Analisis Data dan Pembahasan

105 c. Nilai tengah MEDIAN = 83,64 d. Nilai sering muncul MODE = 85,45 e. Rata-rata MEAN = 81,19 f. Standar Deviasi SD = 8,96

C. Analisis Data dan Pembahasan

Analisis data dapat dilakukan apabila paling sedikit 80 siswa mengikuti pembelajaran. Jumlah siswa di kelas VII B semester gasal tahun ajaran 2013 2014 SMP Joannes Bosco Yogyakarta adalah 30 siswa, sehingga paling sedikit harus ada 24 siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Pada saat penelitian, semua kegiatan seperti Tes Kemampuan Awal TKA, Tes Evaluasi TE, dan proses pembelajaran selama empat kali pertemuan telah diikuti oleh lebih dari 80 siswa. Dengan demikian peneliti dapat menganalisis data yang diperoleh. 1. Analisis Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Analisis keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dilakukan dengan rumus yang tertera pada Bab III, yaitu: ABA2C D = DE2 BA2C D F G HIJA2ECAℎ DE2 BA2C D ADACL2Lℎ × 100 Rincian keterlaksanaan RPP per pertemuan adalah sebagai berikut: a. Pertemuan I 1 Observer 1 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 18. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan I adalah 18. 106 Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan I menurut observer 1 adalah sebagai berikut: ABA2C D T = 18 18 × 100 = 100 2 Observer 2 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 18. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan I adalah 18. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan I menurut observer 2 adalah sebagai berikut: ABA2C D T = 18 18 × 100 = 100 3 Observer 3 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 18. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan I adalah 18. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan I menurut observer 3 adalah sebagai berikut: ABA2C D T = 18 18 × 100 = 100 107 Rata-rata keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan I adalah sebagai berikut: 2 B − 2 B ABA2C D T = 100 + 100 + 100 3 = = 100 b. Pertemuan II 1 Observer 1 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 17. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan II adalah 17. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan II menurut observer 1 adalah sebagai berikut: ABA2C D TT = 17 17 × 100 = 100 2 Observer 2 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 17. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan II adalah 17. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan II menurut observer 2 adalah sebagai berikut: ABA2C D TT = 17 17 × 100 = 100 108 3 Observer 3 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 17. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan II adalah 17. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan II menurut observer 3 adalah sebagai berikut: ABA2C D TT = 17 17 × 100 = 100 Rata-rata keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan II adalah sebagai berikut: 2 B − 2 B ABA2C D TT = 100 + 100 + 100 3 = = 100 c. Pertemuan III 1 Observer 1 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 15. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan III adalah 16. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan III menurut observer 1 adalah sebagai berikut: ABA2C D TTT = 15 16 × 100 = 93,75 109 2 Observer 2 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 15. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan II adalah 16. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan III menurut observer 2 adalah sebagai berikut: ABA2C D TTT = 15 16 × 100 = 93,75 3 Observer 3 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 15. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan II adalah 16. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan III menurut observer 3 adalah sebagai berikut: ABA2C D TTT = 15 16 × 100 = 93,75 Rata-rata keterlaksanaan Recana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan III adalah sebagai berikut: 2 B − 2 B ABA2C D TT = 93,75 + 93,75 + 93,75 3 = , = 93,75 110 d. Pertemuan IV 1 Observer 1 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 12 Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan IV adalah 14. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan IV menurut observer 1 adalah sebagai berikut: ABA2C D TU = 12 14 × 100 = 85,71 2 Observer 2 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 12. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan IV adalah 14. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan IV menurut observer 2 adalah sebagai berikut: ABA2C D TU = 12 14 × 100 = 85,71 3 Observer 3 Skor terlaksana yang diperoleh adalah 12. Skor terlaksana keseluruhan pada pertemuan IV adalah 14. Sehingga, keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan IV menurut observer 3 adalah sebagai berikut: ABA2C D TU = 12 14 × 100 = 85,71 111 Rata-rata keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada pertemuan IV adalah sebagai berikut: 2 B − 2 B ABA2C D TU = 85,71 + 85,71 + 85,71 3 = , = 85,71 Dari rincian rata-rata keterlaksanaan I-IV diperoleh keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP keseluruhan adalah ABA2C D ADACL2Lℎ = ABA2C D T + TT + TTT + TU 4 = V V ,V , = , = 94,87 Karena hasil yang didapat 94,87 menunjukkan persentase keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP keseluruhan lebih dari 80 maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga Luasan telah dan dapat terlaksana dengan baik di kelas VII B semester gasal SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014. 112 2. Analisis Ketercapaian Penggunaan Alat Peraga Luasan Analisis ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan dilakukan dengan rumus yang tertera pada Bab III, yaitu: ABA2 J I = DE2 BA2 J I F G HIJA2ECAℎ DE2 BA2 J I ADACL2Lℎ × 100 Rincian ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan per pertemuan adalah sebagai berikut: a. Pertemuan I 1 Observer 1 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan I adalah 13. Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan I menurut observer 1 adalah sebagai berikut: ABA2 J I T = 13 13 × 100 = 100 2 Observer 2 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan I adalah 13. Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan I menurut observer 2 adalah sebagai berikut: ABA2 J I T = 13 13 × 100 = 100 3 Observer 3 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan I adalah 13. 113 Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan I menurut observer 3 adalah sebagai berikut: ABA2 J I T = 13 13 × 100 = 100 Rata-rata ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan I adalah sebagai berikut: 2 B − 2 B ABA2 J I T = 100 + 100 + 100 3 = 300 3 = 100 b. Pertemuan II 1 Observer 1 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan II adalah 13. Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan II menurut observer 1 adalah sebagai berikut: ABA2 J I TT = 13 13 × 100 = 100 2 Observer 2 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan II adalah 13. 114 Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan II menurut observer 2 adalah sebagai berikut: ABA2 J I TT = 13 13 × 100 = 100 3 Observer 3 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan II adalah 13. Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan II menurut observer 3 adalah sebagai berikut: ABA2 J I TT = 13 13 × 100 = 100 Rata-rata ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan II adalah sebagai berikut: 2 B − 2 B ABA2 J I TT = 100 + 100 + 100 3 = 300 3 = 100 c. Pertemuan III 1 Observer 1 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan III adalah 13. 115 Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan III menurut observer 1 adalah sebagai berikut: ABA2 J I TTT = 13 13 × 100 = 100 2 Observer 2 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan III adalah 13. Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan III menurut observer 2 adalah sebagai berikut: ABA2 J I TTT = 13 13 × 100 = 100 3 Observer 3 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan III adalah 13. Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan III menurut observer 3 adalah sebagai berikut: ABA2 J I TTT = 13 13 × 100 = 100 Rata-rata ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan III adalah sebagai berikut: 2 B − 2 B ABA2 J I TTT = 100 + 100 + 100 3 = 300 3 = 100 116 d. Pertemuan IV 1 Observer 1 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan IV adalah 13. Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan IV menurut observer 1 adalah sebagai berikut: ABA2 J I TU = 13 13 × 100 = 100 2 Observer 2 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan IV adalah 13. Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan IV menurut observer 2 adalah sebagai berikut: ABA2 J I TU = 13 13 × 100 = 100 3 Observer 3 Skor ketercapaian yang diperoleh adalah 13. Skor ketercapaian keseluruhan pada pertemuan IV adalah 13. Sehingga, ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan IV menurut observer 3 adalah sebagai berikut: ABA2 J I TU = 13 13 × 100 = 100 117 Rata-rata ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan pada pertemuan IV adalah sebagai berikut: 2 B − 2 B ABA2 J I TU = 100 + 100 + 100 3 = 300 3 = 100 Dari rincian rata-rata ketercapaian I-IV diperoleh ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan keseluruhan adalah ABA2 J I ADACL2Lℎ = ABA2 J I T + TT + TTT + TU 4 = 100 + 100 + 100 + 100 4 = 400 4 = 100 Karena hasil yang didapat 100 menunjukkan persentase ketercapaian penggunaan alat peraga Luasan keseluruhan lebih dari 80 maka dapat dikatakan bahwa penggunaan alat peraga Luasan telah dan dapat tercapai dengan baik di kelas VII B semester gasal SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014. 118 3. Analisis Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Pecahan dengan Menggunakan Alat Peraga Luasan a. Keaktifan siswa secara keseluruhan Dari data pada tabel 4.4–tabel 4.7 diperoleh data keaktifan siswa keseluruhan adalah sebagai berkut: Tabel 4.10 Data Keaktifan Siswa Keseluruhan No. Nama Pertemuan Skor I II III IV 1. Siswa 1 6 6 8 9 29 2. Siswa 2 11 11 19 19 60 9 Siswa 3 - 4 6 9 19 4. Siswa 4 3 4 5 14 26 5. Siswa 5 11 11 16 20 58 6. Siswa 6 7 14 17 22 60 7. Siswa 7 5 6 7 8 26 8. Siswa 8 - 9 12 - 21 9. Siswa 9 18 19 19 20 76 10. Siswa 10 7 15 16 18 56 11. Siswa 11 5 9 11 23 48 12. Siswa 12 7 8 11 14 40 13. Siswa 13 2 3 5 9 19 14. Siswa 14 9 9 12 21 51 15. Siswa 15 7 8 17 30 62 16. Siswa 16 6 11 15 15 47 17. Siswa 17 9 9 10 19 47 18. Siswa 18 13 15 18 18 64 19. Siswa 19 6 12 18 18 54 20. Siswa 20 10 14 21 29 74 21. Siswa 21 7 10 11 12 40 22. Siswa 22 10 15 15 17 57 23. Siswa 23 10 12 15 22 59 24. Siswa 24 14 15 15 32 76 25. Siswa 25 8 8 10 16 42 26 Siswa 26 8 10 11 15 44 27. Siswa 27 8 11 14 16 49 28. Siswa 28 19 19 19 19 76 29. Siswa 29 8 19 23 23 73 30. Siswa 30 5 6 6 10 27 Jumlah 239 322 402 517 1480 119 Data hasil keaktifan siswa keseluruhan VII B menunjukkan bahwa: 1 Skor tertinggi MAX = 76 2 Skor terendah MIN = 19 3 Skor tengah MEDIAN = 50 4 Skor sering muncul MODE = 76 5 Rata-rata MEAN = 49,33 6 Standar Deviasi SD = 17,73 Pada tabel 4.10 diperoleh ada kenaikan skor keaktifan siswa di setiap pertemuannya. Kenaikan tersebut dapat terlihat dari grafik berikut ini: Diagram 4.1 Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Pada tabel 4.10 dapat diperoleh jumlah maksimum B adalah 76 dan jumlah minimum A adalah 19 sehingga N = W = 19. 200 400 500 I II III IV Ju m la h S k o r Pertemuan ke- Keaktifan Siswa 120 Maka, diperoleh kriteria keaktifan siswa kelas VII B dengan cara sebagai berikut: Rendah R 19 ≤ S ≤ 19 + 19 SedangS 19 + 19 S ≤ 19 + 2 × 19 Tinggi T 19 + 2 × 19 S ≤ 19 + 3 × 19 Dari tabel 4.10 diperoleh rincian keaktifan siswa adalah sebagai berikut: Tabel 4.11 Rincian Keaktifan Siswa Kelas VII B No. Nama Skor Kriteria 1. Siswa 1 29 Rendah 2. Siswa 2 60 Tinggi 3. Siswa 3 19 Rendah 4. Siswa 4 26 Rendah 5. Siswa 5 58 Tinggi 6. Siswa 6 60 Tinggi 7. Siswa 7 26 Rendah 8. Siswa 8 21 Rendah 9. Siswa 9 76 Tinggi 10. Siswa 10 56 Sedang 11. Siswa 11 48 Sedang 12. Siswa 12 40 Sedang 13. Siswa 13 19 Rendah 14. Siswa 14 51 Sedang 15. Siswa 15 62 Tinggi 16. Siswa 16 47 Sedang 17. Siswa 17 47 Sedang 18. Siswa 18 64 Tinggi 19. Siswa 19 54 Sedang 20. Siswa 20 74 Tinggi 21. Siswa 21 40 Sedang 22. Siswa 22 57 Sedang 23. Siswa 23 59 Sedang 24. Siswa 24 76 Tinggi 25. Siswa 25 42 Sedang 121 26 Siswa 26 44 Sedang 27. Siswa 27 49 Sedang 28. Siswa 28 76 Tinggi 29. Siswa 29 73 Tinggi 30. Siswa 30 27 Rendah Tabel 4.11 menunjukkan bahwa terdapat 7 siswa yang masuk dalam kriteria keaktifan rendah R, 13 siswa yang masuk dalam kriteria keaktifan sedang S, dan 10 siswa yang masuk dalam kriteria keaktifan tinggi T. Maka dapat diperoleh persentase kriteria keaktifan adalah sebagai berikut: 1 Tinggi T 10 30 × 100 = 33,33 2 Sedang S 13 30 × 100 = 43,33 3 Rendah R 7 30 × 100 = 23,33 122 Histogram keaktifan sesuai persentase di atas adalah sebagai berikut: Diagram 4.2 Histogram Keaktifan Siswa Dilihat dari persentase kriteria keaktifan pada diagram 4.2 dapat disimpulkan bahwa persentase keaktifan terbesar pada kriteria sedang S sebesar 43,33 sehingga dapat dikatakan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika pokok bahasan Pecahan dengan menggunakan alat peraga Luasan pada siswa-siswi kelas VII B semester gasal SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014 adalah cukup aktif. 23,33 43,33 33,33 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Rendah Sedang Tinggi P e rs e n ta se Skor Keaktifan Keaktifan Siswa Rendah Sedang Tinggi 19 38 57 75 123 b. Kegiatan yang sering dilakukan siswa dilihat dari data yang diperoleh dari instrumen observasi keaktifan siswa adalah sebagai berikut: Tabel 4.12 Data Kegiatan Indikator Keaktifan yang Dilakukan Siswa Poin Pertemuan Jumlah I II III IV 1 34 24 40 50 148 2 23 40 44 57 164 3 33 43 62 91 229 4 18 22 29 56 125 5 57 82 96 112 347 6 74 111 131 151 467 Sesuai data pada tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII B semester gasal SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014 paling sering melakukan kegiatan pada poin 6 selama pembelajaran, yaitu kegiatan berdiskusi dalam kelompok karena jumlahnya paling banyak yaitu 467, dan jarang melakukan kegiatan pada poin 4 selama pembelajaran, yaitu kegiatan menanggapi pendapat atau jawaban siswa lain karena jumlahnya paling sedikit yaitu 125. 4. Analisis Hasil Belajar dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Pecahan dengan menggunakan alat peraga Luasan Analisis data untuk hasil belajar dalam pembelajaran matematika pokok bahasan Pecahan menggunakan alat peraga Luasan dilakukan dengan dua cara yaitu: 124 a Membandingkan hasil Tes Evaluasi TE dengan Tes Kemampuan Awal TKA Perbandingan rata-rata nilai Tes Kemampuan Awal TKA dan Tes Evaluasi TE oleh peneliti dibuat untuk 27 siswa karena ada 3 siswa tidak mengikuti salah satu dari tes tersebut. Tabel 4.13 Nilai TKA dan TE No. Nama TKA TE 1. Siswa 1 73,08 85,45 2. Siswa 2 69,23 94,55 3. Siswa 4 38,46 72,73 4. Siswa 5 38,46 85,45 5. Siswa 6 53,85 74,55 6. Siswa 7 44,23 74,55 7. Siswa 9 61,54 87,27 8. Siswa 11 59,62 83,64 9. Siswa 12 38,46 81,82 10. Siswa 13 48,08 85,45 11. Siswa 14 63,46 81,82 12. Siswa 15 69,23 87,27 13. Siswa 16 59,62 81,82 14. Siswa 17 63,46 74,55 15. Siswa 18 71,15 83,64 16. Siswa 19 73,08 78,18 17. Siswa 20 75,00 89,09 18. Siswa 21 76,92 92,73 19. Siswa 22 59,62 72,73 20. Siswa 23 61,54 85,45 21. Siswa 24 63,46 85,45 22. Siswa 25 61,54 89,09 23. Siswa 26 46,15 50,91 24. Siswa 27 46,15 78,18 25. Siswa 28 80,77 87,27 26 Siswa 29 78,85 90,91 27. Siswa 30 51,92 74,55 Jumlah 1626,93 2209,10 125 Dari data tabel dapat diperoleh rata-rata nilai sebagai berikut: 1 Rata-rata Tes Kemampuan Awal TKA 7X = 1626.93 27 = 60,26 2 Standar Deviasi SD = 12,78 3 Rata-rata Tes Evaluasi TE 7X = 2209.10 27 = 81,82 4 Standar Deviasi SD = 8,75 Dilihat dari hasil rata-rata Tes Kemampuan Awal TKA yaitu 60,26 dan rata-rata Tes Evaluasi TE yaitu 81,82 menunjukkan bahwa rata-rata nilai Tes Evaluasi TE lebih besar daripada rata-rata nilai Tes Kemampuan Awal TKA. Terdapat kenaikan sebesar 21,56 maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika pokok bahasan Pecahan dengan menggunakan alat peraga Luasan meningkatkan hasil belajar siswa-siswa kelas VII B semester gasal SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014. Berikut adalah grafik peningkatan hasil belajar siswa kelas VII B semester gasal SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014: 126 Diagram 4.3 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa b. Menggunakan skala Likert 3 Penggunaan skala Likert 3 pada hasil belajar dalam pembelajaran matematika pokok bahasan Pecahan dengan menggunakan alat peraga Luasan hanya melihat dari hasil Tes Evaluasi TE. Peneliti membuat analisis untuk 27 siswa. Data pada tabel 4.9 diperoleh nilai maksimum B adalah 94,55 dan nilai minimum A adalah 50,91 sehingga N = .W. = 14,55. Dengan menggunakan skala Likert 3 pada BAB III, maka diperoleh kriteria dengan cara sebagai berikut: Rendah R 50,91 ≤ S ≤ 50,91 + 14,55 Sedang S 50,91 + 14,55 ≤ S ≤ 50,91 + 2 × 14,55 Tinggi T 50,91 + 2 × 14,55 ≤ S ≤ 50,91 + 3 × 14,55 Dengan melihat kriteria dan tabel 4.9 maka diperoleh rincian kriteria hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: 20 40 50 80 100 TKA TE R a ta -r a ta K e la s Hasil Belajar Siswa 127 Tabel 4.14 Rincian Kriteria Hasil Belajar Siswa Pada tabel 4.14 terlihat dari 27 siswa yang kriteria hasil belajarnya tinggi T ada 18 siswa, sedang S ada 8 siswa, dan rendah R ada 1 siswa. Maka dari itu dapat diperoleh kriteria hasil belajar: 1 Tinggi T 18 27 × 100 = 66,67 No. Nama Nilai Kriteria 1. Siswa 1 85,45 Tinggi 2. Siswa 2 94,55 Tinggi 3. Siswa 4 72,73 Sedang 4. Siswa 5 85,45 Tinggi 5. Siswa 6 74,55 Sedang 6. Siswa 7 74,55 Sedang 7. Siswa 9 87,27 Tinggi 8. Siswa 11 83,64 Tinggi 9. Siswa 12 81,82 Tinggi 10. Siswa 13 85,45 Tinggi 11. Siswa 14 81,82 Tinggi 12. Siswa 15 87,27 Tinggi 13. Siswa 16 81,82 Tinggi 14. Siswa 17 74,55 Sedang 15. Siswa 18 83,64 Tinggi 16. Siswa 19 78,18 Sedang 17. Siswa 20 89,09 Tinggi 18. Siswa 21 92,73 Tinggi 19. Siswa 22 72,73 Sedang 20. Siswa 23 85,45 Tinggi 21. Siswa 24 85,45 Tinggi 22. Siswa 25 89,09 Tinggi 23. Siswa 26 50,91 Rendah 24. Siswa 27 78,18 Sedang 25. Siswa 28 87,27 Tinggi 26 Siswa 29 90,91 Tinggi 27. Siswa 30 74,55 Sedang 128 2 Sedang S 8 27 × 100 = 29,63 3 Rendah R 1 27 × 100 = 3,70 Histogram hasil belajar sesuai persentase hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: Diagram 4.4 Histogram Hasil Belajar Siswa Dari persentase pada diagram 4.4 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pokok bahasan Pecahan dengan menggunakan alat peraga Luasan memberikan pengaruh