27
Tabel 2.4 Ukuran, massa dan kecepatan jatuh butir hujan Jenis
Ѳ bola mm Massa mg
Kecepatan jatuh ms
Hujan gerimis 0,15
0,0024 0,5
Hujan halus 0,15
0,065 2,1
Hujan normal Lemah
1 0,52
4,0 Deras
2 4,2
6,5 Hujan sangat deras
3 14
8,1 Sumber : Sosrodarsono, 2003
2.3.2 Perhitungan Distribusi Curah Hujan Rata-rata
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan,
bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah daerah dan dinyatakan dalam mm. Cara perhitungan curah hujan daerah
dari pengamatan curah hujan dibeberapa titik adalah sebagai berikut :
a. Metode Rata-rata Aljabar Metode Arithmatik Mean
Metode perhitungan rata-rata aljabar arithmatic mean bisanya digunakan untuk daerah yang datar, dengan jumlah pos curah hujan yang cukup
banyak dan dengan anggapan bahwa curah hujan di daerah tersebut cenderung bersifat seragam uniform distribution. Stasiun hujan yang digunakan dalam
hitungan biasanya adalah yang berada didalam DAS, tetapi stasiun diluar DAS yang masih berdekatan juga bias diperhitungkan.
2.1 Keterangan
: curah hujan rata-rata mm
28
N :
jumlah stasiun hujan
R
1
, R
2
, ....R
n
: besarnya curah hujan pada masing-
masing stasiun hujan mm
b. Metode Poligon Thiessen
Metode ini dilakukan dengan menganggap bahwa setiap stasiun hujan dalam suatu daerah mempunyai luas pengaruh tertentu dan luas tersebut
merupakan faktor koreksi bagi hujan stasiun menjadi hujan daerah yang bersangkutan. Caranya adalah dengan memplot letak stasiun-stasiun curah hujan
ke dalam gambar DAS yang bersangkutan. Kemudian dibuat garis penghubung di antara masing-masing stasiun dan ditarik garis sumbu tegak lurus. Cara ini
merupakan cara terbaik dan paling banyak digunakan walau masih memiliki kekurangan karena tidak memasukkan pengaruh topografi. Metode ini dapat
digunakan apabila pos hujan tidak banyak. Curah hujan daerah metode poligon Thiessen dihitung dengan persamaan berikut :
2.2
Keterangan 2.3
: Rata-rata curah hujan mm.
:
curah hujan dimasing-masing stasiun dan n adalah jumlah stasiun hujan
A :
km
2
. :
luas sub area yang mewakili masing-masing stasiun hujan km
2
.
29
c. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis lengkung yang menghubungkan tempat-tempat kedudukan yang mempunyai curah hujan yang sama. Isohyet diperoleh dengan
cara menggambar kontur tinggi hujan yang sama, lalu luas area antara garis ishoyet yang berdekatan diukur dan dihitung nilai rata-ratanya. Curah hujan
daerah metode Isohyet dihitung dengan persamaan berikut :
Keterangan : 2.4
:
curah hujan rata-rata mm,
: garis isohiet ke 1,2,3,...,n+1
: luas daerah yang dibatasi oleh garis isohiet ke 1 dan 2, 2
dan 3,...,n dan n+1.
2.3.3 Analisis Frekuensi
Analisis frekuensi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk memprediksi suatu besaran curah hujan di masa yang akan datang dengan menggunakan data
curah hujan di masa yang lalu berdasarkan suatu pemakaian distribusi frekuensi. Dalam melakukan sebuah analisis frekuensi diperlukan data curah hujan, yaitu
curah hujan maksimum. Teori distribusi dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan umum tinggi hujan untuk analisis frekuensi, seperti:
a. Distribusi Normal
Keterangan : 2.5
X : Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
T