Faktor Penyebab Kebebasan Positif pada Tokoh Utama

64 Allen dan Ned. Dia sangat terkejut melihat perbuatan anjingnya karena Capi telah melakukan perbuatan yang jahat yang tak pernah di duga Rémi sebelumnya. Rémi berusaha untuk membela anjing kesayangannya bahwa Capi adalah anjing yang baik, anjing yang jujur dan tidak akan mungkin mencuri jika tidak ada yang mengajarinya. Rémi tidak menginginkan hal itu terjadi pada anjingnya dan berusaha mencegah agar tidak melakukan pencurian di kemudian hari. Rémi gemetar saat berbicara untuk mengungkapkan kebenarannya bahwa anjing tersebut adalah anjing baik yang selalu diajari Rémi untuk menghibur orang dan bukan untuk melakukan hal-hal yang buruk.

4.2.1 Faktor Penyebab Kebebasan Positif pada Tokoh Utama

Munculnya kebebasan positif disebabkan oleh adanya pre-freedom pra- kebebasan dan negative freedom kebebasan negatif. Pada tahap pra-kebebasan, seseorang sadar bahwa dirinya hanyalah bagian dari masyarakatkelompok atau seseorang yang masih terkait dengan dunia dalam ikatan primer. Dalam hal ini, seseorang bertindak bukan berdasarkan realisasi diri, identifikasi diri, dan sebagainya. Dia belum memahami dirinya sebagai individu kecuali melalui media atau peran sosialnya. Kemudian, pada tahap kebebasan negatif, manusia diberikan perasaan baru dari kebebasan, namun pada saat yang sama merasa sendirian dan terisolasi, dipenuhi keraguan dan kecemasan, dan membawanya ke dalam kepatuhan yang baru dan paksaan serta aktivitas yang tidak logis. Pada kedua tahap tersebut, tidak dapat memuaskan manusia karena hanya menyerah pada keamanan dan manusia juga kehilangan keamanan ketika dia menikmatinya, maka setelah tahap tersebut muncullah tahap kebebasan positif, di mana 65 manusia dapat menemukan realisasi dirinya menjadi dirinya sendiri. Perhatikan kutipan berikut: 14 SF7 “Je suis un enfant trouvé. Mais, jusqu’à huit ans, j’ai cru que, comme tous les autres enfants, j’avais une mère, car lorsque je pleurais, il y a avait une femme qui me serrait si doucement dans ses bras en me berçant, que mes larmes s’arrêtaient de couleur. J amais je ne me couchais dans mon lit sans qu’une femme vint m’embrasser, et, quand le vent de décembre collait le neige contre les vitres blanchies, elle me prenait les pieds entre ses deux mains et elle restait à me les réchauffer en me chantant une chans on, dont je retrouve encore dans ma mémoire l’air et quelques paroles. a. Isi Laten Aku seorang anak pungut. Tapi, hingga berusia delapan tahun, aku mengira, seperti anak-anak yang lainnya, aku mempunyai seorang ibu, karena ketika aku menangis, ada seorang wanita yang memelukku erat-erat dan membuaiku dengan lembut hingga aku berhenti menangis. Aku tidak pernah pergi tidur tanpa seorang ibu yang memberikan ciuman selamat malam, dan ketika angin bulan Desember meniupkan salju yang menempel di kaca-kaca yang memutih, dia memegang kakiku diantara kedua tangannya dan dia masih menghangatkan tubuhku sambil menyanyikan sebuah lagu untukku, hingga sekarang aku masih ingat lagunya dan beberapa kata- katanya. b. Isi Komunikasi Kutipan di atas merupakan bagian dari pra-kebebasan, tapi kebebasan tersebut tidak memuaskan kerena Rémi hanya menyerah pada keamanan. Rémi hanya merasa nyaman bersama ibu angkatnya sebagaimana anak-anak yang lain merasa mendapat kenyamanan bersama ibu kandungnya. Rémi tidak tahu keberadaannya yang sebenarnya 66 karena dia selalu mendapatkan perhatian dari ibu angkatnya. Di samping mendapat kenyamanan, dia hanyalah seorang anak pungut yang diasuh dengan baik oleh seorang ibu layaknya seperti anak kandungnya. 15 SF24 “En tout autre moment, il est certain que j’aurais été profondement touché par cette catastrophe ; mais je ne pensais plus aux crêpes, ni aux beignets, et l’idée qui occupait mon esprit, c ’était que cet homme qui paraissait si dur était mon père. Mon père, mon père C’était là mot que je me répétais machinalement. Je ne m’étais jamais demandé d’une façon bien précise ce que c’était qu’un pére, et vaguement, d’instinct, j’avais cru que c’était une mère à grosse voix, mais en regardant celui qui me tombait du ciel, je me sentis pris d’un effroi douloureux .”

a. Isi Laten