Psikologi Sastra Landasan Teoritis

16 UNHAS. Dalam thesis tersebut peneliti menganalisis perkembangan tokoh utama, Remi, dalam novel Sans Famille dengan menggunakan teori psikologi perkembangan Erikson yang meliputi tahap dasar kepribadian manusia dan pendekatan struktural untuk mencermati hubungan Remi dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita. Penerapan psikologi Erikson menghasilkan kesimpulan bahwa kemandirian tokoh Remi dipengaruhi oleh faktor pola asuh dan faktor lingkungan. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, khususnya kajian Psikologi Humanistis Erich Fromm terhadap roman Sans Famille belum pernah dilakukan, sehingga dapat dipastikan bahwa penelitan dengan judul “Authoritarianisme dan Kebebasan Positif dalam Roman Sans Famille Karya Hector Malot Kajian Psikologi Humanistis Erich Fromm” belum pernah dilakukan sebelumnya dan dapat dipertanggung jawabkan keorisinalitasannya.

2.2 Landasan Teoritis

Penelitian ini menggunakan teori authoritarianisme dan kebebasan positif untuk menganalisis fenomena psikologis tokoh utama dalam roman Sans Famille karya Hector Malot sebagai sebuah kajian psikologi humanistis Erich Fromm. Dalam bab ini akan diuraikan teori yang digunakan sebagai pedoman dalam skripsi tersebut yang dikemukakan oleh beberapa para ahli dan berikut penjabarannya:

2.2.1 Psikologi Sastra

Psikologi sastra merupakan sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Mungkin aspek „dalam‟ ini acap kali bersifat subjektif, yang membuat para pemerhati sastra menganggapnya berat. Sesungguhnya belajar psikologi sastra amat 17 indah, karena kita dapat memahami sisi kedalaman jiwa manusia, jelas amat luas dan amat dalam Endraswara sebagaimana dikutip Minderop, 2013: 59. Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan pengalaman itu sering pula dialami oleh orang lain. Psikologi sastra juga merupakan telaah sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya sastra psikologis hal penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan. Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal, pertama, karya sastra merupakan kreasi dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar subconscious yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk sadar conscious Endraswara, 2008:96. Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologis kisahan yang kadang kala merasakan dirinya terlibat dalam cerita. Karya-karya sastra memungkinkan ditelaah melalui pendekatan psikologi karena karya sastra menampilkan watak para tokoh, walaupun imajinatif, dapat menampilkan berbagai problem psikologis. John keble berpendapat kedekatan antara karya sastra dan psikologi dapat dicermati melalui, misalnya karya-karya sastra yang merupakan ungkapan pemuasan motif konflik desakan keinginan dan nafsu yang ditampilkan para tokoh untuk mencari kepuasan imajinatif yang dibarengi dengan upaya menyembunyikan dan menekan 18 per asaan dengan menggunakan „cadar‟ atau „penyamar‟ dari lubuk hati yang paling dalam Abrams sebagaimana dikutip dalam Minderop, 2013:57. Gelora jiwa dan nafsu yang tampil melalui para tokoh ini yang harus digali oleh peneliti yang tentunya berdasarkan analisis secara instrinsik terlebih dahulu dan selanjutnya didekati melalui pendekatan psikologi. Psikologi sastra bertujuan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya tetapi bukan berarti sama sekali terlepas dari kebutuhan masyarakat. Karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakatnya secara tidak langsung melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya kaitannya dengan psike Ratna, 2008:342. Ratna 2008:343 mengungkapkan bahwa terdapat tiga cara untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu: a memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, b memahami unsur-unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalam karya sastra, dan c memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca. Dan psikologi sastra pada dasarnya memberikan perhatian pada masalah kejiwaan para tokoh fiksional yang terkandung dalam karya sastra. Sebagai dunia dalam kata karya sastra memasukkan aspek kehidupan ke dalamnya, khususnya pada manusia. Pada umumnya, aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. 19

2.2.2 Psikologi Kepribadian