faktor.  Hasil  yang  diperoleh  dapat  berupa  tulisan,  rencana  atau mekanisme.  Kata  kerja  operasional  sintesis  meliputi  menggolongkan,
menghimpun, membangkitkan,
memodifikasi, menciptakan,
merencanakan, merevisi, menyimpulkan, dan menceritakan; f.
evaluasi,  merupakan  jenjang  kemampuan  yang  menuntut  peserta  didik untuk  mengevaluasi  suatu  situasi,  keadaan,  pernyataan  atau  konsep
berdasarkan  kriteria  tertentu.  Kata  kerja  operasional  meliputi  menilai, membandingkan,  mempertentangkan,  mengkritik,  membeda-bedakan,
mempertimbangkan kebenaran, dan menafsirkan. 2.
Domain  afektif,  berkenaan  dengan  sikap  dan  nilai.  Beberapa  ahli mengatakan  bahwa  sikap  seseorang  dapat  diramalkan  perubahannya,  bila
seseorang  telah  memiliki  penguasaan  kognitif  tingkat  tinggi.  Domain afektif  dikelompokkan  menjadi  lima  jenis  dari  tingkat  yang  sederhana
sampai tingkat kompoleks, yaitu sebagai berikut Sudjana, 2010; a.
receivingattending,  yakni  semacam  kepekaan  dalam  menerima rangsangan  dari  luar  yang  datang  kepada  siswa  dalam  bentuk  masalah
situasi, dan gejala; b.
responding,  yakni  reaksi  yang  diberikan  oleh  seseorang  terhadap stimulus  yang  datang  dari  luar.  Hal  ini  mencakup  ketepatan  reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar; c.
valuing,  berkenaan  dengan  nilai  dan  kepercayaan  terhadap  gejala  atau stimulus  tadi.  Dalam  evaluasi  ini  termasuk  kesediaan  dalam  menerima
nilai, latar belakang, atau pengalaman;
d. organisasi,  yakni  pengembangan  dari  nilai  ke  dalam  satu  sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang dimiliki;
e. karakteristik  nilai  atau  internalisasi  nilai,  yakni  keterpaduan  semua
sistem  nilai  yang  telah  dimiliki  seseorang,  yang  mempengaruhi  pola kepribadian dan tingkah lakunya.
3. Domain  psikomotorik,  berorientasi  pada  keterampilan  motorik  fisik  yaitu
keterampilan  yang  berhubungan dengan anggota badan  yang  memerlukan koordinasi  syaraf dan otot yang didukung oleh perasaan dan  mental. Kata
kerja operasional untuk domain psikomotorik adalah Munthe, 2009:
Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Domain Psikomotorik
Perubahan Kemampuan internal
Kata kerja operasional
Perception Persepsi
- Menafsirkan
rangsangan -
Peka terhadap rangsangan
- Mendiskriminasi
- Memilih
- Membedakan
- Mempersiapkan
- Menyisihkan
- Menunjukkan
- Mengidentifikasi
Set Kesiapan -
Berkonsentrasi -
Menyiapkan diri fisik
- Memulai
- Mengawali
- Bereaksi
- Mempersiapkan
- Menanggapi
- Mempertunjukkan
Perubahan Kemampuan internal
Kata kerja operasional
Guided response
Gerakan terbimbing
- Meniru contoh
- Mempraktekkan
- Memainkan
- Mengikuti
- Mengerjakan
- Membuat
- Mencoba
- Memperlihatkan
- Memasang
- Membongkar
Mechanism Gerakan
Mekanis terbiasa
- Berketerampilan
- Berpegang pada pola
- Mengoperasikan
- Membangun
- Memasang
- Membongkar
- Memperbaiki
- Melaksanakan
- Mengerjakan
- Menyusun
- Menggunakan
- Mengatur
- Mendemonstrasikan
- Memainkan
- Menangani
Complex  overt  - Berketerampilan
- Mengoperasikan
Perubahan Kemampuan internal
Kata kerja operasional
response Gerakan
respon kompleks
secara lancar, luwes, supel, gesit, dan
lincah -
Membangun -
Memasang -
Membongkar -
Memperbaiki -
Melaksanakan -
Menyusun -
Menggunakan -
Mengatur -
Mendemonstrasikan -
Memainkan -
Menangani Adaptation
Penyesuaian pada gerakan
- Menyesuaikan diri
- Bervariasi
- Mengubah
- Mengadaptasikan
- Mengatur kembali
- Membuat variasi
Orgination Kreativitas
- Menciptakan sesuatu
yang baru -
Berinisiatif -
Merancang -
Menyusun -
Menciptakan -
Mendesain -
