Kemampuan berpikir kreatif Pembahasan

memahami materi cahaya tersebut. Dengan metode eksperimen, siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

4.2.1 Kemampuan berpikir kreatif

Berdasarkan hasil analisis data, kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dan mengalami peningkatan dari kondisi awal sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan. Kemampuan berpikir kreatif ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata pada setiap kelas. Kemampuan berpikir kreatif siswa untuk kelas eksperimen rata- rata pre-test dan post-test adalah 30 dan 67,69 dan untuk kelas kontrol rata-rata pre-test dan post-test adalah 49 dan 61. Dengan diberikan masalah yang bersifat terbuka, siswa terlatih untuk melakukan investigasi berbagai strategi dalam menyelesaikan masalah sehingga dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah. Selain itu seseorang akan memahami bahwa proses penyelesaian suatu masalah sama pentingnya dengan hasil akhir yang diperoleh. Suherman dkk 2003 mengungkapkan bahwa masalah bersifat open-ended tidak hanya terpaku pada hasil akhir tetapi menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban, maka permasalahan-permasalahan berkaitan dengan sifat cahaya, pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya bisa diselesaikan dengan berbagai macam penyelesaian sehingga memicu ketrampilan berpikir luwes siswa. Pendekatan open-ended memberi kesempatan kepada seseorang untuk berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif dapat berkembang secara maksimal dan kegiatan-kegiatan kreatif dapat terkomunikasikan melalui proses pembelajaran. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai masing-masing aspek ketrampilan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, kecuali untuk aspek berpikir orisinal. Akan tetapi secara keseluruhan rata-rata kemampuan berpikir kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan uji signifikansi menggunakan uji perbedaan rata-rata satu pihak yaitu uji pihak kanan dengan taraf 5 diperoleh harga t hitung = 2,375 sedangkan harga t tabel = 1,671. Harga t hitung t tabel , sehingga Ho ditolak, terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan. Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar  g = 0,54 yang dapat dikatakan dalam kategori sedang, sedangkan kelas kontrol mengalami peningkatan dalam kategori rendah dengan peningkatan sebesar  g = 0,24. Adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif ini menunjukkan bahwa pembelajaran fisika pada pokok bahasan cahaya dengan pendekatan open-ended problem solving melalui metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode pembelajaran ini sangat menarik bagi siswa, terbukti siswa aktif dan antusias selama proses pembelajaran, karena siswa dihadapkan langsung dengan permasalahan nyata dan mereka dapat memecahkan permasalahan tersebut secara nyata pula. Proses pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif berpikir, menemukan, serta memecahkan permasalahan. Akan tetapi, kemampuan berpikir kreatif dari kedua kelas belum mencapai hasil yang maksimal. Hasil test kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kontrol cenderung rendah karena berpikir kreatif merupakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi high order of thinking. Selain itu, siswa belum terbiasa dalam pelaksanaan pembelajaran melalui metode ekperimen dengan pendekatan open-ended problem solving.

4.2.2 Hasil belajar kognitif