Meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan Sleman Yogyakarta pada materi ``Sistem Pencernaan Manusia`` melalui metode PQ4R

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS KALASAN SLEMAN

YOGYAKARTA PADA MATERI “SISTEM PENCERNAAN MANUSIA”

MELALUI METODE PQ4R

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Yani NIM : 091434013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS KALASAN SLEMAN

YOGYAKARTA PADA MATERI “SISTEM PENCERNAAN MANUSIA”

MELALUI METODE PQ4R

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Yani NIM : 091434013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

SKRIPSI

MtrTIINGKATKAIY HASIL BELAJAR DAIY KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS SISWA KELAS

VIII

B SMP KAIYISIUS KALASAI\I SLEMAN YOGYAKARTA PAI}A

MATE*I

OSISTEM PENCERNAAI\T MAhIUSIA''

MELAL{ilMETODE

PglR

Telah disetuiui olch:

Pembimbing

u


(4)

SKRIPSI

MEI\III{GKATKAI\I HASIL BELAJAR I}AI\I KEMAMPUAN BERPIKIR

KRIfiS

SISWA KELAS

YIII

B SMP KA}ISTUS KALASAIY SLEMAN YOGYAKARTA PADA MATERI *SISTEIT,I PENCERNAAilI MAI\TUSIA"

MELALUI METODE P84R

Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

Anggota

Dipersiapkan dan dihrlis oleh

Yani NIM:091434013

Telah

di depan Panitia Penguji Pada tanggal 6 Februari 2013

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

: Drs. Aufridus Atmadi, M.Si.

Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.Sc. Luisa Diana Handoyo, S.Si., M.Si.

Drs- Soetardhi Sumartodwiatmodjo, M.Pd.

Dr. h. P. lViryono Priyotarntarn4 S.J.

Yogyakarta" 6 Februari 2013

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

ll1

tr

Tanda-tansan

,

ff^,|

,

*ffi,

(...-&...[:.-.:.

(....


(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Pencipta Pengetahuan dan Hikmat

Adik-adik angkatanku tercinta

Prodiku tercinta

Pembaca skripsi ini

Keluargaku tercinta


(6)

v

M OTTO

Diri kita yang menjadikan kita lemah

ataukah kuat


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIIIB SMP Kanisius Kalasan Sleman Yogyakarta Pada Materi “Sistem

Pencernaan Manusia” Melalui Metode PQ4R

Yani, 2013, Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana metode PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan manusia.

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII B, SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Ajaran 2012-2013. Komponen pengumpulan data yang digunakan berasal dari hasil penilaian pre-test, post-test, lembar observasi, dan LKS.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas model Sanford dan Kemmis yang terdiri atas tindakan berulang dimulai dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, disimpulkan metode PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar dan kekritisan siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil belajar siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan yang telah memenuhi batas indikator penelitian, dimana 60% siswa dapat tuntas dengan KKM 70. Hasil belajar pada aspek kognitif menunjukkan peningkatan persentase kelulusan siswa dimana pada siklus II 67,57% siswa berhasil mencapai nilai KKM 70, nilai ini lebih tinggi dari dari nilai pre-test (29,72%) dan post-test I (5,41%). Hasil belajar pada aspek afektif secara klasikal pada siklus II mencapai 76,67%, naik 15% dari penilaian afektif pada siklus I. Pada aspek psikomotorik siklus II menunjukkan perkembangan dimana sebanyak 73% siswa telah aktif dikelas. Pembelajaran dengan metode PQ4R juga menunjukkan perkembangan kekritisan siswa dimana ketuntasan belajar mencapai 67,57% pada siklus II meningkat 32,43% dari nilai kekritisan pada pre-test.

Kata Kunci: Metode PQ4R, Penelitian Tindakan Kelas, Sanford-Kemmis, Hasil Belajar, dan Kekritisan


(10)

ix

ABSTRACT

Increasing the Learning Performance and the Ability to Think Critically of the Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School Students Grade VIII B

through PQ4R Method in the Chapter “Human Digestion Systems” Yani, 2013, Sanata Dharma University

The purpose of this research is to know how far the PQ4R method, increases the student’s learning performance and their ability to think critically on human digestion systems subject.

The research chooses as its target group the student of Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School grade VIII B, 2012-2013 periods. The data were collected from the evaluation of pre-test, post-test, observation sheet, and student worksheet.

This research used Sanford and Kemmis method consisting of stages: planning, action, observation, evaluation, and reflection that was applied repeatedly until reaching the desired result and quality.

Based on the result of this research, it can be concluded that PQ4R method could increase the student’s learning performance and the ability to think critically. The student’s learning performance of the Kanisius Kalasan Yogyakarta Junior High School student grade VIII B has reached the research indicator. It showed that 60% of the student got score over 70, the standard score. The learning performance of the cognitive aspect showed the percentage increase of students who performed over the passing grade. In the second cycle (cycle two), 67,57% of the students reached the standard score. This percentage is higher than pre-test (29,72 %) and post-test (5,41 %) percentage. Affective aspect of learning performance in the second cycle classically has reached 76,67 %, which is higher 15% than the first cycle. In the second cycle, the psycomototric aspect of learning performance showed the improvement which is show by 73% of the students who had been actively participating in the class. Method PQ4R also showed improvement of student’s criticism since the student learning performance reached 67,57% in the second cycle which means 32, 43% increase from the pre-test.

Key word: PQ4R method, Classroom Action Research, Sanford-Kemmmis,


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya yang limpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA PADA MATERI “SISTEM PENCERNAAN MANUSIA” MELALUI METODE PQ4R”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan ijin dalam melaksanakan penelitian dan yang telah membari saran dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Luisa Diana Handoyo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan waktu untuk memberikan pengarahan dan dengan sabar membimbing penulisan skripsi.

3. Segenap dosen Pendidikan Biologi dan staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang telah mendukung penulis secara tidak langsung.

4. Bapak Yusup Indrianto P., S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

5. Ibu Ch. Heffi Widyaningrum, S.Pd. Si., selaku guru IPA yang telah membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

6. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun ajaran 2012-2013 yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

7. Seluruh keluargaku yang selalu mengingatkan dan memberi dorongan pada penulis untuk segera menyelesaikan studi.

8. Kakak-kakak angkatan Pendidikan Biologi 2008 yang selalu mendukung dalam menyemangati penulis.


(12)

9. Teman-teman yang telah membantu dalam observasi dan membantu dalam menyemangati penulis Ina, Yuni, Vero, Cici, Eti, Lana, dan Kintan.

10. Teman-teman angkatan 2009 tercinta yang memberikan pengalaman luar biasa bagi penulis sehingga ini menjadi kenangan pembelajaran yang istimewa.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

Manusia jauh dari kesempurnaan, demikian pula dalam penulisan skripsi. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat menjadi inspirasi dan alat bantu bagi pendidik yang membacanya dan menerapkannya.

