3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di daerah Kota Medan, karena Kota Medan merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Utara, yakni di Lembaga
Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan.
4. Populasi dan Sampel Penelitian
Yang menjadi populasi penelitian adalah narapidana, dan petugas lembaga pemasyarakatan. Selanjutnya ditentukan sampel penelitian secara “purposive
sampling”, yakni dengan menetapkan syarat-syarat atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi di dalam memilih unsur-unsur dari sampel.
60
Purposive sampling adalah teknik memilih sampel yang dilakukan secara sengaja.
61
Dengan purposive sampling akan memudahkan untuk mengetahui objek yang diteliti.
5. Teknik Pengumpulan Data
Seluruh data baik primer maupun sekunder dikumpulkan dengan mempergunakan :
a. Studi Pustaka library research Studi Pustaka library research untuk mendapatkan data-data sekunder
berupa dokumen, teori atau doktrin, dan literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti juga berupa peraturan perundang-undangan.
b. Penelitian Lapangan Field Research, dilakukan untuk menghimpun data primer dengan mempergunakan alat pengumpulan data berupa :
60
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : U.I. Press, 1986, hal. 196.
61
Buhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 54.
Universitas Sumatera Utara
65
1 Angket atau Kuesioner, yakni dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden sesuai dengan masalah yang diteliti.
2 Wawancara, yaitu mengajukan serangkaian tanya jawab secara lisan, dalam bentuk pertanyaan yang telah dipersiapkan sesuai dengan
permasalahan yang diteliti kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan. Dengan wawancara mendalam merupakan
suatu cara mengumpulkan data atau informasi secara langsung bertatapan muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran yang
lengkap tentang topik yang diteliti.
62
Melalui wawancara mendalam indepth interview dapat diketahui faktor-faktor, akibat dan upaya
mengatasi prisonisasi serta masalahnya dalam sistem pemasyarakatan.
6. Analisis Data
Data-data yang
telah terkumpul
melalui library research dan field
research selanjutnya dianalisis secara kualitatif, dan penarikan kesimpulan dengan mempergunakan logika berpikir deduktif sehingga diperoleh gambaran
yang jelas dan menyeluruh mengenai prisonisasi dan masalahnya dalam sistem pemasyarakatan.
62
Burhan Bungin Ed, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 146.
Universitas Sumatera Utara
BAB III AKIBAT PRISONISASI TERHADAP NARAPIDANA
DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN
A. Terbentuknya Kelompok-Kelompok Narapidana
Pemikiran Sahardjo untuk memperbaiki nasib orang-orang hukuman ternyata tidak cepat didukung oleh pemerintah. Hal ini terbukti dari kurun waktu
sejak tahun 1963 hingga sekarang di mana jajaran pemasyarakatan tidak dapat memberikan suatu prestasi. Munculnya berbagai peristiwa seperti perkelahian
sesama narapidana, usaha pelarian narapidana dan dijadikannnya lembaga pemasyarakatan sebagai tempat peredaran narkoba. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pengawasan terhadap lembaga pemasyarakatan masih kurang. Semua ini merupakan indikasi terdapatnya hambatan di lembaga
pemasyarakatan, seperti keterbatasan petugas pembina, dan keterbatasan sarana prasarana yang tersedia di lembaga pemasyarakatan. Banyak kasus perkelahian
antara narapidana yang melibatkan kelompok-kelompok besar narapidana di lembaga pemasyarakatan dianggap merupakan suatu hal yang biasa. Kekerasan di
dalam lembaga pemasyarakatan seakan-akan sudah menjadi suatu hal yang wajar dalam kehidupan narapidana. Kondisi ini tidak dapat dibiarkan begitu saja,
mengingat tujuan diadakannya lembaga pemasyarakatan adalah sebagai tempat untuk membina narapidana agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari
kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana, sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara