Tipe-Tipe Kepuasan dan Ketidakpuasan Konsumen Tingkat Kepuasan Konsumen

14 e. Discrepancy Jika level kinerja tidak sama, discrepancy mengindikasikan bagaimana perbedaan antara level kinerja dengan harapan. Untuk negative disconfirmations, yaitu ketika kinerja aktual berada di bawah level harapan, kesenjangan yang lebih luas lagi akan mengakibatkan tingginya tingkat ketidakpuasan.

5. Tipe-Tipe Kepuasan dan Ketidakpuasan Konsumen

Sumarwan 2003 menjelaskan teori kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terbentuk dari model diskonfirmasi ekspektasi, yaitu bahwa kepuasan atau ketidakpuasaan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan sesungguhnya yang diperoleh konsumen dari produk atau jasa tersebut. Harapan konsumen saat membeli sebenarnya mempertimbangkan fungsi produk tersebut product performance. Fungsi produk antara lain: a. Produk dapat berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, disebut diskonfirmasi positif positive disconfirmation. Bila hal ini terjadi maka konsumen akan merasa puas. b. Produk dapat berfungsi seperti yang diharapkan, disebut konfirmasi sederhana simple confirmation. Produk tersebut tidak memberi rasa puas dan produk tersebut tidak mengecewakan sehingga konsumen akan memiliki perasaan netral. Universitas Sumatera Utara 15 c. Produk dapat berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, disebut diskonfimasi negatif negative disconfirmation. Bila hal ini terjadi maka akan menyebabkan kekecewaan, sehingga konsumen merasa tidak puas.

6. Tingkat Kepuasan Konsumen

Barnes 2001 mengatakan bahwa kunci utama dalam mempengaruhi kepuasan konsumen adalah interaksi antara perusahaan atau produsen dengan konsumen yang mempunyai kualitas rangsangan terhadap perasaan nyaman yang dirasakan oleh pelanggan. Dengan keadaan itu, maka faktor yang dapat mempengaruhi dapat diidentifikasi dalam lima level atau tingkatan, antara lain: a. Produk atau jasa inti Level pertama merupakan esensi dari penawaran yang dapat mewakili produk atau jasa inti yang disediakan oleh produsen. Penetapan produk atau jasa inti ini merupakan hal yang paling mendasar untuk ditawarkan kepada konsumen sekaligus menjadi hal yang paling sulit bagi produsen untuk membuat produknya lain dari yang lain, sehingga produsen harus dapat menetapkan produk atau jasa intinya secara tepat, karena bila tidak ditetapkan maka hubungan dengan pelanggan tidak akan pernah bisa diawali. b. Sistem dan pelayanan pendukung Pada level kedua ini, mencakup layanan pendukung yang dipandang dapat mendukung peningkatan kelengkapan dari produk atau jasa inti. Perangkat yang menjadi pendukung, misalnya: sistem pembayaran dan distribusi, kemudahan mendapatkan produk dan pelayanannya, jam pelayanan, level Universitas Sumatera Utara 16 karyawan, pendukung teknis dan perbaikan, sistem komunikasi dan informasi, dan sejenisnya. c. Performa teknis Pada level ketiga ini, perusahaan atau produsen sudah menetapkan produk inti maupun layanan pendukungnya itu sudah dilakukan secara tepat dan benar. Fokus yang harus dipertimbangkan pada level ini adalah perusahaan dapat menampilkan produk barang atau jasa sesuai dengan apa yang dijanjikan kepada konsumen. d. Interaksi dengan konsumen Pada level keempat, sebenarnya mengacu pada prinsip interaksi penyedia jasa dengan konsumen baik melalui tatap muka, atau melalui kontak yang berbasis teknologi. Perusahaan harus dapat menyediakan sistem paralel atau sistem alternatif yang memungkinkan produsen dapat berhubungan langsung dengan konsumen secara lebih pribadi. e. Emosional atau afektif pelayanan Pada level kelima, manajer perusahaan penyedia jasa harus dapat mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat memberikan pesan halus untuk disampaikan kepada konsumen sehingga dapat menumbuhkan perasaan yang positif dalam diri konsumen terhadap produk maupun perusahaannya. Universitas Sumatera Utara 17

7. Evaluasi Kepuasan Konsumen