Pengeringan Kayu Pengawetan Kayu

1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan 396 8.1.1. Penebangan, Penggergajian dan Pengawetan Produksi kayu gergajian lumber, batang kayu segi empat panjang balok yang dipakai untuk konstruksi dimulai dari penebangan pohon di hutan alam dan hutan tanaman industri. Kayu gelondongan log hasil tebang diangkut ke pabrik penggergajian. Untuk menghasilkan produk kayu gergajian yang baik dan efisien terdapat teknologi penggergajian yang harus diketahui dalam kaitannya dengan penyusutan kayu saat pengeringan. Terdapat 3 metoda penggergajian, lurus plain sawing, perempat bagianquarter sawing dan penggergajian tipikal typical sawing. Gambar 8.2. Metoda penggergajian kayu dan profil serat yang dihasilkan Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999 Sesuai proses pertumbuhan kayu, kayu bagian dalam merupakan kayu yang lebih dulu terbentuk dari kayu bagian luar. Karenanya kayu bagian dalam mengalami susut lebih kecil dari kayu luar. Tanpa memperhitungkan susut tersebut, hasil gergajian akan menghasilkan bentuk kurang berkualitas.

8.1.2. Pengeringan Kayu

Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200-300. Setelah ditebang kandungan air tersebut berangsur berkurang karena menguap. Mulanya air bebas atau air di luar serat free water yang menguap. Penguapan ini masih menyisakan 25-35 kandungan air. Selanjutnya penguapan air dalam serat bound water. Kayu dapat di keringkan melalui udara alam bebas selama beberapa bulan atau dengan menggunakan dapur pengering kiln Di unduh dari : Bukupaket.com 1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan 397 Kayu dapat dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda-kuda biasanya harus kurang dari atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air kayu hingga 15 MC 15. Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh kelembaban udara sekitar kayu akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang susut kayu dan kekuatannya. Gambar 8.3: Tampang melintang kayu dan arah penyusutan kayu Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999 Gambar 8.4. Penyusunan kayu saat proses pengeringan Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999

8.1.3. Pengawetan Kayu

Proses ideal olah produk kayu selanjutnya adalah pengawetan. Pengawetan dapat dilakukan dengan cara merendam atau mencuci dengan maksud membersihkan zat makanan dalam kayu agar tidak diserang hama. Sedangkan cara lain adalah dengan pemberian bahan kimia melalui perendaman dan cara coating atau pengecatan. Di unduh dari : Bukupaket.com 1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan 398 8.1.4. Cacat Kayu Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak teraturan struktur serat yang disebabkan karakter tumbuh kayu atau kesalahan proses produksi. Ketidak teraturan atau cacat yang umum adalah mata kayu, yang merupakan sambungan cabang pada batang utama kayu. Mata kayu ini kadang berbentuk lubang karena cabang tersambung busuk atau lapuk atau diserang hama atau serangga. Cacat ini sudah tentu mengurangi kekuatan kayu dalam menerima beban konstruksi. Gambar 8.5. Cacat kayu: a mata kayu; b lapuk; c wane tepian batang bulat; dan d retak Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999 Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh kesalahan penggergajian dan proses pengeringan penyusutan. Cacat ini dapat berupa retak, crooking, bowing, twisting baling, cupping dan wane tepian batang bulat karena penggergajian yang terlalu dekat dengan lingkaran luar kayu. Gambar 8.6. Cacat produk kayu gergajian yang sering terjadi Sumber: Forest Products Laboratory USDA, 1999 a c d b Di unduh dari : Bukupaket.com 1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan 399 8.2. Penggolongan Produk Kayu di Pasaran Saat ini produk kayu sangat beragam. Produk kayu solidasli umumnya berupa kayu gergajian baik berupa balok maupun papan. Sedangkan produk kayu buatan dapat merupa vinir veneer, papan lapis, triplekplywoodmultiplek dan bahkan kayu laminasi glue laminated timber.

8.2.1. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia