Tujuan Pernikahan Respon pembantu Pegawai Pencatat Nikah Di Luar KUA Kecamatan Pinang Tanggerang (Suatu Tinjauan Implementasi PMA No 24 Tahun 2014)

25 Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir

4. Administrasi Perkawinan

Secara terminologi yang disebut “ Administrasi” adalah mengurus, mengatur, mengelola. 50 Menurut The Liang Gie, yang dimaksud dengan administrasi suatu prosedur penyelenggaraan oleh administratur secara teratur dan diatur guna melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 51 Administrasi atau dalam hal ini pencatatan perkawinan diberlakukan di hampir semua Negara muslim di dunia, meskipun berbeda satu sama lain dalam penekanannya. Menurut Khoiruddin Nasution, aturan pencatatan perkawinan di Negara-negara muslim dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok Negara yang mengharuskan pencatatan dan memberikan sanksi akibat hukum bagi mereka yang melanggar, seperti halnya di Brunei Darussalam, Singapura, Iran, India, Pakistan, Yordania, dan Republik Yaman. Sementara yang kedua, Negara-negara yang menjadikan pencatatan hanya sebagai syarat administrasi dan tidak memberlakukan sanksi atau denda bagi yang melanggar, seperti Filipina, Lebanon, Maroko, dan Libya. Ketiga, Negara yang mengharuskan 50 Faried Ali, Teori dan Konsep Administrasi Dari Pemikiran Paradigmatik Menuju Redefinisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 19. 51 Mustofa, Kepaniteraan Peradilan Agama, Jakarta: kencana, 2005, h. 50 26 pencatatan tetapi tetap mengakui adanya perkawinan yang tidak dicatatkan. Hal ini hanya terjadi di Syiria. 52 Perkawinan dianggap sah adalah perkawinan yang dilaksanakan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya dan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di Negara Indonesia ada dua instansi atau lembaga yang diberi tugas untuk mencatat perkawinan dan rujuk. Adapun instansi atau lembaga yang dimaksud adalah kantor urusan agama kecamatan untuk nikah, talak, dan rujuk bagi yang beragama islam dan kantor catatan sipil untuk non islam. 53 Fungsi dan kegunaan pencatatan dalam perkawinan adalah untuk memberikan jaminan hukum terhadap perkawinan yang dilakukan, bahwa perkawinan itu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, serta suami sebagai pihak yang melakukan transaksi benar-benar akan menjalankan segala konsekuensi atau akibat hukum dari perkawinan yang dilaksanakannya itu. Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan akta nikah, yang masing-masing suami istri mendapatkan salinannya, apabila terjadi pada salah satu pihak tida bertanggung jawab, maka yang lainnya dapat melakukan upaya hukum guna mempertahankan. 52 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, h. 182. 53 Abdul manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, cet 2 Jakarta: Kencana, 2008, h. 14 27 Karena dengan akta tersebut, baik istri maupun istri memiliki bukti otentik atas perubahan hukum yang telah mereka lakukan. 54

B. Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan 1. Menurut Hukum Islam

Pada mulanya syariat Islam baik dalam Al-Qur’an atau al-Sunnah tidak mengatur secara konkret tentang adanya pencatatan perkawinan. 55 Pencatatan perkawinan tidak diberi perhatian yang serius oleh fikih walaupun ada ayat al-Qur’an mengajurkan untuk mencatat segala bentuk transaksi muamalat. 56 Mengenai pencatatan transaksi mu’amalah, terdapat aturan yang jelas dan tegas di dalam al-Qur’an. Ketentuan ini diungkap dalam surat al- baqarah ayat 282 yang dikenal oleh para ulama dengan ayat al- mudayanah ayat hutang piutang :                                         Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang 54 Yayan Sopyan, Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, Jakarta: PT Wahana Semesta Intermedia, 2012, h. 131-132. 55 Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, h. 91 56 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di IndonesiaStudi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1974 Sampai KHI, Jakarta: Kencana, 2004, h. 120 28 berhutang itu mengimlakkan apa yang akan ditulis, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya dan janganlah ia mengurangi sedikitpun dari pada hutangnya. QS. Al- Baqarah: 282 Secara garis besar, ayat ini berbicara tentang anjuran bahwa menurut sebagian ulama bersifat kewajiban untuk mencatat hutang piutang dan mempersaksikannya di hadapan pihak ketiga yang di hadapan pihak ketiga yang dipercaya. Selain itu, ayat ini juga menekankan perlunya menulis hutang walaupun hanya sedikit, disertai dengan jumlah dan ketetapan waktunya. Tujuannya untuk menghindarkan terhadinya sengketa di kemudian hari. 57 Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa adanya bukti autentik sangat diperlukan untuk menjaga kepastian hukum bahkan secara redaksional menunjukkan bahwa catatan didahulukan daripada kesaksian, yang dalam perkawinan persaksian menjadi salah satu rukun yang harus dilaksanakan. Pada hal yang penting sebagai keniscayaan jaman dan kebutuhan legalitas hukum adalah adanya pencatatan perkawinan. 58 Suatu perkawinan, pencatatan mutlak diperlukan. Adapun fungsi dan kegunaan pencatatan adalah untuk memberikan jaminan hukum terhadap perkawinan yang dilakukan, bahwa perkawinan itu dilaksanakan dengan sungguh- sungguh, berdasarkan i’tikad baik, serta suami sebagai pihak yang melakukan transaksi benar-benar akan menjalankan segala konsekuensi atau akibat hukum dari perkawinan yang dilaksanakannya itu. 57 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2004, h. 602 58 Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, h. 127-129

Dokumen yang terkait

Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2014 di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (Studi Pada Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Kebayakan Gunung Balohen Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)

2 88 122

Anak luar nikah dalam undang-undang perkawinan No.1 Tahun 1974: analisis putusan MK tentang status anak luar nikah

0 3 86

Ketelitian pegawai pencatat nikah terhadap data calon pengantin di KUA Kecamatan Cimanggis depok : studi kajian terhadap putusan no. 563/pdt.g/2007/pa.depok

1 11 88

Pemahaman masyarakat Kecamatan Pasar Rebo terhadap pembantu pegawai pencatat nikah (P3N) (studi kasus di KUA Pasar Rebo Jakarta Timur)

3 24 89

Implementasi PP NO. 48 Tahun 2014 Tentang Biaya Nikah Sebagai Public Service

3 18 170

Tinjauan maslahah mursalah dalam putusan Pengadilan Agama Mojokerto nomor 0052/Pdt.P/2014/PA.Mr tentang pencabutan atas surat penolakan perkawinan oleh pegawai pencatat nikah KUA Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

0 0 97

EKSISTENSI PEMBANTU PEGAWAI PENCATAT NIKAH (P3N) PASCA INSTRUKSI DIRJEN BIMAS ISLAM NOMOR DJ.II/I TAHUN 2015 PERSPEKTIF KEPUTUSAN MENTERI AGAMA No 298 TAHUN 2003 DI KUA Kec. CANDI Kab. SIDOARJO.

7 123 83

PMA no. 24 tahun 2015

0 1 16

Peranan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam Penyelesaian Pernikahan Wali Adhal (Studi Kasus Penyelesaian Pernikahan Wali Adhal di KUA Kecamatan Manggala) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 81

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENOLAKAN PETUGAS KUA ATAS WALI NIKAH MEMPELAI HASIL HUBUNGAN DI LUAR NIKAH ( Studi Kasus di KUA Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011-2013) SKRIPSI

0 0 13