Bagan Penelitian Poliuretan rasio alkanolamida : TDI = 8:2 vv.

3.4. Bagan Penelitian

Biji Jarak Dikeringkan di bawah sinar matahari diatas tampi dilapisi kertas perkamen Dihaluskan Biji Jarak Halus Dimaserasi dengan 2-propanol selama 2 hari Disaring Residu Filtrat Dikeringkan dengan Na 2 SO 4 anhidrous Disaring Residu Filtrat Dirotarievaporasi 1. Ekstraksi minyak jarak dari biji jarak Ricinus communis Linn Dikupas Destilat Residu 279 gr Minyak Jarak dimasukkan kedalam botol plastik Universitas Sumatera Utara

2. Pembuatan Senyawa Alkanolamida dari Minyak Jarak

0,05 mol Minyak Jarak dimasukkan kedalam labu leher dua volume 500 ml ditambahkan 0,2 mol dietanolamin ditambahkan 0,093 mol Natrium Metoksida dirangkai alat refluks dipanaskan pada suhu 70-80 o C sambil diaduk dengan magnetik stirer selama 5 jam diuapkan pelarut menggunakan Rotarievaporator dilarutkan di dalam 100 ml dietel eter dicuci dengan larutan NaCl jenuh sebanyak tiga kali 25 ml. ditambahkan Natrium Sulfat anhidrous didiamkan selama 45 menit disaring di uapkan dengan rotarievaporator Campuran Residu Destilat lapisan atas lapisan bawah Filtrat Residu FT-IR Residu alkanolamida Destilat Universitas Sumatera Utara

3. Pembuatan poliuretan

dimasukkan poliol kedalam wadah aluminium dimana masing-masing rasio poliol : TDI = 8:2vv, 7:3vv, 6:4vv, 5:5vv. ditambahkan toluen diisosianat diaduk pada suhu 45 o C Poliol alkanolamida Polyuretan Bentuk Fisik FT-IR Kandungan Gel Densitas Catatan : Dengan prosedur yang sama dilakukan untuk minyak jarak langsung sebagai bahan dasar Pembanding Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL

4.1.1 Hasil Isolasi minyak jarak dari biji buah jarak

Ricinus communis Linn Minyak jarak diperoleh dengan cara ekstraksi maserasi menggunakan pelarut 2-propanol, dimana dari 500 gram biji jarak halus diperoleh minyak jarak sebanyak 279 gram 55,8.

4.1.2 Pembuatan alkanolamida dari minyak jarak

Ricinus communis Linn Amidasi terhadap minyak Jarak Risinus Comunis Linn melalui cara mereaksikanya dengan dietanolamina dalam pelarut metanol menggunakan bantuan katalis Natrium Metoksida pada suhu 70-80 C dapat menghasilkan senyawa alkanolamida. Hasil analisis spektroskopi FT-IR dari alkanolamida yang terbentuk memberikan spektrum dengan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3391,15 cm -1 , 2854,13 cm -1 , 1622,15 cm -1 , 1464,17 cm -1 , 1049,19 cm -1, , 858,28 cm -1 gambar 4.1, sedangkan bahan dasar minyak jarak yang digunakan memberikan spektrum puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3444 cm -1 , 2927-2885 cm -1 , 1727 cm -1 , 1464- 1438 cm -1 , 1176 cm -1 dan 724 cm -1 lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Spektrum FT-IR Alkanolamida.

4.1.3 Pembuatan poliuretan

Pembentukan poliuretan dari hasil polimerisasi menggunakan monomer poliol minyak jarak hasil isolasi dan senyawa alkanolamida hasil sintesis dengan toluen diisosianat menggunakan berbagai rasio pencampuran antara poliol minyak jarak maupun alkanolamida dengan TDI diperoleh poliuretan dimana hasil analisa bentuk fisik, nilai kandungan gel, densitas seperti pada tabel 4.1. Foto masing-masing poliuretan yang terbentuk Lampiran 2. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Karakteristik poliuretan hasil polimerisasi minyak jarak dan alkanolamida dengan toluen diisosianat. Poliol Rasio poliol : TDI vv Kandungan Gel Densitas gram cm 3 Bentuk Poliuretan Alkanolamida 8 : 2 7 : 3 6 : 4 5 : 5 62,970 70,096 81,724 90,009 0,1367 0,0824 0,0580 0,0262 Busa kaku Foam riggit Busa kaku Foam riggit Busa kaku Foam riggit Busa kaku Foam riggit Minyak Jarak 8 : 2 7 : 3 6 : 4 5 : 5 96,511 97,012 98,621 99,357 - - - - Keras adesive Keras adesive Keras adesive Keras adesive

4.1.4. Hasil Analisis spektroskopi FT-IR Poliuretan.

4.1.4.1. Spektrum FT-IR poliuretan hasil polimerisasi alkanolamida dengan toluen

Diisosianat pada rasio 8:2 vv. Hasil sintetis poliuretan dari polimerisasi alkanolamida : TDI = 8: 2 vv pada suhu 40 o C diperoleh poliuretan bentuk foam. Hasil analisa spektroskopi FT-IR dari poliuretan memberikan spektrum dengan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3433,55 cm -1 , 3011,14 cm -1 , 2925,94 – 2854,04 cm -1 , 1707,94 cm -1 , 1621,30 cm -1 ,1542,04 – 1537,79 cm -1 , 1450,15 – 1416,60 cm -1 , 1225,77 cm -1 , 1125,69 cm -1 dan 766,05 – 721,88 cm -1 Gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Spektrum FT-IR poliuretan hasil polimerisasi alkanolamida :TDI 8: 2 vv.

4.1.4.2. Spektrum FT-IR poliuretan hasil polimerisasi alkanolamida dengan TDI Pada rasio 7:3 vv.

Hail sintetis poliuretan dari polimerisasi alkanolamida : TDI = 7 : 3 vv diperoleh poliuretan bentuk foam pada suhu 40 o C. Hasil analisa spektroskopi FT-IR dari poliuretan memberikan spektrum dengan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3430,45 cm -1 , 3012,89 cm -1 2925,48 – 2854,44 cm -1 , 1707,52 cm - 1 , 1623,93 cm -1 , 1543,94 cm -1 ,1450,81-1416,71 cm -1 , 1223,60 cm -1 , 1127,74 cm -1 , 1063,77 cm -1 dan 765,85 cm -1 gambar 4.3 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 spektrum FT-IR poliuretan hasil polimerisasi alkanolamida : TDI 7 : 3 vv.

4.1.4.3. Spektrum FT-IR polimerisasi hasil polimerisasi alkanolamida dengan toluen

Diisosianat pada rasio 6:4 vv. Hasil sintetis poliuretan dari polimerisasi alknolamida : TDI = 6 : 4 vv diperoleh poliuretan bentuk foam pada suhu 40 o C. Hasil analisa spektroskopi FT-IR dari poliuretan memberikan spektrum dengan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang, 3377,41 cm -1 ,3010,59 cm -1 , 2927,68 – 2853,52 cm -1 , 1708,52 cm -1 , 1610,43 cm -1 , 1541,11 cm -1 , 1450,11 – 1414,67 cm -1 , 1224,08 cm -1 ,1126,99 cm - 1 , 1062,69 – 1001,25 cm -1 dan 766,50 – 722,82 cm -1 gambar 4.4. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Spektrum FT-IR poliuretan hasil polimerisasi alkanolamida : TDI 6: 4vv. 4.1.4.4. Spektrum FT-IR poliuretan hasil polimerisasi alkanolamida dengan toluen Diisosianat pada rasio 5:5 vv. Hasil sintetis poliuretan dari polimerisasi alkanolamida : TDI = 5 : 5 vv pada suhu 40 o C diperoleh poliuretan bentuk foam. Hasil analisa spektroskopi FT-IR dari poliuretan memberikan spektrum dengan puncak-puncak serapan pada daerah bilangan gelombang, 3443,94 cm -1 ,2855,40 - 2926,04 cm -1 , 1637,23 cm -1 , 1542,08 cm -1 , 1424,04 cm -1 , 1219,94 cm -1 , 1123,58 cm -1 dan 1056,00 – 1000,30 cm -1 dan gambar 4.5. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5 Spektrum FT-IR poliuretan hasil polimerisasi alkanolamida : TDI =5: 5 vv.

4.2. Pembahasan.

4.2.1. Isolasi Minyak jarak dari Biji Jarak.

Dari Biji jarak dapat diisolasi minyak biji jarak menggunakan pelarut 2- propanol sebanyak 55,8 . Kandungan Minyak jarak yang diperoleh ternyata lebih tinggi dari yang tertera pada literatur 54 dengan komposisi asam lemak sebagai trigliserida terdiri dari asam risinoleat 86, asam oleat 8,5, asam linoleat 3,5 dan asam stearat 0,5-2,0 Ketaren, 1986. Demikian juga dari hasil perlakuan oleh peneliti sebelumnya diperoleh sebanyak 48,08 dengan komposisi asam lemak berdasarkan hasil analisis kromatografi gas terhadap metil ester asam lemak dari minyak jarak memberikan kromatogram yang terdiri dari risinoleat 77,08 , palmitat 2,88 , oleat 10,60 , linoleat 7,09 , dan stearat 2,35 Ginting, dkk, 2009. Dari kedua hasil penelitian terdahulu memberi dukungan untuk membuktikan bahwa minyak jarak memiliki komposisi asam lemak yang terbanyak adalah asam risinoleat yang memiliki gugus hidroksil pada atom C 12 dan ikatan π pada atom C 9,10. Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Pembuatan alkanolamida dari minyak jarak

Ricinus communis Linn Minyak jarak yang diperoleh dari biji jarak kemudian diamidasi dengan dietanolamina dalam pelarut metanol dengan menggunakan katalis Natrium Metoksida yang direfluks pada suhu 70 o C – 80 o C. Untuk membuat senyawa alkanolamida dengan menggunakan dietanolamin melalui reaksi amidasi langsung dengan trigliserida akan menghasilkan senyawa alkanolamida yang memiliki dua gugus hidroksi poliol seperti yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya Lee, dkk,2007; Anasri, 2009. Dalam hal ini prinsip HSAB, amidasi terhadap minyak jarak sebagai trigliserida dapat menghasilkan alkanolamida campuran dimana H + dari NH yang berasal dari dietanolamin merupakan asam keras hard acid yang mudah bereaksi dengan gugus alkoksi dari gliserol pada trigliserida dari minyak jarak yang merupakan basa keras hard base dan N - dari dietanolamin yang merupakan basa lunak soft base yang selanjutnya akan bereaksi dengan gugus asil R-C=O yang merupakan asam lunak soft acid. Berdasarkan dukungan teori ini, maka reaksi amidasi antara minyak jarak dengan dietanolamina untuk menghasilkan senyawa alkanolamida dapat digambarkan sebagai berikut Gambar 4.7. HN CH 2 CH 2 CH 2 CH 2 OH OH OH HO OH O O C CH 2 7 O C O C O + Gliserol dietanolamina CH CH CH OH CH 2 5 CH 3 CH 2 7 CH H C CH OH CH 2 5 CH 3 O CH 2 7 CH C H H C OH CH 2 5 CH 3 + 3CH 3 CH 2 5 H C OH H C CH CH 2 7 C O N H 2 C CH 2 OH CH 2 CH 2 OH alkanolamida 3 CH 2 CH 2 CH 2 Gliserida Gliserol tririsinoleat C H 2 Gambar 4.7. Senyawa 12-hidroksi-N,N- bis-2- hidroksi etil oktadekanamida. Universitas Sumatera Utara Hasil pemeriksaan melaluli analisis spektroskopi FT-IR memberikan spektrum dengan puncak-puncak vibrasi 3391,15 cm -1 , 2854,13 cm -1 , 1622,15 cm -1 , 1464,17 cm -1 , 1049,19 cm -1, , 858,28 cm -1 gambar 4.1. Pita serapan pada daerah bilangan gelombang 3391 cm -1 menunjukan vibrasi gugus OH yang diperkuat oleh puncak serapan pada bilangan gelombang 1049 cm -1 yang merupakan vibrasi strecing C-O dari C-OH. Puncak serapan pada bilangan gelombang1622 cm -1 merupakan ciri khas vibrasi streching C=O karbonil amida primer, berdasarkan literatur untuk amida primer 1649 cm -1 Silverstein, 1963. Adanya gugus karbonil amida ini didukung oleh munculnya pita serapan pada bilangan gelombang 1557 cm -1 yang merupakan vibrasi streching untuk C-N, pada bilangan gelombang 2962 cm -1 dan 2854 cm -1 merupakan vibrasi streching C-H sp 3 . 3000-2840 cm -1 yang didukung oleh pita serapan pada bilangan gelombang 1464 cm -1 dan 1375 cm -1 merupakan vibrasi bending C-H sp 3 . Adanya ikatan rangkap pada alkil rantai panjang ditunjukkan oleh munculnya pita serapan pada bilangan gelombang 3004 cm -1 yang merupakan vibrasi streching C-H sp 2 yang didukung oleh pita serapan pada bilangan gelombang 1667-1640 cm -1 dan puncak ini tumpang tindih dengan vibrasi streching C=O karbonil amida, pita serapan pada bilangan gelombang 723 ccm -1 merupakan –CH 2 n - yang mana rantai hidrokarbon merupakan alkil rantai panjang. Spektrum ini bila dibandingkan dengan spektrum FT-IR dari minyak jarak lampiran 1 menggambarkan bahwa puncak melebar pada daerah 3391 cm -1 menunjukkan adanya pertambahan gugus OH pada alkanolamida, demikian juga puncak pada daerah 1727 cm -1 yaitu puncak –C=O saja yang kita temukan pada minyak jarak menjadi melebar dan memberikan 2 puncak pada alkanolamida pada daerah bilangan gelombang 1649 cm -1 dan 1622 cm -1 yaitu C=O karbonil dari senyawa amida. Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Pembuatan poliuretan