positif 3,70 29,53 55,57 10 20 30 40 50 50 70 80 Rendah Sedang Tinggi P e rs e n ta se Nilai Siswa Hasil Belajar Siswa Rendah Sedang Tinggi 50,91 55,45 80,01 94,55 129 terhadap hasil belajar. Hal ini terlihat dari 66,67 siswa kelas VII B SMP Joannes Bosco Yogyakarta berada pada kriteria belajar tinggi T. 5. Korelasi antara Keaktifan dan Hasil Belajar Analisis korelasi keaktifan ini hanya digunakan untuk melihat hubungan antara keaktifan dan hasil belajar siswa. Sebelum dilakukan uji korelasi, keaktifan, dan Tes Evaluasi TE terlebih dahulu dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang terdapat pada lampiran C dengan hasil keaktifan dan Tes Evaluasi TE berdistribusi normal. Setelah itu, dilakukan uji korelasi dengan melihat tabel 4.11 dan tabel 4.14. Dimana ditentukan kriteria tinggi T dengan skor 3, sedang S dengan skor 2, dan rendah R dengan skor 1, maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.15 Korelasi antara Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa No. Nama Keaktifan x Hasil Belajar y Z [ \ ] − \ 1. Siswa 1 1 3 4 2. Siswa 2 3 3 3. Siswa 4 1 2 1 4. Siswa 5 3 3 5. Siswa 6 3 2 1 6. Siswa 7 1 2 1 7. Siswa 9 3 3 8. Siswa 11 2 3 1 9. Siswa 12 2 3 1 10. Siswa 13 1 3 4 11. Siswa 14 2 3 1 12. Siswa 15 3 3 130 13. Siswa 16 2 3 1 14. Siswa 17 2 2 15. Siswa 18 3 3 16. Siswa 19 2 2 17. Siswa 20 3 3 18. Siswa 21 2 3 1 19. Siswa 22 2 2 20. Siswa 23 2 3 1 21. Siswa 24 3 3 22. Siswa 25 2 3 1 23. Siswa 26 2 1 1 24. Siswa 27 2 2 25. Siswa 28 3 3 26 Siswa 29 3 3 27. Siswa 30 1 2 1 ∑ _ ` 20 Dengan menggunakan korelasi jenjang, maka diperoleh koefisien korelasi sebagai berikut: 2 a = 1 − 6 ∑ _ ` − 1 2 a = 1 − 6 × 20 27 27 − 1 2 a = 1 − 120 19656 2 a = 0,99 Kemudian dilanjutkan Statistik Uji 2 a : B = 2 a b − 2 1 − 2 a B = 0,99b 27 − 2 1 − 0,99 131 B = 0,99b 25 0,0199 B = 0,99 × 35,44 B = 35,086 Dengan derajat kebebasan c adalah − 2 Dilihat dari tabel t, dengan c = 25 dan alpha 0,05 diperoleh daerah penerimaan hipotesis nol sebesar 2,060. Karena t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 35,086 2,060 maka dapat disimpulkan bahwa pada taraf nyata 0,05 terdapat korelasi positif yang tinggi antara keaktifan dan hasil belajar siswa. 6. Wawancara Wawancara dilakukan pada lima siswa yang keaktifan dan hasil belajarnya diskonkordan bertentangan, yaitu: a. Siswa a merupakan siswa yang keaktifannya rendah tetapi hasil belajaranya sedang. b. Siswa b merupakan siswa yang keaktifannya sedang tetapi hasil belajarnya rendah. c. Siswa c merupakan siswa yang keaktifannya sedang tetapi hasil belajarnya tinggi. d. Siswa d merupakan siswa yang keaktifannya tinggi tetapi hasil belajarnya rendah. 132 e. Siswa e merupakan siswa yang kekatifannya tinggi tetapi hasil belajarnya sedang. Analisis wawancara kelima siswa tersebut adalah sebagai berikut: a. Pendapat siswa tentang pembelajaran matematika pokok bahasan Pecahan dengan menggunakan alat peraga Luasan 1. Siswa a P : “Bagaimana perasaanmu waktu pembelajaran matematika menggunakan alat peraga kemarin? Seneng apa nggak?” S a : “Ya, seneng sih.” P : “Kenapa” S a : “Iya, soalnya bisa sekalian main sambil belajar gitu.” 2. Siswa b P : “Bagaimana perasaanmu saat pembelajaran pakai alat peraga kemarin?” S b : “Aku suka mbak, asik aja gitu.” P : “Asik gimana maksudnya?” S b : “Jadi nggak bosen aja gitu belajarnya, mbak.” 3. Siswa c P : “Bagaimana perasaanmu saat pembelajaran pakai alat peraga kemarin?” S c : “Enak mbak, jadi lebih mudeng gitu.” 4. Siswa d P : “Bagaimana perasaanmu waktu pembelajaran pakai alat peraga kemarin?” S d : “Seru banget mbak, nggak tegang kayak biasanya.” P : “Kenapa?” S d : “ Soalnya mbaknya enak ngajarnya, nggak galak gitu.” 5. Siswa e P : “Bagaimana perasaanmu saat pembelajaran pakai alat peraga kemarin?” 