebabkan karena kemampuan analisis siswa ketika menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, dirasa kurang. Kurangnya kemampuan siswa dalam menganalisis soal, dapat terjadi karena siswa merasa evaluasi dan pengayaan (bisa berupa latihan soal, ulangan, tugas, dll) terhadap materi tersebut kurang. Faktor lain yang menyebabkan kesulitan tersebut juga dapat terjadi apabila konsep-konsep dasar yang seharusnya diketahui siswa, tidak diketahui olehnya.
Salah satu materi fisika untuk kelas X adalah materi tentang vektor. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa materi tersebut masih tergolong sulit untuk siswa. Misalnya saja, dalam http://repository.upi.edu/ operator/upload/s_fis_0704140 yang diunduh tanggal 2 Januari 2013, peneliti menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada materi vektor hanya sebesar 46,6 dengan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 26. Penelitian lain dilakukan oleh M. Jazuri (dalam http://library.walisongo.ac.id yang diunduh pada hari selasa, 5 juni 2012) pada siswa kelas X MA Ya Falah Grobogan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami
(24)
siswa kelas X di sekolah itu berupa kesulitan menggambar (sebesar 52,3%) dan kesulitan dalam perhitungan (sebesar 62,1%). Hasil dari kedua penelitian tersebut tentunya merupakan contoh penelitian yang menunjukkan bahwa siswa masih merasa kesulitan untuk memahami materi vektor. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan penanggulangan untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut Caroll (dalam Enthang, 1984: 3), dikatakan bahwa bilamana siswa diberi kesempatan mempergunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan ia mempergunakan dengan sebaik-baiknya, maka ia akan mencapai tingkatan hasil belajar, seperti yang diharapkan. Ini berarti, setiap
siswa ‘sebenarnya’ dapat memperkecil tingkat kesulitannya sendiri dalam
memahami suatu materi tertentu, asal ia mendapat waktu yang cukup untuk belajar dan mencoba memahami materi tersebut.
Dari pandangan tersebut pula, muncul suatu gagasan perlunya mengetahui kesulitan siswa terhadap materi yang diajarkan guru. Hal yang mungkin diupayakan oleh guru, misalnya dengan mencoba menganalisis letak kesulitan siswa ketika siswa tersebut memahami dan menyelesaikan soal yang diberikan. Cara ini dapat dilakukan dengan melihat sejauh mana siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru, serta tepat atau tidaknya jawaban yang diberikan siswa ketika menyelesaikan soal tersebut.
Namun, cukup tahu kesulitan siswa saja pastinya tidak cukup. Perlu ada tindak lanjuk sebagai upaya untuk membantu siswa mengatasi kesulitan yang mereka alami. Kelanjutan dari upaya tersebut salah satunya adalah melalui pengadaan program remedi.
(25)
Dari pengalaman yang diperoleh di beberapa sekolah, program remedi yang diadakan biasanya bersifat umum dan mencakup keseluruhan materi selama satu semester. Remedi yang diadakan pun dilakukan di akhir semester, setelah ulangan akhir semester, yang mana program tersebut dilakukan jika siswa di sekolah tersebut, banyak yang tidak mencapai ketuntasan belajar seperti yang telah ditetapkan sekolah. Cara tersebut tentunya kurang sesuai dengan tujuan dari program remedi, karena jika program remedi diadakan di akhir semester, tentunya guru tidak dapat mengetahui secara detail kesulitan yang dialami siswa pada materi tertentu.
Remedi menurut Enthang (1984: 11), adalah upaya yang dilakukan pendidik dalam membantu siswa yang mendapat kesulitan dalam belajar dengan jalan mengulang atau mencari alternatif kegiatan lain, sehingga siswa yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Tujuan dari pengadaan program remedi ini adalah peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya, siswa dapat memenuhi kriteria tingkat keberhasilan minimal yang diharapkan. Dari tujuan tersebut, diharapkan siswa dapat lebih menguasai bahan yang diajarkan, sehingga modal ilmu yang diperoleh siswa dapat lebih maksimal. Pada akhirnya, dengan semakin banyak siswa yang memahami materi yang diajarkan, akan semakin banyak pula siswa yang memperoleh nilai yang baik pada materi tersebut, sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntansan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah.
(26)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah siswa di SMA Stella Duce Bantul juga mengalami kesulitan dalam memahami materi tentang vektor?
2. Dimanakah letak kesulitan yang dialami oleh siswa SMA Stella Duce Bantul dalam memahami materi vektor?
3. Apakah program remedi dapat membantu siswa SMA Stella Duce Bantul untuk mengatasi kesulitan mereka dalam memahami materi vektor?
C. Tujuan Penelitian
1. Menyelidiki kesulitan siswa dalam menganalisis dan menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Secara khusus, penyelidikan dilakukan dengan melihat cara siswa menganalisis soal (sejauh mana siswa mengetahui komponen-komponen dari soal, yang bisa dijadikan modal untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru), dan bagaimana cara siswa menyelesaikan soal tersebut. Dengan demikian, peneliti dapat menemukan, sampai langkah mana, siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan.
2. Mengadakan suatu program, sebagai upaya untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka dalam menyelesaikan soal. Program ini dilakukan, setelah peneliti tahu, dimana letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Dengan program yang diberikan ini, peneliti dapat melihat, semakin banyak atau tidaknya siswa yang dapat menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru dengan benar dan tepat.
(27)
Dengan demikian, dapat dilihat efektif tidaknya program yang digunakan untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka dalam menyelesaikan soal.
D. Manfaat
1. Bagi peneliti, dengan penelitian ini, peneliti menjadi tahu letak kesulitan siswa dalam memahami materi yang diajarkan, dan ada atau tidaknya peningkatan pemahaman dari program remedi yang diadakan.
2. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini, guru tidak hanya mengetahui sejauh mana siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan, tetapi juga mendapat referensi atau masukan, untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
3. Bagi siswa, siswa mendapatkan kesempatan untuk dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru dan sampai batas mana mereka dapat menyelesaikan soal tersebut. Dengan demikian, siswa tahu dimana letak kesulitan mereka. Siswa juga mendapat kesempatan untuk memperbaikinya melalui program remedi yang diadakan.
E. Perumusan Variabel dan Pembatasan Masalah
1. Perumusan Variabel
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini berupa nilai yang diperoleh siswa berkaitan dengan kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan berkaitan dengan pokok bahasan tentang vektor.
(28)
2. Pembatasan Istilah
a. Kesulitan siswa dalam penelitian ini mengacu pada permasalahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika yang diberikan.
b. Materi fisika yang digunakan untuk pokok bahasan dalam penelitian ini adalah materi tentang vektor, yang mencakup tentang penggambaran vektor, komponen vektor, metode grafis dan analisis untuk menyelesaikan persoalan tentang vektor, operasi penjumlahan, pengurangan, serta penentuan besar dan arah vektor resultan.
c. Siswa dalam penelitian ini berarti sekelompok orang yang terlibat dalam penelitian ini. Siswa yang terlibat adalah siswa kelas X dari suatu kelas di SMA tertentu, dalam hal ini siswa kelas X di SMA Stella Duce Bantul.
d. Bermanfaat atau tidaknya program remedi yang diadakan hanya dilihat dari peningkatan hasil posttest setelah program remedi dilaksanakan yang dibandingkan dengan hasilpretestnya.
(29)
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemahaman Fisika
Fisika merupakan bagian dari sains. Menurut Sudarwanto (dalam http://www.mansaba.sch.id yang diunduh hari Senin, 11 Juni 2012) dikatakan bahwa sains adalah aktivitas manusia yang telah berkembang sebagai suatu perangkat intelektual untuk memudahkan menggambar dan mengatur lingkungan. Sebagai sebuah metode, sains relatif stabil dan berlaku secara universal. Sedangkan sebagai kumpulan pengetahuan, sains berkembang secara terus menerus.
Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan sains merupakan salah satu bentuk ilmu. Tujuan dasar setiap ilmu, khususnya fisika adalah mencari pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, dan asas yang dapat diandalkan (Suriasumantri, dalam http://staff.uny.ac.id/sites/ default/files yang diunduh tanggal 30 Desember 2012). Hal ini berarti, tuntutan dari pembelajaran fisika adalah memberikan gambaran bahwa setiap konsep, prinsip, dan teori fisika tidak lahir secara kebetulan, namun melalui proses dan langkah yang panjang. Belajar IPA (fisika) yang sebenarnya bukan hanya menghafal kata-kata, tetapi juga merupakan hasil asosiasi dari pengalaman-pengalaman (Subiyanto, 1988: 56).
(30)
Dalam seting pembelajaran, siswa dianggap dapat mengkonstruksi makna mereka sendiri berdasarkan pengetahuan mereka sebelumnya, aktivitas kognitif dan metakognitif mereka, serta hambatan-hambatan yang mereka temui dalam seting pembelajaran tersebut, termasuk informasi yang tersedia bagi mereka (Prihantoro, 2010: 56). Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan membawa pengetahuan yang luas, tujuan dan pengalaman mereka sendiri, dan mereka menggunakannya untuk memahami informasi-informasi yang mereka jumpai.
Modal yang mereka dapatkan dalam proses pembelajaran tersebut tentunya dapat diterapkan untuk memahami suatu persoalan. Pemahaman yang mereka dapatkan dalam proses pembelajaran, tentunya membuat mereka mampu menyelesaikan persoalan. Namun, tepat atau tidaknya penyelesaian yang mereka lakukan, terlihat dari berbagai proses kognitif yang sudah mereka terima sebelumnya.
Sering dijumpai bahwa kenyataannya, siswa sering salah menggunakan informasi yang tersedia sehingga terbentuklah konsep yang salah. Konsep-konsep yang salah ini tentunya akan berkembang menjadi semakin salah, jika tidak diarahkan pada konsep yang benar. Hal ini tentunya menjadi tugas guru untuk membimbing dan mengarahkan siswa untuk sampai pada konsep yang benar. Proses yang dialami siswa untuk membangun dan memahami suatu konsep, serta memperbaiki konsep yang salah merupakan suatu proses belajar.
(31)
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki sikap dan perilaku, dan mengokohkan kepribadian (Suyono dan Harianto, 2011: 9). UNESCO (Suyono dan Harianto, 2011: 29) menyebutkan adanya 4 pilar dalam belajar, yaitu belajar untuk mengetahui, belajar untuk bekerja, belajar untuk hidup berdampingan dan berkembang bersama, dan belajar untuk menjadi manusia seutuhnya. Dengan keempat pilar belajar tersebut , diharapkan sasaran akhir proses pembelajaran yang maksimal dapat terjadi. Hasil tersebut dapat berupa disiplin mental, perubahan perilaku, perubahan persepsi, maupun pengetahuan hasil bentukan yang diperoleh seseorang melalui proses belajarnya.
Caroll (dalam Enthang, 1984: 3-4) mengungkapkan sejumlah faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan suatu bahan / materi
2. Usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menguasai bahan tersebut 3. Bakat yang dimiliki oleh seseorang
4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran, dan
5. Kemampuan seseorang untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari keseluruhan proses belajar yang dihadapinya,
Faktor-faktor tersebut dapat menentukan maksimal atau tidaknya hasil belajar yang diperoleh seseorang.
(32)
B. Kesulitan Belajar
Ketika mengalami proses belajar, seseorang kadangkala mengalami kesulitan. Menurut The National Joint Committee for Learning Disabillities (dalam Abdurrahman, 2009: 7), kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, maupun kemampuan menalar.
Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut, dapat disebabkan karena beberapa faktor, misalnya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal tersebut berasal dari dalam diri siswa, sedangkan Faktor-faktor eksternal berasal dari luar diri siswa yang menyangkut tentang lingkungan tempat siswa belajar, maupun situasi di lingkungan tersebut.
Burton (dalam Enthang, 1984: 13-14) mengemukakan pendapatnya mengenai faktor-faktor yang menjadi latar belakang kesulitan belajar yang dialami siswa dan terdapat dalam diri siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Kelemahan secara fisik, seperti:
a. Suatu pusat susunan saraf yang tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat, atau sakit, sehingga sering membawa gangguan emosional.
b. Penyakit menahun (seperti asma dan sebagainya) yang menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.
(33)
2. Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa sejak lahir, maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidik.
3. Kelemahan-kelemahan emosional, seperti : a. Terdapatnya rasa tidak aman
b. Penyesuaian yang salah terhadap orang-orang, situasi dan tuntutan-tuntutan tugas maupun lingkungan
c. Tercekam rasa pobia (rasa takut, benci dan antipati), yang merupakan mekanisme pertahanan diri.
4. Kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, misalnya :
a. Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar.
b. Kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian. c. Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab.
d. Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran. e. Merasa gugup.
5. Tidak memiliki keterampilan-keterampilan ataupun pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti :
a. Ketidakmampuan membaca, berhitung, kurang menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang sedang diikutinya secara sekuensial (meningkat dan beruntun).
(34)
Kesulitan-kesulitan belajar tersebut tentunya juga akan memberikan pengaruh pada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dalam belajar Fisika, misalnya, beberapa orang siswa juga mungkin bisa mengalami kesulitan-kesulitan seperti yang sudah dijelaskan. Habiburrahman (1981: 3) berpendapat bahwa kesulitan siswa dalam belajar IPA, dalam kasus ini berarti fisika, banyak bersumber dari hal-hal berikut, seperti:
1. Kesulitan dalam membaca suatu kalimat atau istilah 2. Kesulitan dalam angka
3. Kesulitan dalam mengerti tentang konsep-konsep yang diajarkan 4. Kesulitan dalam menggunakan alat-alat praktikum
5. Kesulitan yang disebabkan karena pribadi siswa sendiri, misalnya: a. Siswa sulit diajak berpikir secara deduktif.
b. Siswa merasa sulit mengambil kesimpulan, ketika dihadapkan pada suatu masalah yang berkaitan dengan masalah yang dberikan guru. c. Siswa sulit membuat sebuah hipotesis.
d. Siswa sulit untuk menguji hipotesis tersebut. e. Siswa sulit untuk memformulasikan suatu masalah.
C. Pembelajaran Fisika yang Konstruktivis
Salah satu landasan yang digunakan dalam belajar fisika adalah landasan yang bersifat konstruktif, yaitu suatu landasan yang merupakan bentukan pengetahuan yang kita buat sendiri. Dengan kata lain, pengetahuan
(35)
tersebut bukan semata-mata diterima begitu saja seperti suatu transfer barang, tetapi pengetahuan yang kita bentuk saat kita sedang mempelajari sesuatu.
Menurut Suparno (2007: 10-11), dalam pendidikan fisika, ada dua aliran konstruktivisme yang digunakan dan bahkan dikembangkan, yaitu:
1. Konstruktivisme psikologis personal yang ditemukan oleh Piaget
Dalam model ini, Piaget mengamati bagaimana seorang anak membentuk pengetahuannya sendirian. Ia menekankan bagaimana seorang individu secara personal mengkonstruksi pengetahuan dari interaksinya dengan pengalaman dan obyek yang dihadapinya. Dalam kasus belajar fisika, anak diberi kebebasan untuk belajar sendiri dan memperoleh kemajuannya sendiri. Hal yang ditekankan adalah siswa hanya dapat mengerti fisika bila ia sendiri belajar dan dengan demikian membangun pengetahuannya sendiri.
2. Sosiokulturalisme yang ditemukan oleh Vygotsky
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain, terlebih dengan orang lain yang memiliki pengetahuan yang lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik pula. Dengan kata lain, siswa perlu berinteraksi dengan para ahli dan terlibat langsung dengan situasi yang cocok dengan pengetahuan yang ingin digelutinya. Menurutnya, kegiatan seseorang untuk mengerti sesuatu selalu dipengaruhi oleh partisipasi orang tersebut dalam praktik-praktik sosial dan kultural yang ada.
(36)
Berdasarkan kedua pandangan tersebut, Suparno (2007: 134) mengungkapkan beberapa metode pembelajaran fisika yang sesuai, untuk membangun pengetahuan siswa, salah satunya adalah dengan metode cooperative learning. Dalam model pembelajaran ini, siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerja bersama untuk semakin menguasai bahan.
Namun, pembelajaran secaracooperative learningpun masih memiliki model pembelajaran yang bermacam-macam. Di antara model-model pembelajaran cooperative learning, yang paling lama dan paling banyak digunakan adalah model diskusi kelompok (Robert, 2005: 252).
Model diskusi adalah model pembelajaran dengan pembicaraan kelompok yang bersifat edukatif, reflektif, terstruktur dengan dan bersama siswa lain (Kindvatter, Willen, Ishler, dalam Suparno, 2007: 129). Hal pokok yang harus dipersiapkan dalam diskusi kelompok adalah memastikan bahwa setiap anggota kelompok aktif berpartisipasi. Dengan kata lain, siswa dibiasakan untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan melalui pembicaraan dalam kelompok, dan saling bertukar ide atau gagasan dalam kelompok tersebut.
(37)
D. Program Remedi
Seperti sudah disebutkan pada bagian pendahuluan, remedi menurut Enthang adalah suatu upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu siswa yang mendapat kesulitan dalam belajar, dengan jalan mengulang atau mencari alternatif kegiatan lain, sehingga siswa yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Tujuan dari pengadaan program remedi ini adalah peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya, siswa dapat memenuhi kriteria tingkat keberhasilan minimal yang diharapkan (Enthang, 1984: 10-11).
Tetapi, ada proses yang perlu dilakukan sebelum melakukan program remedi, proses tersebut adalah melakukan analisis terhadap kesulitan yang dialami siswa. Dalam Abdurrahman (2009: 20), terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai prosedur melakukan analisis, misalnya :
1. Identifikasi
Pelaksanaan identifikasi dapat dilakukan dengan memperhatikan laporan guru kelas atau sekolah yang bersangkutan, juga melakukan hasil tes kemajuan belajar (yang disesuaikan dengan kebutuhan peneliti), atau melalui instrumen informal, misalnya dalam bentuk lembar observasi guru atau orang tua. Berdasarkan informasi tersebut, sekolah nantinya dapat memperkirakan jumlah anak yang memerlukan bantuan berupa program remedi, maupun data anak dengan kesulitan yang mereka hadapi.
(38)
2. Lokalisasi letak kesulitan
Pada bagian ini, kita dapat melihat hal-hal yang menjadi letak kesulitan siswa, misalnya dalam mata pelajaran (bidang studi) mana kesulitan itu terjadi, pada kawasan tujuan pembelajaran mana kesulitan itu terjadi, pada bagian ruang lingkup bahan mana kesulitan itu terjadi, dan dalam segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi.
3. Memperkirakan kemungkinan bantuan
Langkah ini dilakukan, untuk memperkirakan:
a. Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak,
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut
c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat diberikan d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan
e. Bagaimana cara menolong siswa tersebut agar proses yang terjadi dapat dilaksanakan secara efektif
f. Siapa sajakah yang harus diikutsertakan untuk menolong siswa tersebut.
4. Menetapkan kemungkinan cara mengatasi kesulitan
Langkah ini dilakukan untuk menyusun suatu rencana atau beberapa alternatif rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut.
(39)
5. Tindak lanjut
Kegiatan ini berupa suatu program yang diperkirakan paling tepat untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa:
a. Pelaksanakan bantuan berupa pengadaan program remedi
b. Pembagian tugas dan peranan orang-orang tertentu untuk memberikan bantuan kepada siswa yang bersangkutan
c. Pengecekan yang berkaitan dengan kemajuan siswa, baik tentang pemahaman mereka terhadap bantuan yang sudah diberikan, maupun manfaat program yang diberikan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, program remedi termasuk sebagai upaya tindak lanjut dari kegiatan analisis. Dalam melakukan program remedi, guru sebaiknya:
1. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan 2. Memilih alternatif tindakan
3. Dan melakukan evaluasi dari program remedi yang diadakan. Fungsi dari program remedi ini, antara lain:
1. Memperbaiki metode mengajar guru
Hal ini dimaksudkan, agar metode mengajar guru dapat lebih mengaktifkan siswa, lebih banyak mengulangi isi dari materi yang dirasa sulit bagi siswa, dan cara guru menyampaikan materi tersebut tidak terlalu cepat, sehingga siswa dapat memahami materi yang disampaikan. 2. Memperbaiki metode belajar siswa
(40)
Program remedi ini akan membuat siswa memiliki pembagian dan penambahan waktu belajar, penambahan tugas-tugas sebagai latihan bagi siswa untuk dapat lebih memahami konsep yang diajarkan, dan pengorganisasian terhadap bahan yang diberikan.
E. Besaran Vektor
Dalam belajar fisika, untuk menyatakan suatu besaran, tidak cukup hanya tahu tentang nilai dari besaran tersebut. Beberapa besaran fisika juga perlu dinyatakan dalam suatu nilai dan arah. Besaran yang hanya memiliki nilai saja disebut besaran skalar, sedangkan besaran yang memiliki nilai dan arah disebut besaran vektor.
Hal-hal yang tercakup dalam pembelajaran vektor ini antara lain: 1. Menyatakan suatu vektor
Untuk tulisan tangan, lambang suatu vektor biasanya ditulis dengan satu huruf besar dan diatas huruf ini diberi tanda anak panah, misalnya A⃗. Untuk buku cetakan, lambang vektor umumnya dicetak dengan huruf besar yang dicetak tebal, misalnyaA.
Untuk menuliskan besar suatu vektor, tulisan tangan biasanya ditulis dengan menggunakan tanda harga mutlak, misalnya A⃗. Sedangkan untuk buku cetakan, besar vektor umumnya dicetak dengan huruf miring, misalnyaA.
(41)
Pangkal vektor
ujung vektor
V
Vx Vy
Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah yang terdiri dari pangkal dan ujung. Panjang anak panah menunjukkan besar vektor, sedangkan arah anak panah (dari pangkal ke ujung) menunjukkan arah vektor. Sebagai contoh, pada gambar 1.1 dilukiskan sebuah vektor yang besarnya 60 m dan berarah ke timur. Besar 60 m dilukiskan dengan panjang anak panah 4 cm.
•
2. Komponen vektor
Setiap vektor selalu dapat diuraikan menjadi dua atau lebih vektor. Dalam pembelajaran ini, pembatasan hanya pada penguraian sebuah vektor menjadi 2 buah vektor yang saling tegak lurus. Pada gambar di bawah ini, ditunjukkan sebuah vektor V yang dapat diuraikan menjadi komponen pada sumbu X, yaitu Vx,dan komponen pada sumbu Y, yaitu
Vy. misalnya sudut antara vektor V dengan sumbu X positif adalah θ, maka besar komponen-komponenVx,danVydapat diperoleh dari:
Vx= Vcosθ
Vy= Vsinθ θ
3. Operasi Vektor
Operasi vektor untuk pembelajaran pada tahap ini, hanya di fokuskan pada operasi penjumlahan dan pengurangan vektor.
1) Metode grafis a) Metode segitiga
(42)
-B
A
Penjumlahan atau pengurangan dua buah vektor dengan metode ini, adalah dengan cara menghubungkan pangkal vektor kedua ke ujung vektor pertama. Kemudian tarik garis untuk menghubungkan pangkal vektor pertama ke ujung vektor kedua sehingga diperoleh hasil penjumlahan atau pengurangan kedua vektor tersebut. Contoh:
vektor pertama (vektorA) vektor kedua (vektorB)
Hasil penjumlahanA+Badalah
A
A+B B
Hasil penguranganA-Badalah
A-B
b) Metode jajar genjang
Aturan yang digunakan untuk melukis vektor dengan menggunakan metode ini adalah melukis vektor pertama dan vektor kedua dengan titik pangkal yang berimpit. Setelah itu, dilukis sebuah jajar genjang dengan kedua vektor tersebut sebagai sisi-sisinya. Vektor baru hasil dari kedua vektor tersebut adalah diagonal jajar
(43)
A
genjang yang titik pangkalnya sama dengan titik pangkal kedua vektor tersebut.