4.2.3.1. Perubahan Bentuk dari poliuretan

Hasil pengamatan analisis secara visual menunjukkan bahwa poliuretan yang dihasilkan memiliki bentuk fisik yang berbeda antar hasil polimerisasi bahan poliol minyak jarak dengan toluen diisosianat dibandingkan dengan hasil polimerisasi antara bahan poliol alkanolamida turunan minyak jarak dengan toluen diisosianat. Dalam hal ini hasil pengamatan menunjukkan bahwa hasil polimerisasi dari poliol minyak jarak dengan toluen diisosianat cenderung menghasilkan poliuretan yang berbentuk padat keras adesive Lampiran 2, sedangkan menggunakan poliol alkanolamida cenderung menghasilkan poliuretan foam busa dan dalam perbandingan masing- masing dari rasio poliol : TDI = 8 : 2 hingga 5 : 5 vv menunjukkan perubahan bentuk dimana semakin banyak TDI yang digunakan maka volumenya semakin mengembang dan beratnya semakin ringan Lampiran 3. Selanjutnya dari poliuretan yang terbentuk menggambarkan bahwa pola struktur hidrokarbon dari poliol yang digunakan sangat berpengaruh terhadap bentuk poliuretan yang dihasilkan. Secara hipotesa menggambarkan bahwa pada poliol minyak jarak polimerisasi hanya dapat terjadi pada gugus hidroksil dari asam risinoleat yang terikat sebagai trigliserida, sedangkan pada alkanolamida polimerisasi disamping terjadi terhadap gugus –OH pada risinoleat juga dapat terjadi pada 2 buah gugus –OH dari etanolamin pada senyawa alkanolamida. Reaksi yang terjadi terhadap kedua jenis senyawa poliol ini dengan toluen diisosianat dapat digambarkan sebagai berikut Gambar 4.7 dan 4.8. Kedua reaksi ini hasil pengamatan menunjukkan bahwa polimerisasi antara alkanolamida dengan TDI lebih cepat berlangsung dari reaksi polimerisasi minyak jarak dengan TDI hal ini disebabkan dalam bentuk trigliserida gugus –OH pada minyak jarak memiliki halangan ruang yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan alkanolamida. Hasil dari polimerisasi dari rasio poliol : TDI = 8 : 2 hingga 5 : 5 vv dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan sehari- hari. Universitas Sumatera Utara