133 S e : “Seneng.” P : “Kenapa?” S e : “Ya soalnya jadi lebih mudeng gitu. Terus nggak ngebosenin juga. Kemarin tuh kayak belajar tapi sambil main juga. Jadi seru.” Pendapat kelima siswa tersebut tentang pembelajaran matematika pokok bahasan Pecahan dengan mengunakan alat peraga Luasan adalah siswa merasa senang karena siswa mendapat suasana belajar yang baru dan materi pembelajaran dapat lebih mudah dipahami. b. Kemampuan mengerjakan Tes Evaluasi TE 1 Siswa a P : “Kamu bisa mengerjakan tes evaluasi kemarin nggak?” S a : “Ya lumayan sih mbak.” P : “Ada yang sulit nggak?” S a : “Ada, yang itu lho mbak nomer 10 kalo nggak salah.” 2 Siswa b P : “Bagaimana tes evaluasi kemarin? Bisa?” S b : “Nggak bisa mbak, susah.” P : “Bagian mana yang kamu rasa sulit?” S b : “Pokoknya yang soal-soal cerita itu.” 3 Siswa c P : “Waktu tes evaluasi kemarin, apakah kamu bisa mengerjakan?” S c : “Bisa mbak.” 4 Siswa d P : “Kamu bisa mengerjakan tes evaluasi kemarin nggak?” S d : “Bisa sedikit sih mbak.” P : “Bagian mana yang kamu rasa sulit?” 134 S d : “Yang nomer-nomer terakhir itu kayaknya.” P : “Yang soal cerita itu ya?” S d : “Ya mbak, itu.” 5 Siswa e P : “Kamu bisa mengerjakan tes evaluasi kemarin nggak?” S e : “Ada yang nggak bisa.” P : “ Bagian mana?” S e : “Yang soal cerita kehidupan sehari-hari itu.” P : “Berarti kamu masih susah menyelesaikan soal pecahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari?” S e : “ Ya.” Pendapat dari kelima siswa tentang Tes Evaluasi TE adalah siswa cukup dapat mengerjakan soal Tes Evaluasi TE. Namun siswa merasa kesulitan pada bagian soal-soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. c. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa 1 Siswa a Saat pembelajaran berlangsung siswa a cenderung pasif dan banyak diam. Siswa tersebut hanya berbicara saat ditanya saja. Saat menghadapi latihan soal yang dianggapnya sulit, siswa tersebut lebih memilih untuk tidak mengerjakan soal tersebut. Tetapi saat menghadapi ulangan, siswa tersebut selalu belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang cukup 135 tetapi kurang maksimal. Seperti kutipan wawancara berikut ini: P : “Saat mendapat LKS kamu mengerjakan nggak?” S a : “ Kerjain kok.” P : “Semuanya? Dari pertemuan I sampai IV?” S a : “Iya, tapi nggak semuanya aku kerjain sendiri. Yang nggak tau, aku liat jawaban temen kelompokku.” P : “Kalau ada ulangan, sebelumnya kamu belajar nggak?” S a : “Belajar dong.” 2 Siswa b Siswa b lebih nyaman dengan pembelajaran seperti ini karena karakteristik dari siswa b ini yang memang senang bermain dan cukup aktif. Siswa tersebut senang sekali jika diminta maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Tetapi saat akan menghadapi ulangan, siswa tersebut kurang fokus dalam belajar karena suasana belajar di rumah yang kurang mendukung sehingga hasil belajarnya masih kurang. Seperti kutipan wawancara berikut ini: P : “Bagaimana caramu belajar?” S b : “Kalau ada yang bikin menarik aja baru mau belajar.” P : “Yang menarik gimana maksudmu?” S b : “Ya kalau bisa belajar sambil mainan gitu. Kan seru, ada yang baru gitu.” P : “Seberapa sering kamu belajar di rumah?” S b : “Jarang mbak, soalnya di rumah tuh berisik. Apalagi kalo lagi rame tokonya.” 136 3 Siswa c Saat pembelajaran berlangsung, siswa d jarang berdiskusi dengan temannya. Siswa tersebut hanya mau terlibat aktif bila disuruh saja. Tetapi saat akan menghadapi ulangan, siswa tersebut belajar sendiri dan mengikuti les privat sehingga mendapat hasil belajar yang baik. Seperti kutipan wawancara berikut ini: P : “Kamu sering diskusi dengan temanmu nggak waktu pembelajaran kemarin?” S c : “Kadang-kadang sih mbak.” P : “Hal apa yang biasa kamu diskusikan?” S c : “Ya kalau ada soal yang susah.” P : “Kamu biasanya belajar dengan siapa?” S c : “Sama guru lesku mbak.” 4 Siswa d Siswa d termasuk siswa yang aktif. Siswa tersebut sering terlihat menanyakan hal yang belum dimengerti dan menyampaikan pendapatnya dalam diskusi. Tetapi saat akan menghadapi ulangan, siswa tersebut tidak mempersiapkannya dengan baik. Siswa tersebut tidak belajar sehingga hasil belajarnya masih kurang. Seperti kutipan wawancara berikut ini: P : “Kamu sering berdiskusi dengan temanmu nggak waktu pembelajaran kemarin?” S d : “Ya lumayanlah mbak.” P : “Apa yang sering kamu diskusikan dengan temanmu?” S d : “Kadang hal-hal yang aku belum dong, sama kadang tuh aku nemuin cara ngitung yang lebih gampang.” P : “Kalau besoknya ada ulangan kamu belajar?” 137 S d : “Ya kalau inget aja sih mbak.” P : “Kalau nggak inget gimana?” S d : “Yaudah, belajar dadakan di sekolah.” P : “Hasilnya gimana?” S d : “Jelek sih biasanya mbak.” 5 Siswa e Saat pembelajaran berlangsung, siswa e terlihat cukup aktif. Siswa tersebut nampaknya senang belajar menggunakan alat peraga. Hal ini nampak ketika siswa e sering mencoba mempresentasikan dan memperagakan alat peraga di depan kelas. Tetapi saat akan menghadapi ulangan, siswa tersebut mempersiapkannnya dengan kurang baik sehingga memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal. Seperti kutipan wawancara berikut ini: P : “Kamu senang ya belajar dengan menggunakan alat peraga seperti kemarin?” S e : “Ya mbak, soalnya asik, lebih paham juga. Jadi aku bisa ngajarin temen-temen biar paham juga pake itu.” P : “Bagaimana caramu belajar?” S e : “Biasanya si ngerjain soal-soal aja mbak.” P : “Kamu biasanya belajar dimana?” S e : “Di kamar mbak, biasanya ya sambil dengerin musik biar nggak ngantuk.” Peneliti menyimpulkan dari keseluruhan wawancara di atas bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran matematika pokok bahasan Pecahan menggunakan alat peraga Luasan. Kemampuan mengerjakan Tes Evaluasi TE tiap siswa berbeda. Ada beberapa bagian tertentu dari soal yang membuat siswa merasa kesulitan yaitu soal berbentuk cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Saat pembelajaran 138 berlangsung, keaktifan tiap siswa juga berbeda. Ada yang terlihat antusias dan aktif namun ada juga yang terlihat kurang bersemangat dan pasif. Hasil belajar yang diperoleh siswa juga berbeda. Tidak semua hasil belajar dipengaruhi oleh pembelajaran yang menggunakan alat peraga dan keaktifan saat proses pembelajaran tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain.

D. Kelemahan Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisa pengaruh hasil belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika|b:Studi pengaruh hasil belajar pokok bahasan getaran pada siswa kelas 2 semester III di SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2002/2003

0 11 80

Analisa pengaruh hasil belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika: Studi pengaruh hasil belajar pokok bahasan getaran pada siswa kelas 2 semester III di SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2002/200

0 13 80

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan malalui pendekatan palkam pada siswa SD

1 10 200

Pengaruh penggunaan alat peraga dakon terhadap hasil belajar matematika siswa

4 25 161

Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan realistik pada pokok bahasan pecahan

2 17 79

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan bilangan pecahan melalui pembelajaran kontekstual pada siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 6 0

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar siswa melalui pokok bahasan pesawat sederhana di SMP Negeri-4 kelas VIII semester II Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 185