sebaliknya pada seseorang dengan sosial ekonomi rendah akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup.
e. Kebudayaan, hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia
itu sendiri di setiap daerah atau wilayah.
2.3.4. Teori Perilaku Kesehatan
2.3.4.1. Teori Karr
Karr 1983 dalam Notoatmodjo 2010 mengidentifikasi determinan perilaku, yaitu:
1 Adanya niat intention seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek
atau stimulus di luar dirinya. 2
Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya social support. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka
ia akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula, untuk berperilaku kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya.
3 Terjangkaunya informasi accessibility of information, adalah tersedianya
informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. 4
Adanya otonomi atau kebebasan pribadi personal autonomy untuk mengambil keputusan. Kebebasan pribadi masih terbatas, khususnya di pedesaan Indonesia.
Contohnya, seorang istri dalam mengambil keputusan masih tergantung kepada suami.
5 Adanya kondisi atau situasi yang memungkinkan action situation, kondisi dan
situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Meskipun determinan yang lain tidak ada masalah, tetapi
apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan terjadi.
Secara matematik, teori Karr ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
B = Behavior F = Fungsi
Bi = Behavior Intention Ss = Social support
Ai = Accessibility Information Pa = Personal Autonomy
As = Action Situation
2.3.4.2. Teori Green
Green 1980 dalam Notoatmodjo 2010 membedakan adanya suatu determinan antara faktor perilaku dengan faktor non perilaku. Tiga faktor utama yang dapat
dianalisis mengenai faktor perilaku, yaitu: 1
Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yaitu faktor-faktor mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. 2
Faktor-faktor pemungkin enabling factor, yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor
pemungkin yang dimaksud adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit,
dan lain sebagainya. B = F Bi, Ss, Ai, Pa, As
3 Faktor-faktor penguat reinforcing factors yaitu faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku. Seseorang yang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.
2.3.4.3. Teori World Health Organization WHO
World Health Organization WHO merumuskan determinan perilaku ini secara sederhana dan memiliki alasan pokok Notoatmodjo, 2010, yaitu:
1 Pemikiran dan perasaan thoughts and feeling, hasil pemikiran-pemikiran dan
perasaan-perasaan atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus yang merupakan model awal untuk
bertindak atau berperilaku. 2
Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai personal reference, tatanan masyarakat dengan sikap paternalistik masih kuat,
maka perubahan perilaku masyarakat dengan sikap tergantung dari perilaku acuan yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat.
3 Sumber daya resources yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat. Jika dibandingkan dengan teori Green, sumber daya ini sama dengan faktor enabling sarana dan prasarana atau
fasilitas. 4
Sosio budaya culture setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Faktor sosio-budaya merupakan faktor
eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena memang