Humektan Metode Desain Faktorial

bersifat higroskopis. CMC Na digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi baik oral maupun topikal. Konsentrasi CMC Na sebesar 3 – 6 biasanya digunakan sebagai gelling agent Rowe et al., 2009. Kelarutan dari CMC Na adalah mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidial, tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut organik lain. pH antara 6,5 dan 8,5 Dirjen POM RI, 1995. CMC Na dapat larut dalam air dingin maupun air panas. Larutan CMC Na dalam air stabil terhadap suhu dan stabil dalam waktu lama pada suhu 100 o C tanpa mengalami koagulasi Voigt, 1971. Jumlah yang kecil dari crosslinked memberikan gel konsistensi rendah dengan penyerapan air yang besar dan jumlah yang besar dari crosslinked memberikan gel konsistensi tinggi dengan penyerapan air yang lebih sedikit. Crosslinked yang terlalu besar membentuk gel yang rapuh. Konsentrasi, waktu pengembangan dan temperatur pengembangan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dari crosslink yang terbentuk Williams and Phillips, 2012.

F. Humektan

Humektan merupakan bahan yang bersifat higroskopis. Fungsi humektan adalah sebagai pelembab yaitu memberikan hidrasi pada kulit dengan cara menarik air pada bagian dalam epidermis dan dermis sampai ke bagian luar dari kulit dan menghambat penguapan air dari produk. Contoh dari humektan adalah gliserin, sorbitol, urea dan propilen glikol Baki et al., 2015. Pada penelitian ini humektan yang digunakan adalah gliserin. Gambar 2. Struktur gliserin Rowe, et.al., 2009. Bentuk cairan seperti sirup, tidak berwarna, tidak berbau, jernih, dan memiliki rasa manis. Rumus molekul C 3 H 8 O 3 , berat molekul 92,09. Nama kimia propane-1,2,3-triol. Dirjen POM, 1995. Gliserin larut dalam aseton, benzen, kloroform, etanol 95, eter, etil asetat, metanol, minyak, dan air. Gliserin bersifat higroskopis, tidak dapat teroksidasi pada kondisi penyimpanan suhu ruangan, dapat terdekomposisi saat pemanasan membentuk akrolein. Campuran dari gliserin dengan air, etanol 95, dan propilen glikol stabil secara kimia Rowe et al., 2009. Gliserin berfungsi sebagai pengawet antimikrobial, emolien, humektan, plastisizer, pelarut, agen pemanis, dan agen tonisitas. Aplikasi gliserin pada formulasi atau teknologi farmasi pada sediaan topikal adalah sebagai humektan dan emolien. Gliserin berfungsi sebagai humektan dengan konsentrasi kurang dari sama dengan 30. Selain itu gliserin digunakan sebagai zat tambahan dalam gel dengan basis hidrofilik dan hidrofobik Rowe et al., 2009.

G. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial digunakan pada penelitian yang dilakukan untuk menentukan lebih dari satu faktor yang memberikan efek. Desain faktorial dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu desain faktorial sederhana dan desain faktorial kompleks Kothari, 2004. Desain faktorial yang digunakan pada penelitian ini adalah desain faktorial dua tingkat. Pada desain faktorial dua tingkat ada dua faktor yang diamati dan masing-masing faktor diuji pada dua tingkat berbeda yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Rumus desain faktorial dua faktor dan dua tingkat adalah sebagai berikut: Y = β + β 1 X A + β 2 X B + β 12 X A X B ........................................................................ 1 Keterangan : Y = respon yang diamati X A X B = tingkat faktor A dan faktor B β β 1 β 2 β 12 = koefisien yang dihitung dari hasil penelitian Data yang diperoleh dapat diolah menggunakan rumus tersebut menjadi counter plot respon tertentu yang berguna dalam pemilihan campuran dari faktor A dan faktor B yang optimal Bolton, 2009. Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dua faktor dan dua level Formula CMC Na Gliserin 1 - - A + - B - + AB + + Keterangan : CMC Na - = level rendah + = level tinggi Gliserin - = level rendah + = level tinggi Formula 1 = faktor I level rendah, faktor II level rendah Formula A = faktor I level tinggi, faktor II level rendah Formula B = faktor I level rendah, faktor II level tinggi Formula AB = faktor I level tinggi, faktor II level tinggi Bolton, 2009. Keuntungan dari metode desain faktorial adalah dapat memberikan akurasi yang ekuivalen serta dapat menentukan efek utama dari dua atau lebih faktor variabel dalam satu penelitian Kothari, 2004.

H. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

OPTIMASI FORMULASI GEL PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BERBAGAI KADAR DALAM BASIS GEL CMC-Na

0 9 22

FORMULASI GEL ANTI NYAMUK MINYAK ATSIRI NILAM (Pogostemon cablin B.) DENGAN BASIS Na CMC DAN Formulasi Gel Anti Nyamuk Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.) Dengan Basis Na CMC Dan Uji Aktivitasnya.

0 2 12

FORMULASI GEL ANTI NYAMUK MINYAK ATSIRI NILAM (Pogostemon cablin B.) DENGAN BASIS Na CMC DAN Formulasi Gel Anti Nyamuk Minyak Atsiri Nilam (Pogostemon Cablin B.) Dengan Basis Na CMC Dan Uji Aktivitasnya.

0 2 12

OPTIMASI FORMULA GEL MINYAK ATSIRI BUAH ADAS Optimasi Formula Gel Minyak Atsiri Buah Adas (Foeniculum vulgare) Dengan Kombinasi Propilen Glikol – Carbopol Terhadap Sifat Fisik Dan Aktivitas Repelan Pada Nyamuk Anopheles aconitus betina.

0 0 11

OPTIMASI FORMULA GEL MINYAK ATSIRI BUAH ADAS Optimasi Formula Gel Minyak Atsiri Buah Adas (Foeniculum vulgare) Dengan Kombinasi Propilen Glikol – Carbopol Terhadap Sifat Fisik Dan Aktivitas Repelan Pada Nyamuk Anopheles aconitus betina.

0 1 17

Optimasi formula gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan eksipien HPMC dan gliserin.

17 44 98

Optimasi formula sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan humektan gliserin dan gelling agent carbopol.

0 1 80

Optimasi formula gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan komposisi HPMC dan propilen glikol.

1 8 98

Optimasi formula sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan gelling agent carbopol dan humektan propilen glikol.

3 18 106

Pengaruh konsentrasi cmc-na sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri daun mint (oleum mentha piperita l.) - USD Repository

0 0 86