Contoh:
vektor pertama (vektorA) vektor kedua (vektorB)
Hasil penjumlahanA+Badalah
A
B A+B
Hasil penguranganA-Badalah
A-B -B
c) Metode poligon
Metode ini digunakan khusus untuk operasi penjumlahan atau pengurangan vektor yang terdiri lebih dari dua buah vektor. Metode ini hampir sama dengan metode segitiga, yang mana cara mencari hasil penjumlahan vektor dengan cara ini adalah dengan menghubungkan pangkal vektor yang satu, dengan ujung vektor yang lain, demikian seterusnya. Contoh:
vektor pertama (vektorA) vektor kedua (vektorB)
(44)
C D A+B+C+D A
B
vektor ketiga (vektorC) vektor keempat (vektorD)
Hasil penjumlahan dari keempat vektor tersebut (A+B+C+D) adalah
2) Metode matematis
Cara menentukan hasil operasi vektor dengan cara ini adalah dengan menggunakan perhitungan. Untuk menentukan besar vektor, digunakan rumus:
R= + + 2 ,
dengan α adalah sudut apit antara vektor dan 4. Vektor Resultan
Vektor resultan adalah suatu vektor baru yang merupakan hasil operasi dari dua atau lebih vektor. Cara menghitung vektor resultan ini dapat melalui metode grafis, maupun secara matematis, seperti sudah dijabarkan pada bagian sebelumnya.
(45)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian yang deskriptif-eksperimen. Deskriptif karena dalam penelitian ini, akan diberikan penjelasan terhadap suatu hal, yaitu tentang hasil analisis yang diperoleh berdasarkan data yang didapat dalam penelitian. Di samping bersifat deskriptif, penelitian ini juga termasuk dalam jenis penelitian eksperimen, karena ada treatment khusus yang diberikan oleh peneliti kepada siswa, yang berupa suatu metode tertentu dalam proses pembelajaran. Metode yang dipilih sebagai treatment adalah metode diskusi kelompok. Dengan metode tersebut, diharapkan nantinya membawa perubahan di akhir penelitian. Perubahan tersebut berupa peningkatan nilai yang menunjukkan pemahaman siswa.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : SMA Stella Duce Bantul Waktu : bulan Agustus–September 2012
C. Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 36 orang. Subyek ini dipilih karena materi penelitian yang digunakan adalah materi untuk kelas X.
(46)
D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen untuk memperoleh data
Instrumen yang digunakan ada dua macam, yaitu instrumen non tes dan instrumen yang berupa tes tertulis. Instrumen non tes berupa lembar observasi. Lembar observasi digunakan sebagai modal awal untuk memilih metode yang akan digunakan dalam program remedi. Lembar observasi ini disusun dengan pertimbangan untuk melihat situasi dan keadaan siswa-siswi kelas X yang menjadi subyek penelitian.
Instrumen tes tertulis terdiri atas pretest dan posttest. Tes ini digunakan untuk melihat pemahaman konsep siswa. Tes disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai dari materi yang bersangkutan. Soal-soal yang dibuat dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru pengampu mata pelajaran fisika. Tes ini terdiri dari 10 soal essai.
2. Instrumen untuk proses pembelajaran
Untuk melaksanakan proses pembelajaran, instrumen yang disusun berupa kisi-kisi (yang berisi indikator yang akan dicapai pada proses pembelajaran) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dilakukan sebelum melakukan penelitian dan pengambilan data dalam bentuk tes. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti. Observasi bertujuan untuk memperoleh data awal tentang situasi
(47)
kelas, keadaan siswa-siswi kelas X, juga metode yang digunakan guru mata pelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa-siswanya. Dengan melakukan pengamatan tentang situasi dan kondisi kelas terlebih dahulu, diharapkan metode yang digunakan saat pelaksanaan program remedi dapat sungguh-sungguh membantu siswa mengatasi kesulitan mereka.
2. Pretest
Tes ini diberikan sebelum pemilihan treatment, digunakan untuk melakukan analisis awal sebagai upaya untuk mengetahui siswa-siswa mana saja yang belum mencapai ketuntasan yang diharapkan, dan jenis-jenis kesulitan apa yang dialami oleh masing-masing siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar tersebut. Dengan kata lain, tes ini digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep yang sudah diterima dari siswa yang akan terlibat dalam penelitian, untuk menentukan letak kesulitan mereka.
3. Posttest
Tes ini diberikan setelah pelaksanaantreatment selesai dilakukan. Tes ini digunakan untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep siswa setelah siswa menerima materi dari program remedi. Posttest juga digunakan untuk melihat efektivitas program remedi yang dilakukan, untuk mengatasi kesulitan siswa.
(48)
F. Teknik analisis data
Untuk teknik analisis data, ada dua proses yang dilakukan, yaitu analisis data yang dilakukan secara kualitatif, dan analisis data yang dilakukan secara kuantitatif.
1. Secara kualitatif
Pada analisis data dengan menggunakan model ini, tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melakukan analisis data adalah sebagai berikut: 1) Analisis lembar observasi
Data ini berupa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti selama pengamatan berlangsung. Dari data tersebut, dilihat hal-hal yang menarik dari guru, dan bagaimana metode yang digunakan guru untuk menarik siswa belajar di kelas. Kemudian, dilakukan analisis terhadap kekurangan dari metode guru dan karakter siswa di kelas. Kekurangan tersebut dijadikan sebagai peluang untuk memilih metode yang mungkin dapat digunakan yang dipilih sesuai dengan karakter siswa. Dari data tersebut, juga dapat dilihat siswa-siswa yang aktif dan yang pasif, sehingga metode yang dipilih dapat benar-benar terlaksana secara maksimal, untuk dapat membantu siswa dalam belajar.
2) Analisis datapretest
Data ini berisi jawaban-jawaban siswa dalam menyelesaikan soal yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut, diteliti sampai sejauh mana siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan, dan benar atau tidaknya hasil yang diperoleh siswa. Kemudian dilakukan analisis
(49)
terhadap kesulitan - kesulitan yang dialami siswa ketika menyelesaikan soal tersebut. Kesulitan – kesulitan tersebut kemudian dikelompokkan dalam kategori-kategori tertentu, untuk melihat secara keseluruhan kesulitan yang dialami siswa. Proses pengelompokkan jenis kesulitan tersebut dapat dilihat pada skema dibawah ini:
Gambar 3.1 Skema pengelompokkan jenis kesulitan siswa
Kesulitan siswa
Menentukan faktor diketahui
Menentukan faktor yang ditanya
Menyelesaikan persoalan
Melukis vektor
Komponen vektor Metode vektor
Metode segitiga
Metode jajar genjang
Metode poligon
Metode matematis
Vektor resultan
Gambar vektor resultan
Besar vektor resultan
(50)
3) Analisis program remedi
Analisis kualitatif yang dilakukan pada tahap ini digunakan untuk: a. Melihat nilai posttest siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan
yang dialami siswa padapretestsudah berhasil teratasi atau belum. b. Melihat semakin banyak atau tidaknya siswa yang mencapai kategori
paham dan sangat paham berdasarkan kriteria yang ditetapkan. c. Melihat semakin sedikit atau tidaknya siswa pada kategori kurang
paham dan tidak paham berdasarkan kriteria yang ditetapkan. 2. Secara kuantitatif
Pada proses analisis kuantitatif ini, analisis dilakukan terhadap hasil pengerjaan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Sebelumnya, peneliti memberi patokan jumlah skor maksimal yang akan diberikan pada masing-masing nomor soal. Kemudian, dari hasil analisis jawaban siswa, akan diberikan nilai maksimal yang diperoleh tiap siswa di masing-masing nomor soal. Selanjutnya, sebagai nilai akhir, akan dijumlahkan seluruh skor yang didapat siswa pada tiap nomor. Skor ini akan menjadi skor total yang diperoleh siswa melalui tes yang sudah diberikan. Skala skor untuk menggambarkan tingkat pemahaman siswa, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(51)
Tabel 3.1
Skala Skor yang Menunjukkan Tingkat Pemahaman Siswa Skala Kategori
0–49 Tidak paham 50–69 Kurang paham
70–89 Paham
90 - 100 Sangat paham
Keterangan: kategori paham diambil berdasarkan ketuntasan minimum yang ingin dicapai sekolah, kemudian kategori lain menyesuaikan.
Hasil skor total (nilai akhir) ini akan dibandingkan antara niai pretestdanposttestnya, untuk melihat ada atau tidaknya peningkatan yang dialami siswa sebelum dan sesudah pengadaan program remedi. Perbandingan ini dihitung dengan menggunakan tes-T untuk kelompok dependen. Cara menghitung data yang diperoleh dengan tes ini adalah sebagai berikut:
trel=
( )
[ ( ) ]
( )
dimana : D = perbedaan antara skor tiap subyek = Xi1–Xi2
N = jumlah pasang skor (jumlah pasangan) Df = N-1
Hasil dari trel ini kemudian dicocokkan dengan tcrit yang sudah
diketahui dari tabel. Jika hasil trel ada diantara tcrit, maka hasilnya tidak
signifikan. Dengan kata lain, tidak ada perubahan yang terjadi dari metode atau program yang dilakukan. Bentuk tabelnya adalah sebagai berikut:
(52)
Tabel 3.2
Data Statistika Tentang NilaiPretestdanPosttestSiswa
G. Desain Penelitian
Gambar 3.2 Skema desain penelitian
Data ke Pretest posttest D = (pre - post) D2
Observasi
pretest
Analisis data
Pemilihan treatment
Pelaksanaantreatment
posttest
Analisis pretest dan posttest
(53)
1. Gambaran Umum
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap kesulitan yang dialami siswa terhadap materi yang diberikan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari letak kesulitan yang dialami siswa. Langkah awal yang diambil adalah melakukanpretestuntuk melakukan analisis kesulitan yang dialami siswa. Setelah hasilpretestdiperoleh, data tersebut kemudian diolah, sehingga dapat dicari alternatif penyelesaian untuk mengatasi kesulitan tersebut, melalui program remedi yang akan diadakan. Setelah itu disiapkan suatu treatment berupa suatu metode dalam proses pembelajaran selama program remedi sebagai upaya membantu siswa mengatasi kesulitan yang mereka alami. Setelah program remedi selesai, langkah selanjutnya adalah pengadaan posttest, untuk melihat apakah kesulitan yang dialami siswa saat pretest sudah berhasil diatasi atau belum. Hasil posttest ini kemudian dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada pretest, untuk melihat apakah program tersebut efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa atau tidak.
2. Rencana program remedi
Pelaksanaan program remedi diikuti oleh semua siswa yang terlibat dalam penelitian. Program remedi ini bersifat mengulang materi. Kemudian untuk mengetahui apakah kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi melalui program remedi atau tidak, diadakan evaluasi remedi, berupa nilaiposttestyang dibandingkan dengan nilaipretestsiswa.
(54)
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi tempat dan waktu penelitian a. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Stella Duce Bantul yang terletak di Ganjuran, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan untuk siswa-siswi kelas X SMA Stella Duce Bantul Tahun Ajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran Fisika. Banyaknya kelas X di SMA ini adalah 2 kelas, yaitu kelas X-1 dan kelas X-2. Jumlah siswa di SMA Stella Duce Bantul tahun ajaran 2012/2013 adalah 39 siswa, dengan jumlah siswa pada masing-masing kelas adalah 20 orang siswa di kelas X-1 dan 19 orang di kelas X-2. Namun, karena adanya halangan pada pelaksanaan penelitian (3 orang siswa tidak bisa mengikuti posttest yang diadakan oleh peneliti), maka banyaknya siswa yang menjadi subyek penelitian adalah 36 orang. Banyaknya siswa laki-laki berjumlah 12 orang dan siswa perempuan berjumlah 24 orang.
b. Waktu penelitian
Pembelajaran Fisika di SMA Stella Duce Bantul berlangsung setiap hari Selasa dan Jumat. Pada hari Selasa, pembagian jadwal yang diberikan untuk masing-masing kelas X adalah jam pertama-kedua
(55)
untuk kelas X-1, dan jam ketiga-keempat untuk kelas X-2. Masing-masing kelas mendapat dua jam pelajaran (2 JP x 45 menit), sedangkan untuk hari Jumat, pelajaran Fisika untuk tiap kelas, hanya berlangsung selama 1 JP, yaitu jam ke-7 untuk kelas X-1 dan jam ke-8 untuk kelas X-2.
Adapun waktu yang digunakan selama proses pengamatan sampai pengambilan data adalah sebagai berikut:
1) Observasi
Observasi dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu pada tanggal 28 Agustus 2012; 31 Agustus 2012; 4 September 2012; 7 September 2012; dan 11 September 2012.
2) Pelaksanaanpretesttanggal 14 september 2012 3) Pelaksanaan program remedi
Pelaksanaan program remedi dilakukan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 15 September 2012 dan tanggal 17 September 2012
4) Pelaksanaanposttestpada tanggal 20 September 2012. 2. Deskripsi pelaksanaan penelitian
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengamati bagaimana keadaan dan situasi yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, metode-metode apa yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran, dan bagaimana antusias siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini
(56)
digunakan peneliti sebagai modal untuk menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses remedial. Selain itu, dengan melakukan observasi, peneliti juga dapat mengenal karakter siswa, dan melakukan pendekatan dengan siswa sehingga suasana saat pelaksanaan program remedi dapat berjalan dengan lancar dan lebih santai.
Sesuai kesepakatan dengan guru, pelaksanaan pretest dapat dilakukan pada jam pelajaran, karena nilai pretest yang diambil oleh peneliti, dijadikan sebagai nilai ulangan oleh guru Fisika yang bersangkutan, sehingga tidak mengganggu alokasi waktu yang sudah dibuat guru tersebut. Sedangkan untuk pelaksanaan program remedi, akan dilakukan pada waktu yang lain di luar jam pelajaran (dilakukan sepulang sekolah).
Pelaksanaan program remedi ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama digunakan peneliti untuk membahas soal pretest bersama-sama dengan siswa, sekaligus membahas konsep yang menjadi kesulitan siswa berdasarkan pretest. Pertemuan kedua digunakan untuk pelaksanaan metode yang digunakan peneliti. Metode yang dipilih adalah metode diskusi kelompok, agar siswa dapat belajar bersama-sama dan membahas soal latihan yang diberikan secara bersama-sama pula. Setelah selesai berdiskusi, peneliti bersama-sama dengan siswa, membahas latihan soal yang diberikan. Setelah pelaksanaan program remedi, dilakukan pengambilan nilai posttest, untuk melihat peningkatan siswa dari nilaipretestmereka.
(57)
B. Data dan Analisis
1. Data
Tabel 4.1
Skor Maksimal yang Diperoleh Siswa Pada Tiap Konsep
No. Siswa
Skor siswa untuk Tiap Konsep Total skor a b 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 2 2 5 3 3 - - - 2 - 1 19
2 - 3 4 3 3 1 - - - 14
3 4 - 4 5 1 1 3 1 - - - - 19
4 1 - 1 1 1 1 - 1 - - - 1 7
5 2 1 4 4 3 2 4.5 4.5 - - 4.5 3 32.5
6 4 5 4 1 6 - - - 1 5 5 3 34
7 2.5 6.5 4 5 6 6 6 3 - - - 4 43
8 9.5 8.5 4 5 6.5 3 8 4 - 4 - 10 62.5
9 3 6 4 1 4 4 7 2 - 6 4 3 44
10 3.5 7.5 4 3.5 1 - 3 2 1 - 3.5 - 29
11 3.5 1.5 4 5 2 2 8 2 - - - 2 30
12 2 2 4 5 3 3 5 4 - 1 - 1 30
13 6 1 4 5 3 6.5 8 8 - - 2.5 1 45
14 1 - 4 5 5 5 8 8 - 2 2.5 3 43.5
15 - - 4 4 1 1 - - - 10
16 - - - 5 3 - - - 8
17 4.5 6.5 4 5 6.5 5 6 3 1 5 9 5 60.5
18 1 1 4 5 3 3 1 1.5 - 1 - 3 23.5
19 - - 4 5 6.5 6.5 7 4 1 2 3 5 44
20 1 - 4 5 6.5 6.5 7 8 - - 7 4 49
21 7.5 7.5 4 5 6.5 6.5 4.5 2 8 - 12 - 63.5
22 1 6 3 4 5 6.5 6 5 1 3 5 4 49.5
23 2.5 5.5 4 5 6.5 6.5 8 8 - - 6 3 55
24 1 1 - 1 2 2 2 2 1 - 3 - 15
25 3 2 4 1 - 1 1 - 1 - - - 13
26 1 - 1 - 1 1 1 - - 1 1 1 8
27 0.5 3.5 4 5 6.5 1 - - - 20.5
28 1 - 4 4 - 1 - - - 10
29 2 3 1 1 1 1 1 1 2 - - 1 14
30 6 5 3 1.5 1 - 3 2 1 - - 1 23.5
31 4 3 4 5 6.5 2 8 1 - 1 4 2 40.5
32 1 6 3 5 6.5 5.5 8 7 1 - - 1 44
33 1.5 0.5 4 4 2 2 5.5 - 1 - - - 20.5
34 7.5 7.5 4 3 2 1 - - - 25
35 3.5 5.5 4 5 5 3 7 8 - 2 2 1 46
(58)
Keterangan tiap konsep: a. Faktor diketahui b. Faktor ditanya
1. Penyelesaian konsep melukis vektor 2. Penyelesaian konsep segitiga vektor
3. Penyelesaian konsep penjumlahan dengan metode jajar genjang 4. Penyelesaian konsep pengurangan dengan metode jajar genjang 5. Penyelesaian konsep penjumlahan dengan metode poligon 6. Penyelesaian konsep pengurangan dengan metode poligon 7. Penyelesaian vektor secara matematis
8. Penyelesaian konsep tentang komponen vektor 9. Penyelesaian konsep resultan vektor
10. Penyelesaian konsep resultan vektor
2. Analisis data a. Secara Kualitatif
Analisis data secara kualitatif dilakukan dalam tiga jenis analisis, yaitu analisis berdasarkan lembar observasi, analisis hasilpretest, dan analisis program remedi.
1) Analisis Berdasarkan Lembar Observasi
Siswa-siswa kelas X di SMA adalah siswa-siswa yang baru memasuki jenjang pendidikan baru dengan tingkatan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kadang kala kebiasaan di SMP masih dapat terbawa di SMA. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi, peneliti melihat bahwa masih banyak siswa yang bersikap pasif di kelas. Mereka cenderung hanya mencatat materi yang ditulis di papan tulis, tetapi belum mampu menunjukkan sikap kritis untuk bertanya atau mencoba lebih
(59)
memahami materi yang disampaikan. Siswa juga masih belum terbiasa merespon pertanyaan yang diberikan guru dengan cepat. Suasana kelas juga belum terkesan santai dan nyaman untuk belajar, walaupun guru sesekali sudah memberikan candaan di kelas.
Untuk metode mengajar, peneliti melihat bahwa metode mengajar yang digunakan guru masih kurang membangkitkan antusias siswa untuk belajar. Pada hasil observasi hari pertama, guru menggunakan metode ceramah dengan media papan tulis. Walaupun suasana kelas sudah diupayakan agar terkesan santai, tetapi siswa masih belum aktif belajar.
Pada observasi-observasi selanjutnya, guru sudah mengembangkan media pembelajaran, yaitu dengan menggunakan power point, agar guru semakin terfokus pada murid. Namun kenyataannya, belum terjadi interaksi yang membangkitkan suasana belajar, karena siswa masih terkesan pasif.
Dalam setiap pertemuan, guru juga sudah memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa. Siswa juga diberikan kesempatan untuk maju mengerjakan soal yang diberikan. Di akhir pelajaranpun, guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa untuk membantu siswa semakin mendalami materi pelajaran. Pekerjaan rumah yang diberikan pun dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Walaupun upaya yang dilakukan guru sudah maksimal, namun situasi belajar yang aktif tampaknya masih belum terbentuk. Dari hasil tersebut, peneliti mencoba mengembangkan metode lain yang
(60)
memungkinkan siswa dapat belajar secara lebih aktif. Dengan memilih metode yang lebih mengaktifkan siswa, diharapkan pemahaman materi yang diperoleh siswa dapat lebih maksimal. Metode yang digunakan adalah metode diskusi kelompok.
Peneliti memilih metode diskusi kelompok karena peneliti telah melihat, bahwa metode ceramah belum mampu membuat situasi kelas yang asyik untuk belajar. Interaksi siswa dengan gurupun masih belum dapat mendorong siswa untuk antusias bertanya dan merespon pertanyaan yang diberikan guru. Siswa juga masih merasa malu untuk bertanya, walaupun sudah diberikan kesempatan untuk bertanya.
Dengan metode diskusi kelompok, siswa dapat bertanya pada teman sebayanya. Selain itu, teman-teman dalam satu kelompok diskusi adalah teman-teman sekelas dan mungkin teman bermain mereka di sekolah, sehingga dengan demikian, rasa malu yang dirasakan siswa untuk bertanya maupun berdiskusi tentang kesulitan yang mereka alami dapat berkurang. Dalam diskusi kelompok, antara siswa yang satu dengan siswa yang lain mendapat kesempatan yang sama untuk saling membantu. Mereka akan dapat bertanya satu sama lain, dan merespon pertanyaan teman dalam satu kelompok diskusi untuk memecahkan persoalan bersama-sama. Model diskusi kelompok nantinya akan lebih berisi latihan-latihan soal yang di kerjakan dalam kelompok dan dibahas bersama di kelas, sehingga siswa dapat lebih mengerti konsep yang telah diajarkan melalui soal-soal yang diberikan.
(61)
2) Analisis HasilPretest
Analisis hasil pretest ini berisi analisis jawaban siswa yang sudah dikategorikan berdasarkan kesulitan siswa pada materi yang diajarkan. Kesulitan siswa dalam kasus ini, dilihat dari seberapa jauh siswa dapat mengerjakan soal yang diberikan. Bentuk penilaian dalam analisis ini, dikategorikan dalam 4 macam kategori, yaitu kategori tidak paham, kurang paham, paham, dan sangat paham, yang ditulis dalam bentuk interval skor, untuk memudahkan pengelompokkan siswa dalam kategori tersebut. Kemudian, jumlah siswa dalam kategori tersebut, ditulis dalam bentuk prosentase, untuk memudahkan pembacaan data. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a) Kesulitan siswa untuk menentukan faktor diketahui dari soal
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar siswa masih merasa kesulitan menuliskan faktor yang diketahui dari soal. Hal ini ditunjukkan dari prosentase berdasarkan jawaban yang ditulis siswa. Prosentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.2
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Faktor Diketahui
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
9.5 ≤ 4.6 Tidak paham 86.11
4.7–6.5 Kurang paham 5.55
6.6-8.5 Paham 5.55
(62)
Dari hasil prosentase tersebut, lebih dari 50% siswa masih tidak paham dalam menentukan faktor-faktor yang diketahui dari soal. Analisis jawaban menunjukkan hasil bahwa hampir semua soal yang mereka kerjakan, tidak menyertakan faktor diketahui. Ini dapat disebabkan karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal secara sistematis, sehingga mereka cenderung langsung mengerjakan soal yang diberikan, tanpa menyertakan faktor diketahui.
b) Kesulitan siswa untuk menentukan faktor yang ditanyakan dari soal Kesulitan yang sama juga dialami siswa pada bagian ini. Walaupun tidak sebanyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan faktor yang diketahui, namun prosentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ini juga masih relatif besar. Hal ini ditunjukkan dari prosentase berdasarkan jawaban yang ditulis siswa. Prosentase tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.3
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Faktor yang Ditanyakan
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
9.5 ≤ 4.6 Tidak paham 63.89
4.7–6.5 Kurang paham 25
6.6-8.5 Paham 11.11
8.6–9.5 Sangat paham
-Dari tabel tersebut, jumlah siswa yang tidak paham menunjukkan jumlah terbesar dari siswa dalam kategori yang lain. Bahkan, tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat paham. Prosentase paling
(63)
sedikit juga ditunjukkan oleh kelompok siswa dalam kategori paham. Dengan kata lain, siswa belum dapat menentukan faktor yang ditanya dalam soal secata tepat. Padahal, ‘faktor ditanya’, adalah unsur yang mempertegas tujuan akhir yang harus diselesaikan oleh siswa.