Penulis


(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

HALAMAN MOTO...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vii

ABSTRAK...viii

ABTRACT...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR GAMBAR...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

A.Latar Belakang...1

B.Rumusan Masalah...4

C.Batasan Masalah...4

D.Tujuan Penelitian...5

E.Manfaat Penelitian...5

BAB II DASAR TEORI...7

A.Hasil Belajar...7

B.Berpikir Kritis...15

C.Konstruktivisme...18

D.Strategi Elaborasi...19

E.Metode PQ4R...21

F. Hasil Penelitian dengan Metode PQ4R yang Relavan...25

G.Materi Sistem Pencernaan...28

H.Kerangka Berpikir………...35

I. Hipotesis………...36

BAB III METODOLOGI...37

A.Jenis Penelitian...37

B.Setting Penelitian...37

1. Sampel penelitian...37


(14)

C.Desain Penelitian...38

D.Teknik Pengumpulan Data...43

E.Instrumen Penelitian...49

F. Indikator Pencapaian...49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan...50

B. Hasil Penelitian...52

1. Siklus I...53

2. Siklus II...58

C. Hasil dan Pembahasan Penelitian...62

1. Penilaian Kognitif Siswa-siswi...62

2. Penilaian Afektif-Psikomotorik Siswa-siswi Secara Klasikal...67

3. Penilaian Tingkat Kekritisan Siswa-siswi...70

4. Penilaian Lembar Angket………...72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...74

A. Kesimpulan...74

B. Saran...75

DAFTAR PUSTAKA...76


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Domain Psikomotorik...12

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pemodelan Pembelajaran dengan Penerapan Metode PQ4R (Trianto, 2009)...23

Tabel 4.1 Pencapaian Nilai Kognitif dan Kekritisan Pre-test...51

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Tindakan dengan Metode PQ4R...52

Tabel 4.3 Tingkat Pencapaian Kognitif Siswa-siswi...63

Tabel 4.4 Pencapaian Tingkat Afektif dan Psikomotorik Siswa Kelas VIII B...67

Tabel 4.5 Tingkat Pencapaian Kekritisan Siswa...70

Tabel 4.6 Persentase Perkembangan Penyusunan Tipe Soal Pada Pengerjaan LKS...72

Tabel 4.7 Perkembangan Hasil Belajar dan Kekritisan Berpikir Berdasarkan Hasil Angket yang diberikan……...73


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bangan Hubungan Strategi/Metode dengan

Kompetesi/Hasil Belajar, Materi/Bahan dan Interaksi...19

Gambar 3.1 Model Gabungan Sanford dan Kemmis Adaptasi Depdiknas, 1999...39

Gambar 4.1 Grafik Nilai Pre-test dan Post-test Siklus I...63

Gambar 4.2 Grafik Nilai Pre-test dan Post-test Siklus II...66

Gambar 4.3 Diagram Hasil Sintesis Lembar Observasi untuk Tingkat Afektif...68

Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Sintesis Lembar Observasi Untuk Aspek Psikomotorik (a) Siklus I dan (b) Siklus II...69


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Silabus………...79

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………...82

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)………..93

4. Kisi-kisi………...102

5. Soal Pre-Test dan Post-test………..………...105

6. Rubrik Penilaian LKS………...………..111

7. Lembar Observasi Kelas……….112

8. Lembar Angket Penilaian Metode PQ4R Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis………...113

9. Angket Observasi………115

10. Surat Ijin Penelitian………118

a. Surat Ijin Observasi………118

b. Surat Ijin Penelitian Kepada Bappeda…...………119

c. Surat Ijin Penelitian dari Bappeda……….………...…….120

11. Dokumen Proses Pembelajaran………...122

a. Foto Kegiatan Pembelajaran………...122

b. Nilai………125

12. Data Kegiatan Belajar Siswa………..132

a. Pre-test terendah……….132

b. Pre-test tertinggi……….134

c. Post-test I terendah……….136

d. Post-test I tertinggi……….137

e. Post-test II terendah………..……….138

f. Post-test II tertinggi………...……….139

g. LKS I………..………...……….140

h. LKS II……..……..………...……….143

i. LKS III….………..………...……….146

j. Lembar Observasi………...………..……….154

k. Angket….………..………...……….…….158

l. Latihan Membuat Pertanyaan Mandiri………..159

m.Review….………..………...……….160

n. Refleksi….………..………...………161


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan ialah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi peserta didik. Untuk mengembangkan potensi peserta didik maka diperlukan usaha-usaha dari komponen pendidikan terutama dalam hal ini pendidik sebagai motor pemaju pendidikan bangsa. Salah satu usaha yang sangat penting ialah perbaikan strategi dan metode mengajar yang efektif dalam proses pembelajaran (Trianto, 2009).

Penerapan strategi dan metode pembelajaran yang efektif tentu akan menghasilkan pembelajar yang tidak hanya tahu tapi juga memahami. Salah satu petunjuk kesuksesan belajar ialah adanya perkembangan hasil belajar yang menuju ke-angka yang lebih baik dan adanya proses perkembangan pemikiran siswa yang kritis terhadap ilmu pengetahuan yang diterima. Dalam meningkatkan hasil belajar dan juga tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, diperlukan adanya pengetahuan dasar yang dibangun. Pengetahuan dasar dapat dibangun dengan cara menciptakan ingatan-ingatan akan pelajaran yang


(19)

diperoleh dari guru dan terutama sumber-sumber informasi tertulis. Untuk itu diperlukan alat bantu seperti strategi belajar dan metode belajar. Salah satu strategi belajar yang dikembangkan ialah strategi elaborasi melalui metode PQ4R.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ross dan Divesta (1976) serta Dansereau (1985), diketahui bahwa pembelajaran dengan strategi elaborasi melalui metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, dan Review), memperlihatkan pembelajaran sebagai proses penambahan rincian pada skema yang telah ada di otak untuk membuat informasi baru agar mudah diingat atau dipelajari, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan Hanclosky dalam Sulhan (2006) menyimpulkan bahwa penggunaan metode PQ4R secara sistematis dapat membantu siswa mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi apa yang mereka baca. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reder dan Anderson (1980: 3), juga memberikan dukungan terhadap besarnya manfaat dari strategi elaborasi melalui metode PQ4R dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi kelas dan observasi tertulis yang dilakukan peneliti di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta kelas VII-VIII, siswa-siswi SMP Kanisius Kalasan memiliki kemampuan kognitif yang baik. Hal ini ditunjukkan saat siswa diberikan pertanyaan siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru. Kemampuan psikomorik setiap siswa sangat beragam, seperti kelas VII B ada beberapa siswa yang aktif bertanya, namun di kelas VII A siswa lebih menunjukkan sikap yang pasif. Berdasarkan data observasi


(20)

tertulis kegiatan membaca siswa dan bertanya siswa kelas VII, peneliti memperoleh tingkat ketertarikan siswa-siswi terhadap kegiatan membaca dan bertanya mengenai materi IPA-Biologi termasuk dalam kategori rendah karena “alasan kesenangan siswa-siswi terhadap Biologi karena bacaan Biologi menarik”, mencapai 9 %. Tingkat intensitas bertanya mencapai 73% untuk kategori siswa-siswi yang sangat sering mengajukan pertanyaan dari keseluruhan enam kelas yang diberi angket (3 kelas VIII dan 3 kelas VII). Dari jumlah ini sebesar 3% berasal dari siswa-siswi kelas VII B. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan siswa-siswi masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan atas apa yang mereka baca.