4.2.3.2. Kandungan Gel Poliuretan.

Kandungan gel dari suatu bahan polimer dapat menunjukkan tingkat terjadinya pembentukan ikatan silang terutama struktur tiga dimensi yang mengakibatkan suatu polimer dengan kandungan gel yang tinggi akan sukar larut dalam pelarut organik seperti benzena, toluen, aseton maupun pelarut lainnya. Poliuretan hasil polimerisasi senyawa poliol dari minyak jarak dan poliol alkanolamida dari minyak jarak dengan toluen diisosianat disamping memiliki bentuk fisik yang berbeda juga memberikan kandungan gel yang berbeda yang menunjukkan adanya pembentukan ikatan silang berbeda. Dalam hal ini poliuretan dari bahan baku minyak jarak mempunyai kandungan gel yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan alkanolamida. Dari kedua bahan yang digunakan ternyata dari rasio poliol : TDI = 8:2 hingga 5:5 vv menunjukkan kenaikan kandungan gel dari masing-masing poliuretan yang dihasilkan seperti pada gambar 4.9. H 2 C CH O O C C O O CH 2 7 CH 2 7 C C C H 2 C H 2 C CH CH OH OH CH 2 5 CH 2 5 CH 3 CH 3 Minyak Jarak N C O N C O Toluendiisosianat CH 3 CH O NH C NH C O CH 3 O n O NH C NH C O CH 3 O O n H 2 C O C O CH 2 7 C C H 2 C CH OH CH 2 5 CH 3 O C O CH 2 7 C C H 2 C CH CH 2 5 CH 3 H 2 C O C O CH 2 7 C C H 2 C CH O CH 2 5 C H 3 NH C NH C O CH 3 O O n H 2 C O C O CH 2 7 C C H 2 C CH O CH 2 5 C H 3 C H H H H H H H H H H H H Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7. Pola reaksi pembentukan poliuretan hasil polimerisasi minyak jarak dengan TDI. H 3 C CH 2 5 CH C OH C CH 2 7 C O N H 2 C H 2 C CH 2 CH 2 OH OH Alkanolamida N C O N C O CH 3 toluendiisosianat H 3 C CH 2 5 CH C O C CH 2 7 C O N H 2 C H 2 C CH 2 CH 2 O O NH C NH C O CH 3 O O n NH C NH C O CH 3 O n O NH C NH C O CH 3 O n O H 2 C H H H 2 C H H Gambar 4.8. Pola reaksi pembentukan poliuretan hasil polimerisasi alkanolamida dengan TDI Pada reaksi polimerisasi senyawa alkanolamida dengan TDI dihasilkan poliuretan dengan nilai kandungan gel yang rendah berbentuk busa disebabkan alkanolamida yang bereaksi dengan TDI menghasilkan PU derajat polimerisasi Dp yang rendah disebabkan masih banyaknya gugus –OH dari monomer alkanolamida yang bebas tidak ikut bereaksi dibandingkan dengan menggunakan senyawa poliol minyak jarak yang mana walaupun ada gugus –OH yang masih bebas tetapi struktur molekulnya yang lebih besar. Dengan naiknya rasio TDI yang digunakan pada polimerisasi alkanolamida dengan TDI kandungan gel dari poliuretan yang terbentuk semakin tinggi disebabkan gugus –OH dari alkanolamida semakin sempurna membentuk jaringan poliuretan. Kandungan gel yang lebih tinggi dengan menggunakan poliol minyak jarak disebabkan gugus hidroksil dari minyak jarak lebih sempurna membentuk poliuretan desebabkan rasio gugus –OH yang rendah. Adapun tujuan untuk mengetahui kandungan gel yaitu untuk mengetahui ikatan silang, karena semakin tinggi ikatan silang yang terbentuk maka poliuretan tersebut akan semakin Universitas Sumatera Utara sukar larut dalam pelarut organik seperti benzena, toluen, aseton atau pelarut lainya dan ketahananya akan semakin tinggi. Gambar 4.9. Nilai Kandungan Gel Poliuretan Hasil Polimerisasi Poliol : TDI Berbagai Rasio