c) Kesulitan siswa untuk melukis vektor
Kesulitan siswa dalam memehami konsep tentang cara melukis vektor, tampak dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Melukis Vektor
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
4 ≤ 1.9 Tidak paham 13.89
2–2.7 Kurang paham 2.78
2.8–3.5 Paham 8.33
3.6 - 4 Sangat paham 75 Pada konsep melukis vektor, hasil data menunjukkan bahwa mayoritas siswa masuk dalam kategori paham. Ini berarti bahwa untuk melukis sebuah vektor, hanya sebagian kecil siswa yang masih kesulitan. Walaupun jumlah siswa tersebut tergolong kecil, namun tentunya siswa tersebut perlu dibantu, sehingga pada akhirnya, lebih banyak lagi siswa yang memahami cara melukis vektor, sebagai tolak ukur awal dalam menggambar vektor. Kesulitan yang dialami siswa dalam menggambar vektor misalnya, siswa belum mengerti maksud soal, yang mana siswa diminta menggambar sebuah vektor dengan
(64)
arah vertikal ke bawah. Pada tahap ini misalnya, ada siswa yang menggambar vektor dengan hasil:
Jawaban ini tentunya kurang tepat, karena pada jawaban tersebut, siswa menggambar vektor yang arahnya tidak benar-benar tepat vertikal ke bawah (membentuk sudut 900terhadap horisontal).
d) Kesulitan siswa melakukan operasi vektor dengan metode segitiga Analisis kesulitan siswa pada tahap ini, hanya ditunjukkan oleh satu bentuk soal. Ini dikarenakan peneliti secara bertahap, ingin melihat kesulitan siswa pada bagian penjumlahan vektor dengan metode segitiga, khusus untuk operasi dua buah vektor. Secara lebih kompleks, penyelesaian operasi penjumlahan dan pengurangan lebih dari dua vektor, akan dijabarkan pada metode poligon, sebagai perkembangan dari metode segitiga vektor ini. Namun, walaupun bentuk soal yang diberikan masih sederhana, masih banyak siswa yang memberikan jawaban salah dan merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Pernyataan ini dibuktikan dari prosentase yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Melakukan Operasi Vektor dengan Metode Segitiga
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
5 ≤ 2.4 Tidak paham 22.22
2.5–3.4 Kurang paham 5.55
3.5–4.4 Paham 16.67
(65)
Dari hasil tersebut, tampak bahwa lebih dari 50% siswa dapat menyelesaikan soal tentang penjumlahan dua vektor menggunakan metode segitiga vektor dengan sangat baik. Sebagian lainnya (16.67%) sudah cukup mampu mengerjakan dengan baik, walaupun masih banyak siswa yang belum, bahkan masih kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Kesulitan yang di alami siswa pada bagian ini misalnya, siswa masih kesulitan menghubungkan pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama. Selain itu, ada siswa yang masih salah dalam menggambar vektor resultannya. Vektor resultan untuk metode segitiga harusnya ditentukan dari pangkal vektor pertama sampai ujung vektor terakhir, tetapi ada siswa yang menggambar resultannya dari ujung vektor terakhir ke pangkal vektor pertama, sehingga arah resultan yang dihasilkan menjadi salah.
e) Kesulitan siswa untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode jajaran genjang
Kesulitan siswa pada kategori ini, terbagi dalam 2 jenis soal, yaitu persoalan tentang penjumlahan dan pengurangan vektor. Keduanya merupakan operasi dari dua buah vektor dengan menggunakan metode jajaran genjang vektor. Tujuannya adalah agar peneliti secara detail, mengetahui letak kesulitan siswa pada konsep penjumlahan atau pengurangan vektor dengan metode jajar genjang. Adapun hasil pengelompokkan kesulitan siswa, tampak dalam tabel di bawah ini:
(66)
i. Operasi penjumlahan vektor
Tabel 4.6
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Menjumlahkan Vektor Dengan Metode Jajar Genjang
ii. Operasi pengurangan vektor
Tabel 4.7
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Mengurangkan Vektor Dengan Metode Jajar Genjang
Dari kedua tabel di atas, terlihat bahwa dua prosentase yang dominan, ditunjukkan oleh kategori tidak paham dan sangat paham. Hasil terbesar menunjukkan lebih dari 50% siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan dan pengurangan dua buah vektor dengan metode jajaran genjang vektor.
Menurut data, hal ini terjadi karena kesalahan konsep yang dimiliki siswa. Siswa yang masuk dalam kategori tidak paham dan kurang paham, mengerjakan persoalan vektor, dengan menganggap bahwa jajaran genjang merupakan bentuk segi empat dengan sisi-sisi yang
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
6.5 ≤ 3.2 Tidak paham 55.55
3.3–4.5 Kurang paham 2.78
4.6-5.8 Paham 8.33
5.9-6.5 Sangat paham 33.33
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
6.5 ≤ 3.2 Tidak paham 66.67
3.3–4.5 Kurang paham 2.78
4.6-5.8 Paham 8.33
(67)
selalu serong, sehingga gambar vektor yang tegak lurus pada soalpun, pada metode jajaran genjang ini akan dibuat menjadi bentuk yang miring oleh siswa tersebut. Selain itu, beberapa siswa juga masih belum mengerti cara menggambar resultan vektornya. Misalnya saja, pada jajar genjang, resultan vektor merupakan diagonal sisi dari jajar genjang. Tetapi ada siswa yang menggambar resultan vektor dengan menghubungkan ujung vektor pertama dengan ujung vektor yang lain. Hal ini tentu memberikan jawaban yang salah bagi siswa tersebut.
Namun, prosentase yang relatif besar pada kategori sangat paham (33.33% pada tabel penjumlahan dan 22.22% pada tabel pengurangan), menunjukkan perbandingan pemikiran yang sangat jauh berbeda dari keadaan sebelumnya. Siswa pada kategori tersebut mampu menyelesaikan soal yang diberikan dengan sangat baik, dan mengerti konsep jajar genjang sebagai sebuah bangun segi empat dengan sangat baik. Siswa-siswa tersebut dapat menyelesaikan persoalan vektor dengan metode jajar genjang dengan baik. Perbedaan konsep yang begitu dominan ini tentunya menjadi kendala bagi guru untuk menyampaikan bahan ajar.
(68)
f) Kesulitan siswa untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode poligon
i. Operasi penjumlahan vektor Tabel 4.8
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Menjumlahkan Vektor dengan Metode Poligon
ii. Operasi pengurangan vektor Tabel 4.9
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Mengurangkan Vektor dengan Metode Poligon
Penjumlahan vektor dengan metode poligon ini menerapkan prinsip penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode segitiga, tetapi untuk lebih dari dua buah vektor. Metode ini merupakan langkah lanjutan bagi siswa untuk lebih memahami konsep tentang operasi vektor dengan metode grafis. Namun, pada kenyataannya, prosentase terbesar dari jumlah siswa, justru masuk dalam kategori tidak paham. Padahal pada metode segitiga vektor, prosentase jumlah siswa terbesar
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
8 ≤ 3.9 Tidak paham 47.22
4-5.5 Kurang paham 13.89
5.6-7.1 Paham 19.44
7.2-8 Sangat paham 19.44
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
8 ≤ 3.9 Tidak paham 66.67
4-5.5 Kurang paham 13.89
5.6-7.1 Paham 5.55
(69)
ada dalam kategori sangat paham. Hal ini tentunya menjadi masalah karena untuk bentuk soal yang lebih kompleks, mayoritas siswa masih kesulitan untuk menyelesaikannya. Pada lembar jawaban yang mereka tulis, kesulitan tersebut terjadi karena siswa menjadi bingung meletakkan pangkal vektor berikutnya pada ujung vektor sebelumnya, untuk jumlah vektor yang lebih dari dua buah. Dengan kata lain, penguasaan konsep yang sudah mereka dapatkan masih sangat kurang untuk menjadi modal mereka dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
g) Kesulitan siswa menyelesaikan persoalan vektor secara matematis Tabel 4.10
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan
Kesulitan Menyelesaikan Persoalan Vektor Secara Matematis
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
8 ≤ 3.9 Tidak paham 97.22
4-5.5 Kurang paham
-5.6-7.1 Paham
-7.2-8 Sangat paham 2.78
Terlihat jelas dari tabel, bahwa hampir semua siswa merasa kesulitan menyelesaikan persoalan dengan metode matematis. 2,78% adalah prosentase yang menunjukkan hanya 1 orang siswa yang dapat memahami konsep ini dengan sangat baik. Kesulitan yang dialami oleh hampir semua siswa ini ada dalam persamaan matematis yang harus dipakai. Hanya saja, sebagian besar dari mereka sudah salah dalam menulis persamaan tersebut. Persamaan matematis yang dimaksud adalah persamaan untuk menentukan resultan vektor dengan rumus
(70)
kosinus, yaitu: R = + + 2 . Jika prsamaan yang ditulis salah, tentunya menghasilkan jawaban akhir yang juga salah. Contoh kesalahan yang terjadi adalah, siswa menuliskan persamaan tersebut menjadi = + . 2 .
Kesalahan lain yang dilakukan oleh sebagian besar siswa adalah mereka tidak mengerti nilai yang yang harus dimasukkan. Misalnya, cos 00= 1, maka siswa akan menuliskannya menjadi cos 1, dan dalam penyelesaian akan menjadi = + . 2 1. Kesalahan ini menunjukkan kesalahan konsep yang diterima siswa. Namun, peneliti belum bisa mengatakan bahwa 1 orang siswa pada kategori paham tersebut, juga mengerti konsep metode matematis dengan sangat baik, karena walaupun hasil yang didapat siswa tersebut benar, tetapi siswa tersebut menggunakan metode analitis, yang mana dia menyelesaikan persoalan yang ada, dengan metode grafis.
h) Kesulitan siswa untuk menentukan komponen vektor
i. Kesulitan dalam menggambar komponen-komponen vektor Tabel 4.11
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menggambar Komponen Vektor
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
5 ≤ 2.4 Tidak paham 100
2.5–3.4 Kurang paham 0
3.5–4.4 Paham 0
(71)
ii. Kesulitan dalam menentukan besar komponen-komponen vektor Tabel 4.12
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Besar Komponen Vektor
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
5 ≤ 2.4 Tidak paham 80.55
2.5–3.4 Kurang paham 8.33
3.5–4.4 Paham 2.78
4.5–5 Sangat paham 8.33
Dari kedua tabel tersebut, tampak jelas bahwa mayoritas siswa sangat kesulitan untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan komponen vektor. Bahkan, semua siswa belum mampu menggambar uraian sebuah vektor menjadi komponen-komponennya. Kesulitan menggambar, misalnya, terjadi karena siswa bingung cara menggambar komponen dari sebuah vektor, sehingga tidak menggambar komponen vektor yang menunjukkan uraian dari vektor yang ditanyakan. Namun, permasalahan yang ada tidak cukup sampai pada persoalan menggambar, karena pada kenyataannya, 80.55% siswa juga tidak dapat menentukan besar komponen vektor. Berdasarkan data, ini terjadi karena siswa tidak dapat menentukan rumus yang digunakan. Misalnya, jika sudut apit terletak antara sumbu X dengan sebuah vektor yang diketahui (besar sudut apit tersebut 300, misalnya), untuk menentukan besarnya komponen vektor tersebut ke arah sumbu X (kita sebut sebagai Sx), rumus yang tepat digunakan adalah Sx =
(72)
S.sin300. Beberapa siswa lain bahkan menulisnya menjadi Sx= S. 300.
Karena konsep yang salah ini, penyelesaian pada soal ini tentu menghasilkan proses dan jawaban yang salah.
i) Kesulitan siswa untuk menentukan vektor resultan
Konsep tentang vektor resultan ini dibagi menjadi 2 soal essai. Ini dimaksudkan karena tiap nomor soal memiliki karakteristik masing-masing. Soal nomor 9 (pada soal pretest) adalah menentukan resultan vektor, dengan menguraikan komponen-komponen vektor yang diketahui terlebih dahulu, kemudian menentukan besar masing-masing komponen, untuk kemudian dicari resultan vektor keseluruhannya. Tetapi, soal nomor 10 lebih berupa soal cerita, untuk melihat sejauh mana siswa dapat menangkap maksud soal, dan menyelesaikannya. Walaupun karakteristik dan kompleksitas kedua soal tersebut berbeda, namun tujuan dan pemahaman konsep yang ingin dicapai sama, sehingga interval skor yang digunakan adalah jumlah keseluruhan skor maksimal pada kedua soal tersebut. Kategori kesulitan siswa pun dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kesulitan menggambar, dan kesulitan untuk menentukan besar vektor resultannya. Adapun bobot keseluruhan untuk soal tersebut, tampak pada tabel di bawah ini:
(73)
i. Kesulitan dalam menggambar resultan vektor Tabel 4.13
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menggambar Resultan Vektor
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
11 ≤ 5.4 Tidak paham 100
5.5-7.6 Kurang paham 0
7.7-9.8 Paham 0
9.9-11 Sangat paham 0
ii. Kesulitan dalam menentukan besar resultan vektor Tabel 4.14
Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kesulitan Menentukan Besar Resultan Vektor
Skor Max Soal
Skala skor Kategori Jumlah Siswa (%)
14 ≤ 6.9 Tidak paham 94.44
7-9.7 Kurang paham 5.55
9.8-12.5 Paham 0
12.6-14 Sangat paham 0
Dari kedua data tersebut, jelas terlihat bahwa tidak ada siswa yang dapat menyelesaikan soal tersebut dengan baik, bahkan konsep mereka juga masih sangat kurang untuk membantu mereka menyelesaikan soal tersebut. Kesulitan menggambar, misalnya, terjadi karena siswa belum dapat menguraikan vektor-vektor yang ada, menjadi komponen-komponennya. Kesulitan menggambar juga terjadi karena siswa belum dapat menangkap maksud soal (dalam kasus ini adalah pada soal cerita nomor 10) dengan baik sehingga gambar yang dihasilkan menjadi tidak tepat.
(74)
Kesulitan menentukan besarnya vektor resultan terjadi karena siswa tidak mengetahui persamaan yang digunakan, juga tidak dapat memahami soal dengan baik. Contohnya pada soal nomor 9, kasus yang terjadi adalah siswa tidak tepat menuliskan rumus yang digunakan. Misal, untuk komponen V1x ke arah sumbu X positif,
rumus yang digunakan adalah V1x = V1. Cos α , tetapi banyak siswa
yang menulisnya menjadi V1x = v1. Sin α, atau bahkan hanya V1x =
v1.α.. Kesalahan lain yang dilakukan siswa misalnya, siswa lupa
memasukkan tanda minus dalam persamaan, sehingga menghasilkan jawaban yang tidak tepat. Contoh, jika komponen V3y adalah kea rah
sumbu Y negatif, maka persamaan yang digunakan V3y = V3. (-sinα),
tetapi banyak siswa yang hanya menulis V3y = V3. Sinα, tanpa
menyertakan tanda minus.
3) Analisis Program Remedi
Setelah melihat analisis pada hasil pretest siswa, analisis kualitatif untuk proses selanjutnya, adalah analisis program remedi yang sudah diadakan. Pada bab II, telah disampaikan bahwa tujuan dari pengadaan program remedi adalah untuk membantu siswa mengatasi kesulitan mereka dalam memahami materi tertentu. Dengan kata lain, tujuan dari analisis program remedi ini adalah untuk melihat apakah program remedi yang diadakan sudah dapat membantu siswa mengatasi kesulitan mereka atau belum. Analisis ini dilakukan dengan melihat nilai posttest siswa,
(75)
yang dibandingkan dengan nilai pretest mereka. Harapannya, setelah program remedi ini, jumlah siswa yang masuk dalam kategori paham dan sangat paham, lebih banyak daripada saat pretest. Begitu juga sebaliknya, diharapkan setelah pelaksanaan program remedi, maka jumlah siswa yang masuk kategori kurang paham dan tidak paham, akan menjadi lebih sedikit daripada saat pretest. Secara keseluruhan, pada bagian ini akan ditunjukkan jumlah siswa yang masuk dalam kategori tidak paham, kurang paham, paham, dan sangat paham, pada nilai pretest (sebelum program remedi) dan pada nilai posttest (setelah pengadaan program remedi). Adapun prosentase tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(1)
(2)
99
Nilaipretestsiswa B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
(4)
101
Nilaiposttestsiswa B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
(6)
103 Lampiran 10
Dokumentasi Pembelajaran Di Kelas
Pembelajaran dengan power point Interaksi guru dengan siswa
Siswa mengerjakan soal di papan tulis Diskusi dalam kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI