Landasan Teori SEKILAS TENTANG METODE KOMUNIKATIF

Sejalan dengan itu, Chomsky membagi kemampuan berbahasa menjadi dua, yaitu kompetensi dan performansi. Kompetensi competence- al-kafa’ah adalah kemampuan ideal yang dimiliki oleh seorang penutur. Kompetensi ini menggambarkan pengetahuan tentang sistem bahasa yang sempurna, yaitu pengetahuan tentang sistem kalimat ي ا , sistem kata ف ا , sistem bunyi تا +,ا , dan sistem makna - ا . Sementara itu, performansi ءاد-ا adalah ujaran-ujaran yang biasa didengar atau dibaca, yang merupakan tuturan seseorang apa adanya tanpa dibuat-buat, Oleh karena itu, performansi bisa saja tidak sempurna. Meskipun demikian, menurut Chomsky, inti kajian linguistik itu adalah kompetensi, bukan performansi Huda, 1995. Kompetensi linguistik yang dikemukakan oleh Chomsky tersebut mendapat kritikan dari Dell Hymes. Dia berpendapat, bahwa kompetensi linguistik yang dikemukakan oleh Chomsky itu hanya terbatas pada kemampuan tatabahasa yang terlepas dari konteks, dan ini termasuk penguasaan bahasa taraf permulaan. Penguasaan bahasa yang lebih tinggi mencakup penguasaan aturan-aturan tatabahasa serta aaturan-aturan sosial yang berkaitan dengan penggunaan bahasa. Artinya, seseorang dalam berbahasa harus dapat menggunakan bahasa dan memilih ragam yang tepat sesuai dengan situasi dan hubungan antara pembicara dan pendengar. Orang seperti inilah yang dapat dianggap memiliki ”kompetensi komunikatif” Huda, 1995. Dengaan demikian, pembelajaran bahasa Arab dengan MK menekankan pada kemampuan pembelajar untuk dapat menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dengan memperhatikan konteks sosial dan budaya.

c. Tujuan Pembelajaran

Tujuan umum pembelajaran bahasa bahasa Arab dengan MK adalah mengembangkan kompetensi komunikatif pembelajar yang mencakup kemampuan untuk menafsirkan bentuk-bentuk linguistik baik yang dinyatakan secara eksplisit maupun yang terpendam dalam kegiatan-kegiatan psikis Huda, 1987. Terkait dengan tujuan di atas, maka komponen yang harus dikembangkan dalam kompetensi komunikatif, meliputi kompetensi gramatikal ﺔﻳﻮﺤﻨﻟا ﺔﻳﺎﻔﻜﻟا , kompetensi sosiolinguistik ﺔﻴﻋﺎﻤﺘﺟﻻا ﺔﻳﻮﻐﻠﻟا ﺔﻳﺎﻔﻜﻟا kompetensi wacana ﺔﻳﺎﻔﻛ بﺎﻄﺨﻟا , dan kompetensi strategis ﺔﻳﺎﻔﻜﻟا ﺔﻴﺠﻴﺗاﺮﺘﺳﻻا . Kompetensi gramatikal mengacu pada penguasaan kosa kata, bentukan kata, pembentukan kalimat, ucapan, ejaan, dan makna semantik. Kompetensi sosiolinguistik berkenaan dengan kompetensi penggunaan bahasa sesuaai dengan konteks sosial status pembicara dan pendengar, tujuan interaksi, norma, serta aturan interaksi. Kompetensi wacana mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan ujaran yang kohesif dan koherensi. Kohesif adalah hubungan antara ujaran-ujaran dengan alat struktur bahasa untuk memudahkan menafsirkan makna wacana, sedangkan koherensi adalah hubungan antara beberapa makna dalam ujaran teks. Sementara itu, kompetensi strategis adalah kemampuan penggunaan strategi komunikasi baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal Huda, 1995.

d. Rancang Bangun Silabus dan Materi Pembelajaran

Terkait dengan silabus komunikatif ini, Huda 1989 mengemukakan bahwa terdapat tiga rancang bangun silabus pengajaran kompetensi komunikatif, yaitu silabus fungsional, situasional, dan nosional. Bahkan ditambah satu versi lagi, yaitu silabus struktural berbeda dengan silabus struktural yang konvensional. Dalam satu unit pelajaran, butir-butir fungsi, situasi, dan nosi makna bahasa dapat sama- sama disajikan. Misalnya, butir fungsi dapat berupa: meminta informasi, memberi informasi, dan meminta informasi tentang suatu kepastian. Butir