Melihat tingkat jarangnya siswa membaca dan mengajukan pertanyaan ini peneliti tertarik untuk menerapkan strategi eraborasi melalui metode PQ4R, dalam membantu siswa memiliki hasil belajar lebih dan belajar lebih mendalam sehingga dapat berpikir kritis, dan strategi ini diterapkan di kelas VIII B (dari kelas VII B) karena kelas ini memiliki tingkat membaca dan bertanya terendah. Melalui strategi PQ4R diharapkan siswa-siswi dapat meningkatkan minat dan intensitas membaca siswa yang akan berefek pada hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yang ditunjukkan tingginya tingkat dalam mengajukan pertanyaan dalam suatu bacaan.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bab sistem pencernaan manusia kelas VIII semester I. Materi ini dipilih berdasarkan data observasi kelas VIII sebanyak 70 siswa-siswi yang telah menempuh pelajaran ini. Berdasarkan data disimpulkan materi yang sulit bagi siswa-siswi SMP kelas VIII ialah materi sistem pencernaan sebanyak 21% dari kelima materi Biologi lainnya. Selain itu nilai rerata materi ini mencapai 70,929 kurang


(21)

2,071 dari nilai KKM (73) dan nilai terendah diperoleh dari kelas VIII B, yaitu 68,167 (kelas VIII A: 74,12 dan VIII C: 70,51). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan Sleman Yogyakarta Pada Materi “Sistem Pencernaan Manusia” Melalui Metode PQ4R.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah metode PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan manusia?

2. Apakah metode PQ4R dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan manusia?

C. Batasan Masalah

1. Hasil Belajar

Hasil belajar yang dimaksud meliputi:

a. Domain kognitif terkait enam jenjang kemampuan yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Domain afektif terkait reciving/attending (siswa bersifat terbuka terhadap ilmu pengetahuan yang diterima), organisasi (siswa mampu bekerja sama satu dengan lainnya), dan karakteristik (siswa menghargai setiap pendapat yang diajukan dalam proses pembelajaran).

c. Domain psikomotorik terkait perception (siswa mampu memilih pertanyaan), guided response (siswa membuat pertanyaan-jawaban), dan mechanism (siswa mengkomunikasikan pertanyaan-jawaban yang


(22)

telah dibuat, complex overt response (siswa memperbaiki pertanyaan-jawaban yang dibuat), dan origination (siswa menyusun kesimpulan-refleksi pembelajaran).

2. Kemampuan berpikir kritis terkait dengan tingginya kuantitas pertanyaan atau pernyataan dari suatu bahan bacaan dan juga kualitas pertanyaan atau pernyataan yang lebih bersifat pemahaman, analisis, sintesis, aplikasi dan evaluasi.

3. Objek : Hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. 4. Subjek : Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. 5. Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan

manusia.

6. Kompetensi Dasar : 1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia danhubungannya dengan kesehatan.

D. Tujuan

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana metode PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan manusia.

2. Untuk mengetahui sejauh mana metode PQ4R dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan manusia.

E. Manfaat Penelitian

1. Siswa

a. Siswa dapat memahami materi sistem pencernaan manusia lebih mendalam sehingga dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar.


(23)

b. Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar-mengajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi (bertanya) lebih baik dalam proses belajar-mengajar.

c. Siswa dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

2. Guru

Guru dapat memperoleh variasi strategi dan metode pengajaran yang efektif dalam mengajar sistem pencernaan manusia.

3. Sekolah

Hasil penelitian diharapkan mampu menambah informasi strategi dan motode pengajaran yang cocok sesuai materi pembelajaran yang diberikan khususnya dalam pembelajaran Biologi.

4. Peneliti

a. Peneliti dapat mengetahui tingkat keefektifan metode PQ4R dalam membantu proses belajar-mengajar.

b. Peneliti dapat menggunakan variasi metode mengajar yang tepat dalam mengajar.


(24)

7 BAB II

DASAR TEORI

A. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Walaupun demikian, tes dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar di bidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2009).

Tujuan penilaian hasil belajar adalah (Arifin, 2009);

1. untuk mengetahui tingkatan penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan;

2. mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran;

3. untuk mengetahui tingkatan kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan;

4. mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat dijadikan acuan untuk memberikan bantuan dan bimbingan;

5. untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu;


(25)

6. menentukan kenaikan kelas;

7. menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Menurut Shabri (2005), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa. Faktor yang datang dari diri siswa seperti kemampuan belajar (intelegensi), motivasi belajar, perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan psikis. Aini (2001) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor di luar diri siswa dan faktor pada diri siswa. Faktor pada diri siswa ini diantaranya faktor emosi dan mood. Siswa yang mengalami hambatan pemenuhan kebutuhan emosi, maka ia dapat mengalami “kecemasan“ sebagai gejala utama yang dirasakan (Ardiyati, 2011).

Clark mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Artinya, selain faktor dari diri siswa sendiri, masih ada faktor-faktor di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain (Ardiyati, 2011);

1. ukuran kelas (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar. Ukuran yang biasanya digunakan adalah 1:40, artinya, seorang guru melayani 40 orang siswa. Diduga makin besar jumlah siswa yang harus dilayani guru dalam satu kelas maka makin rendah kualitas pengajaran, demikian pula sebaliknya;


(26)

2. suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas yang ada pada guru. Dalam suasana belajar demokratis ada kebebasan siswa belajar, mengajukan pendapat, berdialog dengan teman sekelas dan lain-lain;

3. fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Kelas harus diusahakan sebagai laboratorium belajar bagi siswa. Artinya, kelas harus menyediakan sumber-sumber belajar seperti buku pelajaran, alat peraga, dan lain-lain.

Dari informasi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu;

1. faktor pada diri siswa diantaranya intelegensi, kecemasan (emosi), motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, dan faktor fisik dan psikis;

2. faktor di luar diri siswa, seperti ukuran kelas, suasana belajar (termasuk di dalamnya guru), fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.

Menurut Benyamin S. Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang kompleks, ketiga domain tersebut ialah (Arifin, 2009):

1. Domain kognitif. Memiliki enam jenjang kemampuan yaitu;

a. pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, di antaranya mendefinisikan,


(27)

memberikan, mengidentifikasikan, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih, dan menyatakan;

b. pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkan tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekspolasi. Kata operasional yang digunakan ialah mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, menulis kembali, dan meningkatkan;

c. aplikasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk mengunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata kerja operasional yang digunakan ialah mengubah, menghitung, mengerjakan teliti, menghubungkan, mendemonstrasikan, memecahkan, dan memanipulasi; d. analisis, jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasionalnya adalah menguraikan, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, dan merincikan;

e. sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai


(28)

faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional sintesis meliputi menggolongkan, menghimpun, membangkitkan, memodifikasi, menciptakan, merencanakan, merevisi, menyimpulkan, dan menceritakan;

f. evaluasi, merupakan jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Kata kerja operasional meliputi menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, dan menafsirkan.

2. Domain afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Domain afektif dikelompokkan menjadi lima jenis dari tingkat yang sederhana sampai tingkat kompoleks, yaitu sebagai berikut (Sudjana, 2010);

a. receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah situasi, dan gejala;

b. responding, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap

stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar;

c. valuing, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau

stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk kesediaan dalam menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman;


(29)

d. organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang dimiliki;

e. karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Domain psikomotorik, berorientasi pada keterampilan motorik fisik yaitu keterampilan yang berhubungan dengan anggota badan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot yang didukung oleh perasaan dan mental. Kata kerja operasional untuk domain psikomotorik adalah (Munthe, 2009):

Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Domain Psikomotorik

Perubahan Kemampuan internal Kata kerja operasional

Perception (Persepsi)

- Menafsirkan rangsangan - Peka terhadap

rangsangan - Mendiskriminasi

- Memilih - Membedakan - Mempersiapkan - Menyisihkan - Menunjukkan - Mengidentifikasi

Set (Kesiapan) - Berkonsentrasi

- Menyiapkan diri (fisik)

- Memulai - Mengawali - Bereaksi

- Mempersiapkan - Menanggapi - Mempertunjukkan


(30)

Perubahan Kemampuan internal Kata kerja operasional

Guided response (Gerakan terbimbing)

- Meniru contoh - Mempraktekkan - Memainkan - Mengikuti - Mengerjakan - Membuat - Mencoba

- Memperlihatkan - Memasang - Membongkar Mechanism

(Gerakan Mekanis terbiasa)

- Berketerampilan - Berpegang pada pola

- Mengoperasikan - Membangun - Memasang - Membongkar - Memperbaiki - Melaksanakan - Mengerjakan - Menyusun - Menggunakan - Mengatur

- Mendemonstrasikan - Memainkan

- Menangani


(31)

Perubahan Kemampuan internal Kata kerja operasional

response (Gerakan respon kompleks)

(secara lancar, luwes, supel, gesit, dan lincah)

- Membangun - Memasang - Membongkar - Memperbaiki - Melaksanakan - Menyusun - Menggunakan - Mengatur

- Mendemonstrasikan - Memainkan

- Menangani Adaptation

(Penyesuaian pada gerakan)

- Menyesuaikan diri - Bervariasi

- Mengubah - Mengadaptasikan - Mengatur kembali - Membuat variasi Orgination

(Kreativitas)

- Menciptakan sesuatu yang baru

- Berinisiatif

- Merancang - Menyusun - Menciptakan - Mendesain

- Mengombinasikan - Mengatur


(32)

B. Berpikir Kritis

Berpikir melibatkan kegiatan memanipulasi dan mentransformasi informasi dalam memori. Berpikir membantu dalam membentuk konsep, menalar, berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Konsepsi berpikir kritis berasal dari dua kata dasar dalam bahasa Latin yakni “kriticos” yang berarti penilaian yang cerdas (discerning judgment) dan “criterion” yang berarti standar. Kata kritis juga ditandai dengan analisis cermat untuk mencapai penilaian yang objektif terhadap sesuatu. Jadi, berpikir kritis berarti berpikir untuk menghasilkan penilaian, pendapat atau evaluasi yang objektif dengan menggunakan standar evaluasi yang tepat untuk menentukan kebaikan, dan manfaat serta nilai sesuatu (Emelia, 2007).

Berpikir kritis merupakan kemampuan mengambil keputusan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang diyakini. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang, selain itu menurut Penner kemampuan ini merupakan bagian yang fundamental dalam kematangan manusia. Menurut Hassoubah (2002) berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan dilakukan. Berpikir kritis merupakan kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Proses mental menganalisis ide dan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi (Dwijananti, 2010).


(33)

Konsepsi berpikir kritis dapat dipandang dari dua cara, yakni konsepsi umum dan konsepsi subjek-spesifik. Konsepsi umum memandang sebagai satu set kemampuan dan disposisi yang bisa digeneralisasi dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi dan berbagai domain pengetahuan. Sementara itu, konsepsi subjek-spesifik menganggap kekritisan sebagai satu bentuk berpikir yang spesifik dalam kerangka kognitif tertentu, tergantung pada dan ditentukan oleh pengetahuan yang luas mengenai masalah yang dipikirkannya (Emelia, 2007).

Tujuan mengajarkan pemikiran kritis ialah menciptakan semangat kritis, yang mendorong siswa dalam mempertanyakan apa yang mereka dengar dan memeriksa pemikiran mereka sendiri untuk menemukan ketidakkonsistenan atau kekeliruan logika (Slavin, 2009). Berpikir kritis meliputi berpikir secara reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti. Satu cara untuk mendorong murid agar berpikir secara kritis adalah memberikan mereka topik atau artikel kontroversial yang menghadirkan dua sisi permasalahan untuk didiskusikan. Sebuah pemikiran kritis dapat ditingkatkan ketika murid menemui argumen dan perdebatan yang berada dalam konflik, yang dapat memotivasi mereka untuk menyelidiki sebuah masalah. Guru dapat merangsang kemampuan murid untuk berpikir kritis dengan menggunakan lebih banyak tugas yang membutuhkan kemampuan murid untuk terfokus pada sebuah masalah dan sebuah pertanyaan daripada mengulangi fakta-fakta (Santrock, 2009).

Beyer (1988) dalam Slavin (2009) mengidentifikasi 10 kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan siswa dalam menilai keabsahan atau argumen, kesepuluh kemampuan itu yaitu;


(34)

2. membedakan informasi, pernyataan, atau alasan yang releven dari yang tidak relavan;

3. menentukan ketepatan fakta pernyataan; 4. menentukan kredibilitas sumber;

5. mengidentifikasi pernyataan atau argumen yang ambigu; 6. mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan;

7. mendeteksi prasangka;

8. mengidentifikasi kekeliruan logika;

9. mengenali ketidakkonsistenan logika garis pemikiran; 10. menentukan kekuatan argumen atau pernyataan.

Beyer mencatat bahwa hal-hal ini bukanlah urutan tahap-tahap melainkan daftar kemungkinan cara yang dapat digunakan siswa untuk mendekati informasi guna mengevaluasi apakah hal itu benar atau masuk akal atau tidak (Slavin, 2009).

Rath et al. (1966) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Peserta didik memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan adalah ketrampilan intelektual. Ketrampilan intelektual merupakan seperangkat ketrampilan yang mengatur proses yang terjadi dalam benak seseorang. Berbagai jenis ketrampilan dapat dimasukkan sebagai ketrampilan intelektual yang menjadi kompetensi yang akan dicapai pada pogram pengajaran. Ketrampilan tersebut perlu diidentifikasi untuk dimasukkan baik sebagai kompetensi yang ingin


(35)

dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses pengajaran (Sudaryanto, 2010).

C. Konstruktivisme

Metode PQ4R merupakan rangkaian inovasi dari pendekatan konstruktivisme dalam belajar. Siswa diminta untuk mengeksplorasi kemampuannya membuat struktur berpikir sebelum membaca dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang menjadi acuan bagi siswa untuk menggali informasi yang dibutuhkan dari teks bacaan. Kemudian siswa secara mandiri membaca teks dan mencari jawaban dari pertanyaan yang telah dibuatnya.

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks terbatas (sempit). Teori konstruktivisme adalah ide dimana siswa harus menemukan dan menstransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka (Kunandar, 2007).

Implikasi dari teori konstruktivisme terhadap proses pembelajaran adalah sebagai berikut (Hanafiah, 2009);

1. pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya;

2. pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya;

3. untuk mengambil keputusan (menilai), peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik lainnya;


(36)

4. guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan menstruktur pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya, seperti bahasa, matematika, musik dan lain-lain.

D. Strategi Elaborasi

Kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak berlangsung efektif dan efisien. Maka dari itu dalam dunia pendidikan terdapat strategi pembelajaran yang berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa (Wena, 2009).

Gambar 2.1 Bangan Hubungan Strategi/Metode dengan Kompetesi/Hasil Belajar, Materi/Bahan dan Interaksi


(37)

Salah satu strategi pembelajaran yang membantu dalam menata dan mengorganisasikan isi pembelajaran yaitu strategi eraborasi. Strategi elaborasi dikategorikan sebagai strategi pengorganisasian isi pembelajaran tingkat makro. Teori elaborasi mendeskripsikan cara-cara pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci. Pengurutan isi pembelajaran dari yang bersifat umum kerinci dilakukan dengan;

1. menampilkan epitome (studi yang dipelajari);

2. mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci. Secara umum prinsip-prinsip yang mendasari model elaborasi adalah sebagai berikut (Degeng, 1989 dalam Wena, 2009);

1. prinsip pertama adalah penyajian kerangka isi. Dalam teori elaborasi, penyajian kerangka isi ditempatkan pada fase yang paling awal dari keseluruhan proses pembelajaran;

2. prinsip kedua berkaitan dengan tahapan dalam melakukan elaborasi isi pembelajaran. Elaborasi tahap pertama akan mengelaborasi bagian-bagian yang tercakup dalam elaborasi tahap pertama dan begitu seterusnya;

3. prinsip ketiga berkaitan dengan penekanan bahwa bagian yang terpentinglah yang harus disajikan pertama kali. Guna menentukan penting atau tidaknya suatu bagian ditentukan oleh sumbangannya untuk memahami keseluruhan isi bidang studi;

4. prinsip keempat berkaitan dengan tingkat kedalaman dan keluasan elaborasi. Setiap elaborasi hendaknya dilakukan cukup singkat agar konstruk (fakta, konsep, prinsip, atau prosedur) dapat diterima dengan baik oleh siswa. Namun demikian, elaborasi juga perlu dilakukan dengan cukup panjang agar tingkat kedalaman dan keluasan elaborasi memadai;


(38)

5. prinsip kelima berhubungan dengan penyajian pensintesis. Penyajian pensintesis dilakukan secara bertahap, yaitu setelah setiap kali melakukan elaborasi, secara khusus dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan diantara konstruk-konstruk yang lebih rinci yang baru diajarkan, dan untuk menunjukkan konteks elaborasi dalam epitome;

6. prinsip keenam berhubungan dengan penyajian jenis pensintesis. Pensintesis yang fungsinya sebagai pengait satuan-satuan konsep, prosedur, atau prinsip hendaknya disesuaikan dengan tipe isi bidang studi;

7. prinsip ketujuh, pemberian rangkuman. Rangkuman yang dimaksudkan untuk mengadakan tinjauan ulang mengenai isi bidang studi yang sudah dipelajari, dan hendaknya diberikan sebelum penyajian pensintesis.

E. Metode PQ4R

Metode PQ4R merupakan rangkaian inovasi dari pendekatan konstruktivisme dalam belajar. Siswa diminta untuk mengeksplorasi kemampuannya membuat struktur berpikir sebelum membaca dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang menjadi acuan bagi siswa untuk menggali informasi yang dibutuhkan dari teks bacaan. Kemudian siswa secara mandiri membaca teks sambil mencari jawaban dari pertanyaan yang telah dibuatnya (Novriansyah, 2009).

Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. P merupakan singkatan dari preview (membaca selintas dengan cepat), Q merupakan singkatan dari questioning (bertanya), 4R singkatan dari read, reflecty, recite, dan review. Melakukan preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dengan apa


(39)

yang telah diketahui. Mempelajari judul-judul atau topik-topik utama membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut dengan apa yang diketahui. Mempelajari judul-judul atau topik-topik utama membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut, sehingga memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Resitasi informasi dasar, khususnya bila disertai dengan beberapa bentuk elaborasi, kemungkinan sekali akan memperkaya pengkodean (Trianto, 2009).

Preview adalah mensurvei materi pelajaran secara cepat untuk mendapatkan suatu ide tentang pengorganisasian umum dan topik-topik dan sub topik utama. Question adalah pengajuan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang dipelajari pada saat membaca. Pertanyaan-pertanyaan yang diawali dengan kata “apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan dimana.” Read adalah membaca materi sambil menjawab pertanyaan yang diajukan. Reflect adalah refleksi materi, mencoba memahami informasi dengan cara;

1. menghubungkan informasi itu dengan hal-hal yang telah diketahui;

2. mengaitkan sub topik-sub topik di dalam teks dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip utama;

3. mencoba untuk memecahkan kontradiksi di dalam informasi yang disajikan;

4. mencoba untuk menggunakan materi itu untuk memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan dari materi tersebut.

Recite adalah latihan mengingat-ingat informasi dengan menyatakan butir-butir penting dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditimbulkan. Review adalah menginggat kembali secara aktif materi dengan memusatkan


(40)

pada pertanyaan-pertanyaan dan membaca ulang materi dengan berbagai sumber yang relevan (Hamzah, 2011).

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pemodelan Pembelajaran dengan Penerapan Metode PQ4R (Trianto, 2009)

Langkah-langkah

Tingkah Laku Guru Aktivitas Siswa

Langkah-1 preview

a. Memberikan bahan bacaan kepada siswa untuk dibaca. b. Menginformasikan kepada

siswa bagaimana menemukan ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Membaca selintas dengan cepat untuk menemukan ide pokok dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Langkah ke-2 question

a. Menginformasikan kepada siswa agar memerhatikan makna dari bacaan.

b. Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat pertanyaan dari ide pokok yang ditemukan dengan menggunakan kata-kata apa, mengapa, siapa, dan bagaimana.

a. Memperhatikan penjelasan guru.

b. Membuat pertanyaan yang dari bacaan.

Langkah ke-3 read

Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan

menanggapi/menjawab pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.

Membaca secara aktif sambil memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibaca dan


(41)

Langkah-langkah

Tingkah Laku Guru Aktivitas Siswa

menjawab pertanyaan yang dibuat.

Langkah ke-4 reflect

Menstimulasikan/menginformasika n materi yang ada pada bahan bacaan.

Siswa mencoba

memecahkan masalah dari informasi yang diberikan oleh guru dengan

pengetahuan yang telah diketahui melalui bahan bacaan.

Langkah ke-5 recite

Meminta siswa membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran yang dipelajari hari ini.

a. Melihat catatan-catatan yang telah dibuat sebelumnya.

b. Membuat inti sari dari seluruh pembahasan. Langkah ke-6

review

a. Menugaskan siswa membaca inti sari yang dibuatnya dari rincian ide pokok yang ada dalam benaknya.

b. Meminta siswa membaca kembali bahan bacaan, jika masih belum yakin dengan jawabannya.

a. Membaca inti yang telah dibuatnya.

b. Membaca kembali bahan bacaan jika masih belum yakin akan jawaban yang telah dibuatnya.


(42)

Berdasarkan kajian di atas model pembelajaran dengan metode PQ4R memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut (Ali, 2009) :

1. Kelebihan

a. Sangat tepat untuk pengajaran pengetahuan yang bersifat deklaratif berupa konsep-konsep, definisi, kaidah-kaidah, dan pengetahuan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Dapat membantu siswa yang daya ingatannya lemah untuk menghafal konsep-konsep pelajaran.

c. Mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan.

d. Mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengkomunikasikan pengetahuannya.

e. Dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan yang luas. 2. Kelemahan

a. Tidak tepat diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat prosedural seperti pengetahuan keterampilan.

b. Sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah.

c. Tidak efektif dilaksanakan pada kelas dengan jumlah yang terlalu besar karena bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam merumuskan pertanyaan.

F. Hasil Penelitian dengan Metode PQ4R yang Relevan

Metode PQ4R merupakan metode belajar yang telah lama dikembangkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan seperti penelitian yang pernah dilakukan Ross dan


(43)

Divesta (1976) serta Dansereau (1985) diketahui bahwa pembelajaran dengan penggunaan strategi elaborasi melalui metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, dan Review), memperlihatkan pembelajaran sebagai proses penambahan rincian pada skema yang telah ada di otak untuk membuat informasi baru agar mudah diingat atau dipelajari, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna.

Selain hasil penelitian di atas Ahmad Sulhan salah satu dosen tetap Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Strategi Elaborasi Melalui Metode PQ4R Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri 15 Mataram”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Strategi Elaborasi melalui Metode PQ4R, untuk mengetahui apakah subyek mengalami peningkatan prestasi belajar terutama peningkatan pada fokus yang harus dicapai. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus dimana hasilnya ialah sebagai berikut (Sulhan, 2006):

1. Siklus I

Hasil tes tindakan 1 menunjukkan: (1) delapan subyek berkemampuan tinggi mengalami peningkatan dengan kisaran 86-95; (2) delapan subyek berkemampuan sedang mengalami peningkatan dengan kisaran 75-85; dan (3) empat subyek berkemampuan rendah mengalami peningkatan dengan kisaran 54-68. Berdasarkan hasil tes tindakan 1 di atas, dapat diidentifikasi peningkatan prestasi belajar subyek terutama pada fokus peningkatan yang harus dicapai subyek sebagaimana yang telah ditetapkan berdasarkan hasil refleksi terhadap tes prasyarat. Bahwa


(44)

terdapat peningkatan skor rata-rata subyek dari 71,75 pada tes prasyarat, meningkat menjadi 79,99 pada tes tindakan 1. Semua subyek mengalami peningkatan pada tindakan 1 dari kisaran peningkatan 2 hingga 20 poin, kecuali hanya 1 subyek (DACN) yang tidak mengalami peningkatan sama sekali.

2. Siklus II

Berdasarkan hasil tes tindakan 2 di atas, dapat diidentifikasi bahwa peningkatan prestasi belajar subyek terutama pada fokus peningkatan yang harus dicapai subyek sebagaimana yang telah ditetapkan. Bahwa skor rata-rata subyek dari 79,99 pada tes tindakan1, meningkat menjadi 83,15 pada tes tindakan 2. Semua subyek mengalami peningkatan pada tindakan 2 dari kisaran peningkatan 1 hingga 11 poin, kecuali 1 subyek (DW) yang tidak mengalami peningkatan.

3. Siklus III

Setelah pemberian tindakan 3, maka diberikan tes tindakan 3 untuk mengetahui subyek mencapai peningkatan prestasi belajar terutama pada fokus peningkatan yang telah ditetapkan, yaitu: (1) lima belas subyek berkemampuan tinggi mengalami peningkatan dengan kisaran 86-97; (2) lima subyek berkemampuan sedang mengalami peningkatan dengan kisaran 72-82 ; dan (3) tidak terdapat subyek yang berkemampuan rendah.

Berdasarkan hasil tes tindakan 3 di atas, dapat diidentifikasi bahwa peningkatan prestasi belajar subyek terutama pada fokus peningkatan yang harus dicapai subyek sebagaimana yang telah ditetapkan. Bahwa skor rata-rata subyek dari 83,15 pada tes tindakan 2, meningkat menjadi 87,2 pada tes tindakan 3. Semua subyek mengalami peningkatan pada tindakan 3 dari


(45)

kisaran peningkatan 1 hingga 9 poin. Semua subyek mengalami peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan Strategi Elaborasi melalui Metode PQ4R pada siklus ini dengan skor rata-rata 87,2 (berkemampuan tinggi). Maka diputuskan pemberian tindakan tidak dilanjutkan ke tindakan berikutnya.

Berdasarkan analisis dan refleksi terhadap hasil tes prasyarat, tindakan 1, tindakan 2, dan tindakan 3, dapat disimpulkan bahwa: skor rata-rata subyek mengalami peningkatan yang berarti, mulai dari 71,75 (kategori kemampuan sedang) pada kemampuan prasyarat, meningkat menjadi 79,99 (berprestasi sedang) pada tindakan 1, meningkat lagi menjadi 83,15 (berprestasi sedang) pada tindakan 2, dan meningkat lagi menjadi 87,2 (berprestasi tinggi) pada tindakan 3. Hal ini berarti bahwa setelah tindakan 3, semua subyek (tanpa terkecuali) mengalami peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan Strategi Elaborasi melalui Metode PQ4R dengan skor rata-rata 87,2 (berkemampuan tinggi).

G. Materi Sistem Pencernaan Manusia

Karakteristik dari materi sistem pencernaan manusia ialah sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.

2. Kompetensi Dasar : 1.4 Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.


(46)

3. Indikator : a. Kognitif : 1) Kognitif Produk

a) Mengklasifikasikan dan menjelaskan makanan berdasarkan fungsinya.

b) Mendeskripsikan proses pencernaan dalam tubuh manusia.

c) Menjelaskan kaitan hubungan antara kerusakan organ pencernaan dengan penyakit yang diakibatkan.

2) Kognitif Proses

a) Mendiskusikan penyusunan pertanyaan terkait sistem pencernaan. b) Mengidentifikasi jawaban yang tepat atas pertanyaan yang telah

disusun.

c) Mengkomunikasikan informasi yang dicari terkait sistem pencernaan.

b. Afektif : 1) Afektif Karakter

a) Keseriusan dalam berdiskusi, menyusun, dan menjawab pertanyaan.

b) Kemandirian dalam menyusun pertanyaan dan mencari informasi belajar terkait sistem pencernaan.

2) Afektif Sosial

a) Menghargai dalam memberikan pendapat, pertanyaan, dan berdiskusi.


(47)

c) Terbuka pada satu dengan lainnya dalam memberikan pertanyaan dan jawaban.

c. Psikomotorik

1) Aktif dalam mengajukan pertanyaan tertulis dan lisan.

2) Aktif dalam mengobservasi bacaan terkait sistem pencernaan. 3) Aktif dalam menjawab pertanyaan yang telah disusun.

4) Aktif dalam melakukan refleksi mandiri dan terbimbing. 5) Aktif dalam menyusun kesimpulan belajar.

6) Aktif dalam diskusi kelompok.

4. Tujuan :

a. Kognitif : 1) Kognitif Produk

a) Siswa mampu mengklasifikasikan dan menjelaskan makanan berdasarkan fungsinya.

b) Siswa mampu mendeskripsikan proses pencernaan dalam tubuh manusia.

c) Siswa mampu menjelaskan kaitan hubungan antara kerusakan organ pencernaan dengan penyakit yang diakibatkan.

2) Kognitif Proses

a) Melalui diskusi yang dirancang guru siswa mampu menyusun pertanyaan terkait sistem pencernaan.

b) Melalui sumber belajar seperti buku dan LKS siswa mampu mengidentifikasi jawaban yang tepat atas pertanyaan yang telah disusun.


(48)

c) Melalui kelompok siswa mampu mencari sumber informasi tertulis terkait sistem pencernaan dan mengkomunikasikannya. b. Afektif :

1) Afektif Karakter

a) Siswa mampu serius dalam berdiskusi, menyusun, dan menjawab pertanyaan.

b) Siswa mampu mandiri dalam menyusun pertanyaan dan mencari informasi belajar terkait sistem pencernaan Siswa mampu bekerja sama dalam berdiskusi dan mengerjakan tugas.

2) Afektif Sosial

a) Siswa mampu menghargai dalam memberikan pendapat, pertanyaan, dan berdiskusi.

b) Siswa mampu bekerja sama dalam berdiskusi dan mengerjakan tugas.

c) Siswa mampu terbuka pada satu dengan lainnya dalam memberikan pertanyaan dan jawaban.

c. Psikomotorik

1) Siswa mampu aktif dalam mengajukan pertanyaan tertulis dan lisan. 2) Siswa mampu aktif dalam mengobservasi bacaan terkait sistem

pencernaan.

3) Siswa mampu aktif dalam menjawab pertanyaan yang telah disusun. 4) Siswa mampu aktif dalam melakukan refleksi mandiri dan

terbimbing.

5) Siswa mampu aktif dalam menyusun kesimpulan belajar. 6) Siswa mampu aktif dalam diskusi kelompok.


(49)

5. Materi sistem pencernaan

Materi sistem pencernaan manusia dikelompokkan dalam tiga subbab yaitu:

a. Makanan dan fungsinya b. Organ-organ pencernaan

c. Gangguan pada sistem pencernaan

Pada dasarnya sistem pencernaan merupakan proses yang melibatkan perubahan struktur makanan dari yang berukuran besar dan kompleks menjadi suatu unsur yang lebih sederhana dan berukuran kecil sehingga dapat difungsikan oleh sel dalam tubuh untuk melakukan metabolisme tubuh. Berdasarkan proses ini maka seperti subbab di atas dapat dikatakan bahwa pencernaan melibatkan suatu komponen besar yang dikenal sebagai makanan. Berdasarkan fungsinya makanan dapat dibagi menjadi makanan yang berkarbohidrat, berlemak, berprotein, dan bervitamin-bermineral. Makanan yang berkarbohidrat memiliki fungsi utama sebagai sumber energi utama, makanan yang berlemak berfungsi sebagai sumber energi sampai penyusun membran sel, protein berperan dalam membangun sel dalam tubuh, vitamin berperan dalam membantu kelancaran proses-proses di dalam tubuh, dan mineral berperan dalam pembentukan struktur tubuh (Karim, 2008).

Makanan yang telah diketahui fungsinya ini kemudian dicerna dalam sistem organ tubuh manusia yang dikenal dengan sistem pencernaan. Sistem pencernaan meliputi beberapa organ pencernaan seperti (Campbell, 2007);


(50)

a. mulut, yang berperan sebagai organ pertama pencernaan dalam membantu proses pencernaan secara kimiawi dan mekanik;

b. kerongkongan, berfungsi sebagai saluran pencernaan yang menghubungkan mulut dan lambung. Organ ini mengalami gerakkan peristaltik untuk mendorong makanan (bolus) ke lambung;

c. lambung, bolus atau makanan yang telah halus ini kemudian mengalami pencernaan secara mekanik dan kimiawi yang melibatkan berbagai enzim dalam mengubah makanan yang mengandung protein dan lemak menjadi bagian yang lebih sederhana;

d. usus halus, merupakan tempat dimana sari-sari makanan mulai diserap tubuh untuk memperoleh manfaat dari makanan tersebut;

e. usus besar, merupakan organ yang berperan dalam mengatur penyerapan air pada feses (hasil akhir pencernaan) disini juga terdapat bakteri E.coli yang berperan dalam membusukan feses sehingga feses yang dihasilkan lebih mudah dikeluarkan;

f. rektum, merupakan organ pembuangan terakhir;

g. kelenjar pencernaan lain meliputi pankreas yang berperan dalam menghasilkan enzim pencernaan dan hati berperan dalam menghasilkan cairan empedu yang mengandung garam empedu (berperan sebagai deterjen dalam membantu pencernaan dan penyerapan lemak) dan pigmen (bilirubin dan biliverdin) yang dikeluarkan bersama feses.

Melalui organ-organ tersebut di atas makanan dicerna, diserap tubuh dan menghasilkan energi. Dalam menjalankan tugasnya sistem organ pencernaan dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit pada organ tubuh. Rasa sakit ini dapat terjadi karena kesalahan


(51)

manusia dalam menjaga kesehatan organ pencernaan maupun karena ketidaksengajaan seperti keracunan. Penyakit-penyakit dalam sistem pencernaan ialah sebagai berikut (Krisno, 2008);

a. maag merupakan penyakit yang menyerang organ pencernaan, yaitu lambung. Produksi asam lambung berlebih disertai keluarnya gas pada reaksi pencernaan menyebabkan rasa mual, perih, dan kembung. Maag dipicu oleh pola makan yang kurang teratur, faktor keturunan, dan faktor psikologis;

b. diare disebabkan oleh bakteri yang menyerang saluran cerna. Bakteri tersebut menyebabkan perdarahan pada saluran cerna disertai feses yang cair;

c. muntaber disebabkan oleh kuman patogen, misalnya Vibrio cholerae. Kuman tersebut menimbulkan muntah serta berak yang berlebih dan tidak teratur. Feses yang cair disebabkan oleh sistem penyerapan air pada usus besar kurang sempurna akibat infeksi, sehingga air ikut keluar bersama feses;

d. kholik usus, pada kondisi tertentu usus dapat mengalami kejang, akibatnya perut terasa mulas sekali dan kejang. Sering pula terjadi pada bayi. Penyebabnya beragam, ada yang disebabkan karena menangis tiada henti, faktor keturunan, dan hawa dingin yang menyengat;

e. konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang


(52)

cukup hebat disebut juga dengan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.

Adapun penyakit yang terkait dengan pola makan antara lain sebagai berikut (Krisno, 2008);

a. asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Tubuh menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15%. Asam urat merupakan hasil metabolisme makanan yang mengandung purin, contohnya emping, kacang-kacangan, jeroan, ikan, kopi, dan cokelat. Pencegahannya adalah dengan diet rendah purin;

b. hiperkolesterolemia berarti kadar kolesterol terlalu tinggi dalam darah.

Hiperkolesterolemia dapat diatasi dengan diet rendah kolesterol. Kolesterol banyak terdapat pada daging, ikan, telur, dan jeroan.

H. Kerangka Berpikir

Hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan dapat ditingkatkan dengan bantuan strategi elaborasi melalui metode PQ4R. Penerapan strategi elaborasi melalui metode PQ4R sesuai pada materi sistem pencernaan dikarenakan standar kompetensi yang ingin dicapai pada pembahasan materi ini adalah “Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia” sedangkan, kompetensi dasar yang diharapkan dari pengajaran materi ini ialah “Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia danhubungannya dengan


(53)

kesehatan”. Berdasarkan SK dan KD yang dituntut pada materi ini dapat disimpulkan materi sistem pencernaan merupakan materi yang bersifat deklaratif yang berupa konsep-konsep, definisi, dan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk melengkapi dan meningkatkan pemahaman dari materi sistem pencernaan dibutuhkan peningkatan kemampuan daya ingat siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan yang jarang membaca dan bertanya. Berdasarkan kesamaan antara tuntutan yang diharapkan dalam pembelajaran pada materi sistem pencernaan untuk kelas VIII dengan kelebihan dari penerapan metode PQ4R dapat maka metode PQ4R cocok untuk diterapkan dalam membantu siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan untuk belajar.

I. Hipotesis

Metode PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem pencernaan.


(54)

37 BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian berdasarkan fungsinya yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Partisipan, dimana peneliti akan terlibat dalam penelitian sejak awal. Peneliti mendiagnosis keadaan dan melihat kesenjangan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan, kemudian peneliti akan merumuskan rencana tindakan dan melibatkan diri secara penuh dalam melaksanakan rencana tersebut. Peneliti juga akan memantau dan melaporkan hasil penelitiannya.

