Manajemen Operasi MANAJEMEN PEMBANGKITAN

Manajemen Pembangkitan 265

BAB V MANAJEMEN PEMBANGKITAN

Pembangkitan energi listrik merupakan kegiatan yang berlangsung 24 jam setiap hari dan tujuh hari dalam 1 satu minggu karena energi listrik harus tersedia setiap hari. Untuk dapat melaksanakan hal ini diperlukan manajemen pembangkitan yang baik. Secara garis besar manajemen pembangkitan yang diuraikan dalam Bab V, meliputi manajemen pemeliharaan yang terutama menyangkut pengadaan suku cadang dan pelaksanaan pemeliharaan. Sistem laporan juga harus menggambarkan masalah-masalah teknis yang rawan serta analisis ekonomi. Karena biaya bahan bakar merupakan komponen terbesar dalam pembangkitan energi listrik maka manajemen bahan bakar perlu mendapat perhatian khusus. Riset dan pengembangan juga perlu diikuti untuk dapat mengaplikasikan peralatan dan metode kerja yang menghasilkan kinerja pembangkitan energi listrik yang lebih baik.

A. Manajemen Operasi

Penyediaan tenaga listrik harus kontinyu 24 jam sehari. Hal ini memerlukan manajemen operasi yang tertib, sekurang-kurangnya ada petugas-petugas operasi bekerja 24 jam sehari. Untuk itu, diadakan regu-regu kerja yang bekerja bergantian dalam shift. Umumnya ada lima shift sehingga dapat diberikan istirahat sekali dalam satu minggu untuk setiap shift selama 24 jam penuh. Sebelum melakukan opersai perlumelaksanakan operasi, terlebih dahulu dibuat rencana operasi berdasarkan perkiraan beban yang akan dihadapi. Untuk pusat listrik yang beroperasi dalam sistem yang berdiri sendiri, misalnya sebuah PLTD yang memasok tenaga listrik ke sebuah pabrik, perkiraan beban dibuat atas dasar rencana operasi pabrik yang memerlukan pasokan tenaga listrik tersebut. Jika pusat listrik beroperasi dalam sistem interkoneksi dengan pusat-pusat listrik lain, perkiraan beban sistem interkoneksi harus dibuat oleh pusat pengatur beban sistem. Kemudian pusat pengatur beban membagikan jatah perkiraan beban ke setiap pusat listrik. Setiap pusat listrik kemudian merencanakan bagaimana unit-unit pembangkit yang ada dalam pusat listrik akan dioperasikan untuk melayani beban yang diperkirakan. Di unduh dari : Bukupaket.com 266 Pembangkitan Tenaga Listrik Rencana operasi unit-unit pembangkit harus mengacu pada biaya bahan bakar yang minimum dengan memperhatikan kendala-kendala yang harus dipenuhi, seperti beban minimum dan beban maksimum dari unit pembangkit. Juga harus ada cadangan berputar pada unit pembangkit untuk berpartisipasi dalam pengaturan frekuensi. Salah satu masalah operasi adalah mengatasi gangguan. Gangguan tidak dikehendaki untuk terjadi tetapi tidak dapat dihindarkan sehingga perlu diantisipasi. Untuk mengatasi gangguan perlu disusun pedoman untuk mengatasi gangguan dan para petugas operasi perlu dididik dan dilatih untuk mengatasi gangguan tersebut. Gangguan dapat disebabkan oleh hal-hal yang terjadi di luar pusat listrik maupun di dalam pusat listrik itu sendiri. Setiap gangguan harus dianalisis penyebabnya untuk digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dengan harapan gangguan serupa tidak terulang kembali. Dalam melaksanakan operasi, besaran-besaran yang perlu dicatat adalah: 1. Besaran-besaran yang berkaitan dengan keamanan peralatan, yaitu arus, tegangan, daya, suhu, tekanan, dan getaran. 2. Besaran-besaran yang berkaitan dengan kinerja peralatan, yaitu: energi kWh dan pemakaian bahan bakar atau air pada PLTA. Pencatatan besaran-besaran tersebut di atas semula dilakukan secara manual. Namun sekarang banyak yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan recorder dan komputer. Dalam pencatatan otomatis ini umumnya ada alat-alat yang membatasi nilai maksimum atau nilai minimum yang tidak boleh dilampaui. Apabila nilai maksimum atau minimum ini dilampaui, maka alat pencatat akan membunyikan alarm dan apabila keadaan ini bertangsung terus, akan diikuti dengan langkah men-trip unit pembangkit. Catatan besaran-besaran tersebut di atas yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan recorder sangat membantu analisis penyebab gangguan. Hal ini disebabkan besaran-besaran sebelum, sesudah, dan pada saat gangguan berlangsung terekam dengan baik. Pencatatan besaran-besaran operasi selanjutnya digunakan untuk menganalisis kinerja peralatan, seperti efisiensi unit pembangkit dan rugi-rugi dalam jaringan, serta digunakan juga sebagai dasar transaksi jual beli energi atau sebagai bahan pengawasan pemakaian bahan bakar. Di unduh dari : Bukupaket.com Manajemen Pembangkitan 267 Statistik besaran-besaran operasi digunakan sebagai bahan analisis perkembangan sistem. Hasil analisis perkembangan sistem ini diperlukan untuk membuat rencana pengembangan sistem, disusul dengan langkah- langkah pembangunan dalam sistem agar jangan sampai terjadi kekurangan pasokan daya dalam sistem pemadaman bergilir atau bagian-bagian sistem yang mengalami beban lebih sehingga sering timbul gangguan atau diperlukannya pemadaman setempat.

B. Manajemen Pemeliharaan