4.2.3.3. Nilai Densitas dari Poliuretan

Poliuretan hasil polimerisasi minyak jarak dan alkanolamida dari minyak jarak dengan diisosianat disamping memiliki bentuk poliuretan yang berbeda juga memberikan nilai densitas yang berbeda yang menunjukan bahwa dari rasio poliol : TDI = 8:2 vv hingga rasio 5:5 vv menunjukan penurunan densitas dari masing- masing poliuretan yang dihasilkan seperti pada gambar 4.10 yaitu antara 0,0262 hingga 0,1367 gramcm 3 dan berada pada range spesifikasi standart dari poliuretan foam yaitu antara 0,012 hingga 0,600 gramcm 3 . Terjadinya penururan nilai densitas dengan bertambahnya TDI yang digunakan disebabkan poliuretan foam busa yang terbentuk volumenya semakin mengembang dan beratnya semakin ringan. Analisa untuk penentuan nilai densitas dilakukan yaitu untuk mengetahui volume suatu poliuretan semakin besar maka semakin ringan poliuretan yang dihasilkan. 20 40 60 80 100 120 8;2 7;3 6;4 5;5 K a n d u n g a n G e l Rasio Poliol : TDI vv Diagram Nilai Kandungan Gel PU Hasil Polimerisasi Poliol : TDI Dalam Berbagai rasio Alkanolamida: TDI Minyak Jarak : TDI Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11. Nilai Densitas PU Hasil Polimerisasi Alkanolamida : TDI

4.2.3.4. Spektrum hasil analisa spektroskopi FT-IR.

a. Poliuretan rasio alkanolamida : TDI = 8:2 vv.

Hasil karakterisasi terhadap PU hasil sintesis melalui spektroskopi FTIR dari bahan dasar alkanolamida : TDI pada rasio 8 : 2 vv menghasilkan spektrum Gambar 4.2. Pita serapan pada daerah 3433 cm -1 yang merupakan vibrasi streching N-H yang tumpang tindih dengan vibrasi streching untuk gugus OH. Adanya gugus OH didukung oleh puncak serapan pada bilangan gelombang 1225 cm -1 - 1063cm -1 menunjukkan vibrasi streching C-OH. Pita serapan pada daerah bilangan gelombang 2925 cm -1 dan 2854cm -1 merupakan vibrasi sterching C-H sp 3 yang didukung oleh pita serapan pada daerah bilangan gelombang 1416 cm -1 dan 1308 cm -1 merupakan vibrasi bending C-H sp 3 . Adanya ikatan rangkap pada alkil rantai panjang ditunjukkan oleh munculnya pita serapan pada bilangan gelombang 3011 cm -1 yang merupakan vibrasi streching C-H sp 2 yang didukung oleh pita serapan pada bilangan gelombang 1621 cm -1 merupakan vibrasi streching C=C. Puncak pada daerah bilangan gelombang 1707 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 8;2 7;3 6;4 5;5 D e n si ta s g r cm 3 Rasio Alkanolamida : TDI vv Nilai Densitas PU Hasil Polimerisasi Alkanolamida : TDI Universitas Sumatera Utara cm -1 merupakan vibrasi streching untuk C=O . Puncak pada daerah bilangan gelombang 1542 cm -1 merupakan vibrasi untuk C-N. Puncak pada daerah bilangan gelombang 1621 cm -1 tumpang tindih dengan vibrasi streching C=O karbonil amida pita serapan pada daerah bilangan gelombang 721 cm -1 -766 cm -1 merupakan –CH 2 n - yang mana rantai hidrokarbon merupakan alkil rantai panjang. Puncak serapan OH yang lemah masih tampak pada bilangan gelombang 3747 cm -1 menunjukkan masih adanya poliol yang belum habis bereaksi antara reaksi TDI dengan poliol terlalu cepat dihentikan pada suhu kamar, atau dapat dimungkinkan karena jumlah poliol yang tersedia lebih banyak rasio gugus hidroksilnya dari gugus isosianat yang tersedia.

b. Poliuretan rasio alkanolamida : TDI = 7:3 vv