TEORI BELAJAR BAHASA 1. TUJUAN PEMBELAJARAN

sebagai pembiasaan dan pembiasaan itu dapat terjadi melalui peniruan imitation, yaitu pembelajar menirukan rangsangan tingkah laku yang cukup sering sehingga menjadi otomatis atau melalui penguatan baik positif diganjar maupun negatif dihukum Ellis, 1986. Berikut ini skema hubungan antara stimulus, respons, dan reinforcement yang dikutip dari Richards dan Rodgers 1986. Reinforcement Yang positif akan diulangi Stimulus pembelajar response Reinforcement Yang negatif tidak diulangi lagi Dari skema di atas dapat dikemukakan, bahwa penguatan yang positif dapat berupa pemberian ”ganjaran” باﻮﺜﻟا merupakan unsur yang sangat penting dalam proses belajar. Melalui penguatan yang positif ini, kemungkinan besar perilaku akan terulang dan pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan. Sebaliknya, penguatan negatif dapat berupa pemberian ”hukuman” ب ا akan memperlemah pengulangan perilaku dan pada akhirnya perilaku tersebut tidak akan menjadi kebiasaan. Behaviorisme yang semula merupakan teori psikologi telah memberikan inspirasi kepada para ahli pembelajaran bahasa. Dalam konteks pembelajaran bahasa, aliran behaviorisme menganggap, bahwa untuk menguasai bahasa, anak-anak menirukan ujaran yang dihasilkan oleh penutur dewasa dan berusaha menggunakan bahasa itu. Dengan cara ini, mereka diharapkan membangun suatu pola pengetahuan atau kebiasaan berbahasa yang mereka pelajari Ellis, 1986. Seorang pengikut aliran behaviorisme menganggap bahwa perilaku bahasa yang efektif tidak lain daripada membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Apabila reaksi itu direstui reinforced, maka besar kemungkinan rekasi itu akan diulangi dan lambat laun akan menjadi kebiasaan language habit. Jadi, dengan jalan semacam inilah anak belajar bahasanya Baradja, 1990. Melalui teori ini dan diperkuat oleh aliran linguistik struktural, lahirlah di Amerika suatu metode pembelajaran bahasa yang disebut dengan Metode Audio Lingual ا ا ا . Inti dari metode ini adalah pembiasaan pembelajar menirukan, latihan, dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi terutama komunikasi lisan. Oleh karena itu, drill-dirl lisan ﺔﻴﻬﻔﺷ تﺎﺒﻳرﺪﺗ pola-pola kalaimat menjadi dasar dalam metode ini. Di sinilah teori behaviorisme memandang betapa besar peranan language input atau masukan bahasa ا ي ا dari pihak luar eksternal, agar pembelajar dapat menguasai bahasa sasaran.

2. Kognitivisme

ﻲﻓﺮﻌﻣ ﺐﻫﺬﻣ \ ﺔﻴﻓﺮﻌﻣ ﺔﻳﺮﻈﻧ Nama lain dari kognitvisme adalah mentalisme. Sesuai dengan namanya, teori ini menekankan aspek mental ا \ ا bagi manusia. Teori yang muncul pada pertengahan awal abad ke 20 ini dipelopori oleh seorang ahli bahasa bernama Noam Chomsky. Dia menyerang pandangan kaum behaviorisme, khususnya yang terkait dengan pembelajaran dan pemerolehan bahasa Al-‘Ashily, 2002. Dalam padangan kognitivisme, bahasa bukanlah hasil dari pembiasaan, melainkan karena pada setiap diri manusia normal sejak lahir di dunia sudah dilengkapi oleh alat untuk memperoleh bahasa atau Language Acquisition Device, selanjutnya disingkat LAD ب از ا . Melalui alat ini anak bisa belajar bahasa yang dipakai orang di sekelilingnya. Jadi yang dibawa dari lahir hanya LAD alatnya, sedang bahasa apa yang akan diperoleh anak ditentukan oleh alam sekelilingnya atau bahasa yang digunakan oleh masyarakat di sekelilingnya Baradja, 1990. Serangan Comsky terhadap pandangan kaum behaviorisme diungkapkan dalam bentuk pertanyaan berikut. Bila bahasa merupakan perilaku yang dipelajari, bagaimana anak bisa mengatakan sesuatu yang tidak pernah dikatakan sebelumnya? Bagaimana mungkin sebuah kalimat baru yang diucapkan seorang anak empat tahun merupakan hasil conditioning? Azies dan Alwasilah, 1996. Dalam pandangan Ellis 1986, LAD itu dapat bekerja apabila pembelajar memasukkan data, yakni input, Akan tetapi, posisi input atau masukan ini hanya sebagai penyentil trigger untuk mengaktifkan LAD. Masukan atau input yang dipajankan dari luar itu tidak membentuk proses pemerolehan bahasa, karena hal ini menjadi tugas utama LAD.

3. Interaksionalisme

ﻲﻠﻋﺎﻔﺗ ﺐﻫﺬﻣ ِ◌Aliran ini tampaknya mencoba memadukan kedua aliran sebelumnya behaviorisme dan mentalisme. Penganut aliran ini menganggap bahwa peroses terjadinya penguasaan bahasa karena berkat adanya interaksi antara masukan bahasa yang dipajankan exposed kepada pembelajar dan kemampuan internal yang dimiliki oleh pembelajar, yakni LAD. Bukti-bukti menunjukkan, bahwa seorang anak yang sejak lahir dilengkapi LAD tidak secara otomatis mampu berbahasa tanpa adanya masukan bahasa dari luar eksternal Baradja, 1990. Demikian pula, binatang yang paling cerdas sekalipun, misalnya simpanse tidak akan mampu berbahasa secara kreatif meskipun dia dilatih berbahasa, karena binatang memang tidak dilengkapi dengan LAD.

4, Pemerolehan dan Pembelajaran

ﻢﻠﻌﺘﻟاو بﺎﺴﺘﻛﻻا Teori tentang pemerolehan dan pembelajaran dikemukakan oleh Krashen 1981. Dia membedakan antara konsep pemerolehan acquisition