C. BIAYA PENGEMASAN
Biaya pengemasan merupakan salah satu elemen dari biaya produksi, dimana nantinya dapat menentukan harga produk. Salah satu cara untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi adalah dengan menekan biaya produksi. Oleh karenanya biaya untuk pengemasan diusahakan agar serendah mungkin,
namun tetap memberikan perlindungan yang baik terhadap produk. Unsur- unsur yang dimasukkan dalam biaya pengemasan adalah biaya bahan
kemasan, biaya mesin pengemas, dan biaya proses pengemasan. Berdasarkan Tabel 9 biaya pengemasan tertinggi adalah perlakuan
kemasan OPPPELLDPE, sedangkan. biaya pengemasan yang terendah adalah perlakuan kemasan polipropilen non vakum dan kemasan LDPE non
vakum. Oleh karena itu, dari segi biaya pengemasan maka pengemasan yang murah namun dapat mempertahankan umur simpan mi sagu yaitu kemasan
polipropilen dengan kondisi pengemasan non vakum.
Tabel 9. Biaya pengemasan untuk masing-masing perlakuan
Jenis kemasan
Kondisi pengemasan
Harga kemasan
unit Biaya
pengemasan unit
Total biaya pengemasan
unit
OPPPELLDPE Vakum 121
1,55 122,55
Non vakum 121
1,46 122,46
Polipropilen Vakum 60
1,55 61,55
Non vakum 60
1,46 61,46
LDPE Vakum 60 1,55 61,55 Non vakum
60 1,46
61,46 Keterangan :
Ukuran plastik : 20,5 cm x 11,8 cm Harga kemasan : OPPPELLDPE = Rp. 2.500,00m
2
Polipropilen = Rp. 24.000,00kg
LDPE = Rp. 24.000,00kg
Sealer : 300 watt
Penerangan :
25 watt
Pengemas vakum : 750 watt Listrik
: Rp. 450kwh Tenaga kerja
: 1 orang Rp. 25.000,00hari
D. PENENTUAN PERLAKUAN TERBAIK
Penentuan perlakuan terbaik diperoleh dari hasil pembobotan secara subjektif. Jumlah pembobotan tersebut diperoleh berdasarkan
penilaian 3 peneliti sagu di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Untuk menentukan perlakuan terbaik, setiap
parameter yang diuji diberikan bobot dari 0,01 hingga 1 berdasarkan penilaian kepentingannya. Semakin besar jumlah bobotnya maka semakin
tinggi nilai kepentingannya. Nilai rata-rata hasil analisa dari setiap parameter selama
penyimpanan kemudian diurutkan berdasarkan ranking. Peringkat pertama diberi nilai 6, peringkat kedua diberi nilai 5, peringkat ketiga diberi nilai 4
dan seterusnya hingga peringkat yang terendah bernilai 1. Secara umum semakin rendah nilai hasil analisa maka nilai peringkatnya semakin tinggi.
Nilai total akhir diperoleh dari akumulasi perkalian antara nilai peringkat dikalikan dengan bobot setiap parameter pengujian. Nilai total
kemudian diranking hingga diperoleh perlakuan terbaik. Perlakuan terbaik ditunjukkan dengan ranking terbesar nilai 6. Tabel perhitungan
penentuan perlakuan terbaik dengan cara pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari hasil pembobotan secara subjektif diperoleh kemasan
polipropilen yang dikemas dengan cara vakum sebagai cara pengemasan terbaik untuk mengemas mi sagu.
Tabel 10. Penilaian kepentingan setiap parameter mi sagu
Parameter Dasar Pertimbangan
Kepentingan Bobot
W Sineresis
Mi yang berair dapat mengurangi daya tarik konsumen
0,16
Biaya pengemasan Biaya pengemasan berpengaruh terhadap harga
produk 0,14
Cooking loss Kualitas pemasakan mi dipengaruhi cooking
loss 0,13
Tabel 10. Penilaian kepentingan setiap parameter mi sagu lanjutan
Parameter Dasar Pertimbangan
Kepentingan Bobot
W Derajat keasaman
Mi yang asam menunjukkan adanya aktivitas mikroba
0,07
Ketengikan Lemak yang tengik menyebabkan perubahan
aroma 0,10
Total kapang
Menentukan umur simpan produk 0,17
Total bakteri 0,12
Kecerahan Mempengaruhi tingkat kesukaan warna
0,11
Total 1,00
Tabel 11. Skor hasil pembobotan dari tiap perlakuan
Ranking Perlakuan Skor
1 A3B2 3,01
2 A2B2
3,07 3 A3B1 3,23
4 A1B2 3,72
5 A1B1
3,83 6 A2B1 4,14
Keterangan : A1 = Jenis kemasan OPPPELLDPE
A2 = Jenis kemasan Polipropilen A3 = Jenis kemasan LPDE
B1 = Kondisi pengemasan vakum B2 = Kondisi pengemasan non vakum
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Nilai sineresis mengalami kenaikan selama penyimpanan. Perubahan nilai
sineresis dipengaruhi oleh jenis kemasan dan kondisi pengemasan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kemasan LDPE vakum memiliki nilai
sineresis terendah. Permeabilitas kemasan yang tinggi menyebabkan air sineresis mudah menguap ke luar bahan kemasan.
2. Selama penyimpanan, cooking loss mi sagu cenderung mengalami
peningkatan. Peningkatan cooking loss mi sagu dapat dihambat dengan mengemasnya secara vakum.
3. Nilai TBA mengalami peningkatan pada awal penyimpanan namun
kemudian menurun tajam setelah hari ke-20. Peningkatan nilai TBA ini diduga karena adanya zat lain yang terdapat dalam produk yang teroksidasi
dan kemudian bereaksi dengan TBA sehingga memberikan warna merah yang terukur sebagai malonaldehid. Selama penyimpanan, secara
keseluruhan ketengikan mi sagu cenderung tidak berubah namun pada akhir penyimpanan terjadi peningkatan. Hal yang sama juga terjadi pada derajat
keasaman pH. pH mi sagu selama penyimpanan cenderung tidak mengalami perubahan yaitu berkisar antara 4,7-4,8.
4. Selama penyimpanan warna yang dihasilkan dari mi sagu berkisar antara
yellow red dan yellow. Kecerahan L dan nilai chroma mengalami penurunan, sedangkan derajat hue tidak mengalami perubahan secara nyata.
Kecerahan mi sagu dapat dipertahankan dengan menggunakan kemasan polipropilen non vakum. Rata-rata kecerahan nilai L mi sagu yaitu 48,68,
derajat hue 84,92 dan nilai chroma 3,85. 5.
Total bakteri dan kapang mengalami peningkatan selama penyimpanan. Secara visual, kemasan OPPPELLPDE baik vakum maupun non vakum