PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Sagu Metroxylon sp. merupakan tanaman asli Asia Tenggara dimana Indonesia memiliki areal tanaman sagu terbesar di dunia yaitu 1.128 juta ha atau 51,3 areal sagu dunia http:perkebunan.litbang.deptan.go.id , 2004. Sentra penanaman tanaman sagu di Indonesia adalah Papua, Maluku, Riau, Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Tanaman ini merupakan salah satu penghasil karbohidrat terbesar selain beras, gandum dan umbi-umbian. Sebagai sumber karbohidrat, sagu merupakan komoditas potensial sebagai bahan substitusi pangan dan bahan baku untuk industri. Salah satu produk olahan dari tepung sagu yaitu mi sagu. Mi ini banyak dijual di daerah Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dan dikenal dengan nama mi gleser, mi golosor, mi leor, atau mi pentil. Mi sagu dijual di pasaran dalam bentuk basah dan memiliki harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan mi yang terbuat dari tepung terigu. Saat ini, mi sagu hanya dijual di pasar tradisional dan tidak dikemas dengan baik, sehingga kurang bersaing dengan mi basah dari tepung terigu. Sebagian besar mi sagu diproduksi oleh industri kecil. Umur simpan mi golosor yang ada di pasaran saat ini kurang lebih selama 1–3 hari dengan kondisi penyimpanan pada suhu ruang. Mi sagu termasuk makanan basah, sehingga selama penyimpanan mi akan mengalami penurunan mutu seperti kehilangan rasa dan flavour, perubahan tekstur serta tumbuhnya jamur atau mikroorganisme lain. Salah satu cara untuk mencegah atau menghambat kerusakan tersebut, antara lain dengan membungkusnya dengan bahan kemasan yang kedap udara dan air, seperti lembaran plastik. Plastik mempunyai nilai permeabilitas tertentu yang memberikan gambaran tentang mudah atau tidaknya gas, uap air, cairan, ion- ion, dan molekul terlarut yang menembus bahan pangan. Udara yang terperangkap di dalam kemasan dapat menimbulkan kerusakan pada mi antara lain mendorong terjadinya proses oksidasi. Untuk mencegahnya, dapat dilakukan dengan membuang udara dari dalam kemasan, sehingga kemasannya menjadi kemasan yang vakum. Kemasan yang divakum dapat membatasi atau menghambat faktor-faktor penyebab rusaknya makanan yang dikemas. Melalui pengemasan yang efektif diharapkan daya simpan mi sagu akan meningkat. Selain itu dengan penggunaan kemasan yang sesuai, diharapkan dapat meningkatkan penampilan dan daya saing mi sagu terhadap mi basah lain yang ada di pasaran saat ini.

B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh jenis kemasan dan kondisi pengemasan terhadap kualitas mi sagu, sehingga dapat diperoleh pengemasan yang dapat memperpanjang umur simpan mi sagu.

II. TINJAUAN PUSTAKA