Mengombinasikan -
Mengatur -
Merencanakan
B. Berpikir Kritis
Berpikir  melibatkan  kegiatan  memanipulasi  dan  mentransformasi informasi  dalam  memori.  Berpikir  membantu  dalam  membentuk  konsep,
menalar,  berpikir  secara  kritis,  membuat  keputusan,  berpikir  kreatif,  dan memecahkan  masalah.  Konsepsi  berpikir  kritis  berasal  dari  dua  kata  dasar
dalam  bahasa  Latin  yakni  “kriticos”  yang  berarti  penilaian  yang  cerdas discerning  judgment  dan  “criterion”  yang  berarti  standar.  Kata  kritis  juga
ditandai  dengan  analisis  cermat  untuk  mencapai  penilaian  yang  objektif terhadap  sesuatu.  Jadi,  berpikir  kritis  berarti  berpikir  untuk  menghasilkan
penilaian, pendapat atau evaluasi yang objektif dengan menggunakan standar evaluasi  yang  tepat  untuk  menentukan  kebaikan,  dan  manfaat  serta  nilai
sesuatu Emelia, 2007. Berpikir  kritis  merupakan  kemampuan  mengambil  keputusan  rasional
tentang  apa  yang  harus  dilakukan  atau  apa  yang  diyakini.  Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual yang
sangat  penting  bagi  setiap  orang,  selain  itu  menurut  Penner  kemampuan  ini merupakan  bagian  yang  fundamental  dalam  kematangan  manusia.  Menurut
Hassoubah 2002 berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
dan  dilakukan.  Berpikir  kritis  merupakan  kegiatan  menganalisis  ide  atau gagasan  ke  arah  yang  lebih  spesifik,  membedakan  secara  tajam,  memilih,
mengidentifikasi,  mengkaji  dan  mengembangkannya  ke  arah  yang  lebih sempurna. Proses mental menganalisis ide dan informasi yang diperoleh dari
hasil  pengamatan,  pengalaman,  akal  sehat  atau  komunikasi  Dwijananti,
2010.
Konsepsi  berpikir kritis dapat dipandang dari dua cara, yakni konsepsi umum  dan  konsepsi  subjek-spesifik.  Konsepsi  umum  memandang  sebagai
satu  set  kemampuan  dan  disposisi  yang  bisa  digeneralisasi  dan  dapat diterapkan  dalam  berbagai  situasi  dan  kondisi  dan  berbagai  domain
pengetahuan. Sementara itu, konsepsi subjek-spesifik menganggap kekritisan sebagai  satu  bentuk  berpikir  yang  spesifik  dalam  kerangka  kognitif  tertentu,
tergantung  pada  dan  ditentukan  oleh  pengetahuan  yang  luas  mengenai masalah yang dipikirkannya Emelia, 2007.
Tujuan mengajarkan pemikiran kritis ialah menciptakan semangat kritis, yang mendorong siswa dalam mempertanyakan apa yang mereka dengar dan
memeriksa  pemikiran  mereka  sendiri  untuk  menemukan  ketidakkonsistenan atau kekeliruan logika Slavin, 2009. Berpikir kritis meliputi berpikir secara
reflektif dan produktif  serta mengevaluasi  bukti. Satu cara untuk mendorong murid agar berpikir secara kritis adalah memberikan mereka topik atau artikel
kontroversial  yang  menghadirkan  dua  sisi  permasalahan  untuk  didiskusikan. Sebuah  pemikiran  kritis  dapat  ditingkatkan  ketika  murid  menemui  argumen
dan  perdebatan  yang  berada  dalam  konflik,  yang  dapat  memotivasi  mereka untuk  menyelidiki  sebuah  masalah.  Guru  dapat  merangsang  kemampuan
murid  untuk  berpikir  kritis  dengan  menggunakan  lebih  banyak  tugas  yang membutuhkan  kemampuan  murid  untuk  terfokus  pada  sebuah  masalah  dan
sebuah pertanyaan daripada mengulangi fakta-fakta Santrock, 2009. Beyer  1988  dalam  Slavin  2009  mengidentifikasi  10  kemampuan
berpikir  kritis  yang  dapat  digunakan  siswa  dalam  menilai  keabsahan  atau argumen, kesepuluh kemampuan itu yaitu;
1. membedakan antara fakta variabel dan pernyataan nilai;
2. membedakan  informasi,  pernyataan,  atau  alasan  yang  releven  dari  yang
tidak relavan; 3.
menentukan ketepatan fakta pernyataan; 4.
menentukan kredibilitas sumber; 5.
mengidentifikasi pernyataan atau argumen yang ambigu; 6.
mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan; 7.
mendeteksi prasangka; 8.
mengidentifikasi kekeliruan logika; 9.
mengenali ketidakkonsistenan logika garis pemikiran; 10.
menentukan kekuatan argumen atau pernyataan. Beyer  mencatat  bahwa  hal-hal  ini  bukanlah  urutan  tahap-tahap  melainkan
daftar  kemungkinan  cara  yang  dapat  digunakan  siswa  untuk  mendekati informasi guna mengevaluasi apakah hal itu benar atau masuk akal atau tidak
Slavin, 2009. Rath  et  al.  1966  menyatakan  bahwa  salah  satu  faktor  yang  dapat
mempengaruhi  perkembangan  kemampuan  berpikir  kritis  adalah  interaksi antara pengajar dan siswa. Peserta didik memerlukan suasana akademik yang
memberikan kebebasan dan rasa aman untuk  mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama  berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.  Salah satu
komponen  berpikir  kritis  yang  perlu  dikembangkan  adalah  ketrampilan intelektual. Ketrampilan intelektual merupakan seperangkat ketrampilan yang
mengatur  proses  yang  terjadi  dalam  benak  seseorang.  Berbagai  jenis ketrampilan dapat dimasukkan  sebagai ketrampilan  intelektual  yang  menjadi
kompetensi yang akan dicapai pada pogram pengajaran. Ketrampilan tersebut perlu  diidentifikasi  untuk  dimasukkan  baik  sebagai  kompetensi  yang  ingin
dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses pengajaran Sudaryanto, 2010.
C. Konstruktivisme
Metode  PQ4R  merupakan  rangkaian  inovasi  dari  pendekatan konstruktivisme  dalam  belajar.  Siswa  diminta  untuk  mengeksplorasi
kemampuannya  membuat  struktur  berpikir  sebelum  membaca  dengan menyusun  pertanyaan-pertanyaan  yang  menjadi  acuan  bagi  siswa  untuk
menggali  informasi  yang  dibutuhkan  dari  teks  bacaan.  Kemudian  siswa secara  mandiri  membaca  teks  dan  mencari  jawaban  dari  pertanyaan  yang
telah dibuatnya. Kontruktivisme merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual
yang  menyatakan  bahwa  pengetahuan  dibangun  oleh  manusia  sedikit  demi sedikit,  yang  hasilnya  diperluas  melalui  konteks  terbatas  sempit.  Teori
konstruktivisme  adalah  ide  dimana  siswa  harus  menemukan  dan menstransformasikan  suatu  informasi  kompleks  ke  situasi  lain  dan  apabila
dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka Kunandar, 2007. Implikasi  dari  teori  konstruktivisme  terhadap  proses  pembelajaran
adalah sebagai berikut Hanafiah, 2009;
1. pembelajaran  tidak  akan  berjalan  dengan  baik,  jika  peserta  didik  tidak
diberi  kesempatan  untuk  menyelesaikan  masalah  dengan  tingkat pengetahuan yang dimilikinya;
2. pada  akhir  proses  pembelajaran,  peserta  didik  memiliki  tingkat
pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya; 3.
untuk  mengambil  keputusan  menilai,  peserta  didik  harus  bekerja  sama dengan peserta didik lainnya;
4. guru  harus  mengakui  bahwa  peserta  didik  membentuk  dan  menstruktur
pengetahuannya  berdasarkan  modalitas  belajar  yang  dimilikinya,  seperti bahasa, matematika, musik dan  lain-lain.
D. Strategi Elaborasi
Kata  strategi  berarti  cara  dan  seni  menggunakan  sumber  daya  untuk mencapai  tujuan  tertentu.  Penggunaan  strategi  dalam  kegiatan  pembelajaran
sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai  hasil  yang optimal. Tanpa strategi  yang jelas, proses pembelajaran
tidak  akan  terarah  sehingga  tujuan  pembelajaran  yang  telah  ditetapkan  sulit tercapai  secara  optimal,  dengan  kata  lain  pembelajaran  tidak  berlangsung
efektif  dan  efisien.  Maka  dari  itu  dalam  dunia  pendidikan  terdapat  strategi pembelajaran  yang  berarti  cara  dan  seni  untuk  menggunakan  semua  sumber
belajar dalam upaya membelajarkan siswa Wena, 2009.
Gambar 2.1 Bangan Hubungan StrategiMetode dengan KompetesiHasil Belajar, MateriBahan dan Interaksi