organisasi pembelajar yang efektif PREMENDIKNAS No.13 tahun 2007, akan tetapi juga menjalin relasi dengan berbagai instansi yang terkait dalam
menciptakan lapangan pekerjaan bagi lulusan sekolah menengah kejuruan. Hal ini menunjukan bahwa peran yang dimiliki kepala sekolah menengah kejuruan sangat
kompleks. Hal ini juga membedakan peran antara kepala sekolah menengah kejuruan dengan kepala sekolah menengah umum.
Berdasarkan data dinas pendidikan pemprov DKI mayoritas SMK swasta di Indonesia terletak di wilayah Jakarta Timur. Dalam prakteknya masih banyak
kepala sekolah menengah kejuruan swasta di wilayah Jakarta Timur yang belum mampu berhubungan secara efektif dengan orang lain. Sebagai contoh, di
kalangan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan SMK Swasta di Wilayah Jakarta Timur yang direncanakan menjadi obyek penelitian ini, masih banyak kepala
sekolah yang belum berhasil untuk menjalin relasi atau hubungan dengan lembaga-lembaga pengguna lulusan SMK tersebut. Hasil wawancara DIKNAS
Jakarta Timur dengan lima Pengurus Yayasan Pendidikan Swasta di wilayah Jakarta Timur juga menunjukkan masih ada kepala sekolah yang belum dapat
bersosialisasi di tempat kerjanya dengan baik dan belum dapat menyelesaikan
permasalahan melalui interaksi sosial yang intensif. Kondisi ini menunjukkan
bahwa kepala sekolah SMK Swasta di Wilayah Jakarta Timur sebagai pimpinan sekolah belum berhasil menunjukkan kecerdasan sosial yang dapat diandalkan
untuk mewujudkan efektivitas kepemimpinannya. Fenomena tersebut menarik untuk dikaji secara mendalam dan
komprehensif melalui penelitian ilmiah guna mengungkap hubungan antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kecerdasan sosial dengan efektivitas kepemimpinan Kepala Sekolah SMK Swasta, dengan mengambil obyek penelitian pada SMK Swasta di Willayah Jakarta Timur
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan sosial
dengan efektivitas kepemimpinan pada Kepala Sekolah SMK Swasta di Wilayah Jakarta Timur?”
C. Tujuan Penelitian
Dengan merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah tersebut maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kecerdasan sosial dengan efektivitas kepemimpinan Kepala Sekolah SMK Swasta di Wilayah Jakarta Timur.
D. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1.
Secara teoritis, dapat menambah kasanah ilmu pengetahuan, terutama psikologi pendidikan, khususnya yang terkait dengan studi hubungan
antara kecerdasan sosial dengan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah. 2.
Secara praktis, dapat dijadikan tolak ukur bagi kepala sekolah SMK Swasta di Wilayah Jakarta Timur, untuk mampu meningkatkan efektivitas
dalam kepemimpinannya melalui perspektif kecerdasan sosial PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kecerdasan Sosial
1. Pengertian Kecerdasan Sosial
Menurut Aristoteles dalam Syamsu 2004 manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Hal ini berarti bahwa
interaksi sosial sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam lingkungan sekolah. Untuk mencapai interaksi sosial yang baik,
seseorang harus memiliki kecerdasan sosial. Kemampuan untuk memahami dirinya atau lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan
tepat untuk melakukan keberhasilan perilaku sosial disebut juga sebagai kecerdasan sosial Sean Foleno dalam Syamsu, 2004. Kemampuan untuk
bereaksi dengan tepat sangat diperlukan oleh kepala sekolah dalam pengambilan keputusannya.
Thorndike dalam Syamsu 2004 berpendapat, kecerdasan sosial merupakan kemampuan untuk memahami dan mengelola diri pada pria
dan wanita dewasa maupun anak-anak. Pernyataan tersebut serupa dengan apa yang diungkapkan oleh Robin dan Judge 2007 bahwa kecerdasan
sosial adalah kemampuan seseorang untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain.
Syamsu 2004 mengatakan bahwa kecerdasan sosial merupakan kemampuan mencapai kematangan pada kesadaran berpikir dan bertindak
untuk menjalankan peran manusia sebagai makhluk sosial di dalam menjalin hubungan dengan lingkungan atau kelompok masyarakat.
Yukl 2010, mengungkapkan bahwa kecerdasan sosial adalah kemampuan menentukan keperluan-keperluan untuk kepemimpinan dalam
situasi khusus dan memilih tanggapan yang sesuai. Kecerdasan sosial merupakan pencapaian kualitas manusia mengenai kesadaran diri dan
penguasaan pengetahuan yang bukan hanya untuk keberhasilan dalam hubungan interpersonal, tetapi kecerdasan sosial digunakan untuk
membuat kehidupan manusia menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat
sekitar Suyono, 2007.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan sosial adalah kematangan pada kesadaran berpikir serta bertindak dan
kemampuan memahami diri atau lingkungan secara optimal untuk menjalin hubungan dengan lingkungan atau kelompok masyarakat agar
mampu menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
2. Aspek Kecerdasan Sosial
Ada dua aspek utama dalam kecerdasan sosial, yaitu kesadaran Sosial Social Awareness dan fasilitas Sosial Social Facility. Kesadaran sosial
berasal dari dalam diri individu, dimana perasaan yang muncul seketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saat merasakan keadaan batin orang lain untuk mengerti perasaan dan pikirannya, untuk masuk ke dalam situasi sosial yang lebih kompleks
Goleman, 2006. Keberhasilan interaksi sosial tidak hanya di dasari oleh
kemampuan untuk merasakan dan mengerti apa yang orang lain pikirkan. Fasilitas sosial didasari akan kesadaran sosial yang memungkinkan
kelancaran interaksi sosial yang efektif. Hal ini berarti kemampuan merasakan perasaan orang lain yang disebut sebagai kesadaran sosial,
memerlukan sebuah sarana dalam pelaksanaannya Goleman, 2006.
Indikator Kecerdasan Sosial Daniel Goleman 2006 menyebutkan delapan indikator kecerdasan
sosial,yaitu :
a. Empati dasar primal empathy, merasakan sinyal perasaan non
verbal.
b. Keselarasan attunement, mendengarkan dengan penuh penerimaan,
menyelaraskan diri dengan orang lain.
c. Ketepatan empati empathy accuracy, memahami pikiran, perasaan,
dan intensi orang lain.
d. Kognisi sosial social cognition, mengetahui bagaimana tatanan
dalam dunia sosial.
e.
Sinkron synchrony, berinteraksi secara lancar pada level non verbal.
f. Kemampuan membawa diri self-presentation, menampilkan diri
kita secara efektif.
g.
Pengaruh influence, membentuk hasil dari interaksi sosial.
h. Perhatian concern, perduli akan kebutuhan orang lain, dan bertindak
dengan sesuai.
Dari uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan secara efektif
dengan orang lain, dengan indikator: memiliki empati dasar, mampu menyelaraskan diri dengan orang lain, memiliki ketepatan empati,
memahami kognisi sosial, sinkronisasi, kemampuan membawa diri, memiliki perhatian dan pengaruh.
B. Efektivitas Kepemimpinan
1. Pengertian Efektivitas Kepemimpinan
Menurut Drafke 2009, kepemimpinan adalah ”the ability to
influence the activities of others, through the process of communication, toward the attainment of goal.” Pengertian ini menjelaskan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi aktivitas orang lain melalui proses komunikasi ke arah pencapaian tujuan. Definisi serupa
dikemukakan oleh Kinicki dan Kreitner 2008 yang menyatakan bahwa ”leadership is the ability influence people toward the attainment of goals.”
Artinya, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Bennis dalam Parker Begnaud, 2004 mengatakan kepemimpinan adalah proses energik mendapatkan kesungguhan dan kesediaan