4 Membantu konseli membuang respon- respon yang lama
yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon- respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai
adjustive
. 5
Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif, memperkuat serta mempertahankan
perilaku yang diinginkan. 6
Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.
Tujuan konseling dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu memperbaiki tingkah laku salah suai, belajar tentang proses pembuatan keputusan, dan
pencegahan timbulnya masalah. Tujuan konseli memerlukan konselor untuk membantu untuk mencapainya, karena konseli butuh sorang lain dalam hal ini
konselor untuk memberi arahan dan pengutan dalam setiap perilakunya. Jadi pada dasarnya tujuan konseling
behavior
adalah untuk mengubah tingkah laku individu yang tidak sesuai pada klien yang didapatkannya dari hasil
belajar yang salah. Selain itu, tujuan konseling
behavior
adalah membantu klien dalam mengambil keputusan secara efisien, mencegah munculnya masalah di
kemudian hari, memecahkan masalah khusus pada klien dan mencapai perubahan perilaku yang sesuai yang dapat dipakai oleh klien di dalam kehidupannya.
2.6.3 Peran dan Fungsi Konselor
Peran konselor dalam konseling behavioral berperan aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan
individu. Konselor behavioral biasanya berfungsi sebagai guru, pengarah dan ahli yang mendiagnosa tingkah laku yang maladaptif dan menetukan prosedur yang
mengatasi persoalan tingkah laku individu. Dalam proses konseling, konseli yang menetukan tingkah laku apa
what
yang akan diubah, sedangkan konselor
menentukan cara yang digunakan untuk mengubahnya
how
. Selain itu, konselor juga sebagai model bagi klien. Bandura mengatakan bahwa sebagian besar proses
belajar terjadi melalui pengalaman langsung yang didapat dari observasi langsung terhadap tingkah laku orang lain. Bandura berpendapat bahwa dasar fundamental
proses belajar tingkah laku adalah imitasi, dengan demikian, konselor adalah model signifikan bagi kliennya oleh Corey 1986:180.
Dari pengertian diatas, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut: 1
Aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni konselor menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-
pemecahan masalah bagi klien. 2
Sebagai guru, pengarah dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang
maladaptif dan
dalam menentukan
prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang baru
dan adaptif. 3
Sebagai mesin perkuatan, yakni memberikan perkuatan-perkuatan sosial, baik yang positif maupun yang negatif.
4 Memanipulasi dan mengendalikan proses konseling dengan
pengetahuan dan kecakapannya menggunakan teknik-teknik belajar dalam suatu situasi perkuatan sosial.
5 Sebagai model bagi klien, karena klien sering memandang konselor
sebagai orang yang patut diteladani.
2.6.4 Perilaku Bermasalah
Tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan
excessive
dan tingkah laku yang kurang
deficit
. Tingkah laku yang berlebihan seperi: merokok, terlalu banyak main games dan sering
memberi komentar di kelas. Adapun tingkah laku
deficit
adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah. Tingkah laku
excessive
dirawat dengan menggunakan teknik konseling untuk menghilangkan atau mengurangi tingkah laku, sedangkan tingkah laku
deficit
diterapi dengan menggunakan teknik meningkatkan tingkah laku menurut Gantina 2011:157.
Perilaku yang bermasalah dalam pandangan behavioris dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan- kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat,
yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah penyesuaian terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Artinya
bahwa perilaku individu itu meskipun secara sosial adalah tidak tepat, dalam beberapa saat memperoleh ganjaran dari pihak tertentu. Dari cara demikian
akhirnya perilaku yang tidak diharapkan secara sosial atau perilaku yang tidak tepat itu menguat pada individu. Misalnya tentang perilaku tidak disiplin. Dalam
beberapa hal memperoleh hukuman dari guru, namun di lain pihak juga memperoleh pujian dan dukungan dari teman- temannya dan merasa puas dengan
dukungan itu. Oleh karena itu, perilaku tidak disiplin dipertahankan oleh anak. Perilaku yang salah dalam penyesuaian dengan demikian berbeda dengan
perilaku normal. Perbedaan ini tidak terletak pada cara mempelajarinya, tetapi pada tingkatannya, yaitu tidak wajar dipandang. Dengan kata lain, perilaku
dikatakan mengalami salah penyesuaian jika tidak selamanya membawa kepuasan bagi individu atau pada akhirnya membawa individu konflik dengan
lingkungannya. Kepuasan individu terhadap perilakunya bukanlah ukuran bahwa perilaku itu dapat manimbulkan kesulitan dikemudian hari, perilaku yang perlu
dipertahankan atau dibentuk pada individu adalah perilaku yang bukan sekedar memperoleh kepuasan pada jangka pendek, tetapi perilaku yang tidak menghadapi
kasulitan- kesulitan yang lebih luasdan dalam jangka yang lebih panjang.
2.6.5 Tahap-Tahap Konseling, meliputi: