Hasil Uji Aktivitas Antijamur Sampo Antiketombe dengan Berbagai

31 Keterangan: F0 = Formula sampo tanpa ekstrak kubis F1 = Formula sampo dengan ekstrak kubis konsentrasi 15 F2 = Formula sampo dengan ekstrak kubis konsentrasi 30 F3 = Formula sampo dengan ekstrak kubis konsentrasi 45 Berdasarkan data tersebut serta hasil perhitungan analisis varians Desain Blok Acak Lengkap DBAL subsampling, dapat diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari formula sampo yang berbeda terhadap perubahan tegangan permukaan. Dengan kata lain F0, F1, F2, dan F3 memberikan efek yang berbeda terhadap tegangan permukaan sediaan sampo. Sedangkan dari hasil analisis lanjutan dengan uji Newman Keuls, dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak kubis yang ditambahkan ke dalam formula sampo akan menurunkan tegangan permukaan pada sediaan sampo. Hal ini disebabkan karena ekstrak kubis mengandung senyawa saponin yang dapat membentuk busa, sehingga pada formula sampo dengan konsentrasi ekstrak kubis yang besar akan diperoleh tegangan permukaan yang kecil karena pengaruh dari bertambahnya konsentrasi surfaktan. Dari gambar 5.4 dapat diketahui, bahwa kestabilan tegangan permukaan sediaan sampo selama waktu penyimpanan cukup stabil, walaupun mengalami naik turun tegangan permukaan tetapi tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena dalam formula sampo ditambahkan sodium laureth sulfat yang berfungsi sebagai surfaktan dan pengemulsi yang dapat menurunkan tegangan permukaan sediaan sampo menjadi stabil.

5.8 Hasil Uji Aktivitas Antijamur Sampo Antiketombe dengan Berbagai

Konsentrasi Ekstrak Kubis terhadap Jamur Malassezia furfur Uji aktivitas antijamur sediaan sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasi ekstrak kubis terhadap jamur Malassezia furfur menggunakan metode perforasi. Rata-rata diameter hambat sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasi ekstrak kubis selama 8 minggu penyimpanan dapat dilihat pada tabel 5.13 32 Tabel 5.13 Hasil Uji Aktivitas Antijamur Sampo Antiketombe dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Kubis terhadap Jamur Malassezia furfur Waktu Penyimpanan Minggu ke- Formula Sediaan Sampo Antiketombe mm F1 F2 F3 13,183 16,987 18,700 1 12,870 17,200 18,620 2 13,740 16,780 17,540 3 13,277 16,370 17,787 4 13,067 15,097 19,000 5 12,530 14,580 18,400 6 12,740 15,063 18,470 7 12,630 12,380 17,733 8 11,620 12,373 18,457 Keterangan: F1 = Formula sampo dengan ekstrak kubis konsentrasi 15 F2 = Formula sampo dengan ekstrak kubis konsentrasi 30 F3 = Formula sampo dengan ekstrak kubis konsentrasi 45 Data dari tabel 5.13 diplot ke dalam bentuk grafik pada gambar 5.5 0,000 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000 1 2 3 4 5 6 7 8 Wak tu Penyimpanan Minggu ke- Aktivitas S ediaan Sam po F1 F2 F3 Gambar 5.5 Grafik Perbandingan Aktivitas Antijamur Sediaan Sampo Dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Kubis Selama Waktu Penyimpanan Keterangan: F1 = Formula sampo dengan ekstrak kubis konsentrasi 15 F2 = Formula sampo dengan ekstrak kubis konsentrasi 30 F3 = Formula sampo dengan ekstrak kubis konsentrasi 45 Berdasarkan data tersebut dan hasil perhitungan analisis varians Desain Blok Acak Lengkap DBAL subsampling, dapat diketahui bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari formula sampo yang berbeda terhadap potensi sediaan sampo. Dengan kata lain F0, F1, F2, dan F3 memberikan efek yang berbeda terhadap aktivitas antijamur sediaan sampo. 33 Sedangkan dari hasil analisis lanjutan dengan uji Newman Keuls, dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak kubis yang ditambahkan ke dalam formula sampo akan menaikan aktivitas antijamur pada sediaan sampo. Hal ini disebabkan karena ekstrak kubis mengandung senyawa seskuiterpenoid dan flavonoid yang mempunyai daya antimikroba untuk menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur, sehingga pada formula sampo dengan konsentrasi ekstrak kubis yang besar akan diperoleh diameter daerah hambat aktivitas antijamur yang besar pula. Persyaratan diameter daerah hambat dalam pustaka yaitu daerah hambat lebih dari 3 mm adalah daerah sensitif terhadap jamur, sedangkan jika diameter daerah hambat kurang dari 2 mm disebut daerah resisten terhadap jamur atau tidak sensitive Gilman, 1985. Semua sediaan sampo yang diuji memiliki rata-rata diameter daerah hambat antara 12,8507 – 18,3007. Hal ini berarti sediaan sampo yang dibuat telah memenuhi persyaratan diameter daerah hambat aktivitas antijamur dalam pustaka. Dari gambar 5.5 dapat diketahui, adanya pengaruh penyimpanan yang signifikan terhadap aktivitas antijamur sediaan sampo. Pada sediaan sampo F1, dan F2 mengalami penurunan aktivitas antijamur sediaan sampo, hal ini terjadi karena penambahan konsentrasi ekstrak kubis kedalam sediaan sampo tidak besar sehingga proses oksidasi dari pengaruh udara, cahaya, dan suhu selama penyimpanan mengakibatkan ekstrak kubis cepat terurai. Untuk sediaan sampo pada F3 tidak terjadi pengaruh penyimpanan yang signifikan terhadap aktivitas antijamur sediaan sampo, artinya sediaan sampo cukup stabil karena penambahan ekstrak kubis cukup besar sehingga kandungan zat sulfur sebagai zat antimikroba dalam sediaan sampo tetap ada selama waktu penyimpanan.

5.9 Hasil Uji Keamanan Sediaan Sampo Antiketombe dengan Berbagai