B. Setting Penelitian

1. Sampel penelitian

Sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII B yang mempunyai jumlah siswa 37 anak yang terdiri dari 24 siswa putra dan 13 siswa putri. Dimana kelas VIII B ini memiliki karakteristik;

a. siswa yang memiliki nilai keaktifan rata-rata cukup baik;

b. memiliki tingkat ketertarikan terhadap kegiatan untuk membaca mengenai materi IPA-Biologi yang rendah berdasarkan hasil analisis angket observasi yang menunjukkan alasan “kesenangan siswa-siswi terhadap Biologi karena bacaan Biologi menarik” hanya mencapai 9 % dan ini merupakan data yang berasal dari kelas VII B (sebanyak 6 siswa);


(55)

c. berdasarkan taraf intensitas membaca materi biologi siswa-siswi Kelas VII SMP Kanisius Kalasan memiliki keaktifan membaca yang baik karena tingkat sering membaca mencapai 53%, walaupun tingkat sangat sering hanya 0%. Tingkat membaca terendah (Pernah tapi jarang) terdapat pada kelas VII B dengan total 17 orang dan “sering” 9 orang; d. memiliki tingkat intensitas bertanya yang kurang, hal ini tampak dari

tingkat intensitas sering bertanya mencapai 73% dan 3% dari data ini berasal dari siswa-siswi kelas VII B.

2. Tempat dan waktu penelitian a. Tempat Penelitian

SMP Kanisius Kalasan, Sleman, Yogyakarta b. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 5 bulan dengan rincian sebagai berikut;

- terdiri dari satu bulan (1 April 2012-30 April 2012) untuk penentuan tempat observasi, komunikasi dengan guru pengampu pelajaran Biologi, dan pengiriman surat observasi;

- dua minggu untuk observasi kelas dan observasi tertulis (tanggal 21 Mei 2012- 4 Juni 2012);

- dua minggu untuk penelitian tindakan kelas (17 September 2012-1 Oktober 2012).

C. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas gabungan Sanford dan Kemmis yang dikembangkan oleh Direktorat Ditjen Dikti Depdiknas. Sehingga diperoleh batasan penelitian tindakan


(56)

sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang siklis dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi Depdiknas (Taniredja, 2010).

Berdasarkan siklus di bawah ini dapat dikatakan bahwa model Sanford dan Kemmis terdiri atas tindakan berulang yang dimulai dari perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan.

Gambar 3.1 Model Gabungan Sanford dan Kemmis Adaptasi Depdiknas, 1999

Pada penelitian ini pelaksanaan model Sanford dan Kemmis dilaksanakan dengan cara:

1. Siklus I:

a. Perencanaan tindakan

Pada awal penelitian ini dilakukan observasi secara tertulis, observasi kelas, dan juga wawancara pada guru mata pelajaran untuk


(57)

memperoleh informasi rinci mengenai permasalahan pada pelajaran Biologi (IPA) pada SMP Kanisius Kalasan. Setelah menemukan permasalahan pada pembelajaran Biologi (IPA), maka disusun sebuah pemecahan masalah yang memanfaatkan suatu metode dalam mengajar, dalam hal ini metode PQ4R. Setelah itu tahap perencanaan akhir meliputi menyusun silabus, RPP, materi terkait, rancangan kegiatan pembelajaran, instrument pembelajaran, instrument penilaian, soal, dan rubrik penilaian.

b. Penerapan tindakan

Proses penerapan tindakan meliputi;

- penjelasan guru mengenai metode PQ4R dan bagaimana pelaksanaan metode PQ4R;

- pemberian pre-test;

- pemaparan materi pencernaan secara umum dan materi makanan dan fungsinya (tahap preview);

- pengelompokkan siswa yang terdiri atas 5 sampai 6 siswa dan siswa diminta untuk membaca dan membuat pertanyaan (tahap reading dan tahap questioning);

- pembagian LKS 1;

- pengarahan mengambil kesimpulan dan refleksi I(tahap recite dan reflect);

- diskusi pertanyaan-jawaban pada pertemuan I (LKS I) (tahap review);

- pengarahan mengambil kesimpulan dan refleksi II; - pembagian LKS 2 sebagai tugas rumah.


(58)

c. Observasi dan evaluasi

Observasi meliputi pengamatan proses pembelajaran yang akan mengacu pada taraf keberhasilan penggunaan metode dan perbaikan pelaksanaan metode pembelajaran yang diterapkan pada tindakan siklus II. Tahap evaluasi meliputi hasil sintesis dari lembar observasi pembelajaran dari observer dan juga perbaikan dalam kegiatan belajar yang dilakukan.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah dilakukan pengamatan kegiatan proses belajar mengajar pada setiap pertemuan. Refleksi berkaitan hasil observasi dan juga hasil evaluasi yang telah dilakukan.

2. Siklus II

a. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan merupakan hasil kesimpulan dari hasil evaluasi dan merupakan perencanaan perbaikan pelaksanaan pembelajaran. Setelah itu tahap perencanaan akhir meliputi penyusunan RPP, materi terkait, rancangan kegiatan pembelajaran, instrument pembelajaran, instrument penilaian, soal, dan rubrik penilaian.

b. Penerapan tindakan

Meliputi beberapa hal seperti di bawah ini;

- salah satu siswa diminta untuk membaca secara ringkas materi terkait pencernaan pada siklus I dan organ pencernaan (tahap preview);

- siswa diminta untuk membaca materi organ pencernaan dan penyakitnya secara cepat (tahap reading);


(59)

- siswa secara mandiri menulis 3 pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut- pengerjaan LKS II (tahap questioning);

- siswa kemudian berkelompok setelah itu membaca LKS 3 yang berisi tugas rumah untuk mencari satu jenis penyakit pencernaan yang menarik untuk mereka;

- pada pertemuan kedua dari siklus kedua siswa diminta untuk mendikusikan tugas rumah mereka;

- siswa diminta untuk mencari informasi di internet terkait sistem pencernaan dan siswa diminta untuk merefleksikan bacaan tersebut dengan menuliskan pertanyaan dan jawaban atas bacaan yang disusun (tahap reflect);

- siswa diminta untuk membuat inti sari pembelajaran (tahap recite); - siswa diminta untuk membaca ulang apa yang telah menjadi inti sari

pembelajaran pada siklus II (tahap review). c. Observasi dan evaluasi

Observasi meliputi pengamatan proses pembelajaran yang akan mengacu pada taraf keberhasilan penggunaan metode dan perbaikan pelaksanaan metode pembelajaran yang akan menjadi saran pada penelitian ini. Saran akan berfungsi pada tindakan penelitian selanjutnya yang menggunakan metode yang sama. Evaluasi berupa hasil sintesis lembar observasi dan analisis dari hasil kegiatan belajar. d. Refleksi

Refleksi pada siklus II terkait proses belajar-mengajar yang berlangsung dan berfungsi dalam mengetahui kelebihan dan kelemahan


(60)

dalam pelaksanaan metode PQ4R dengan variasi mengajar yang berbeda.

D. Teknik Pengumpulan data

1. Pengumpulan data a. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi siswa dan guru pada saat pembelajaran dan setelah proses pembelajaran. Sumber data dari siswa yaitu berupa nilai pre-test dan post-test, hasil belajar (penilaian kognitif dan kekritisan), LKS sebagai penilaian kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyusun soal yang dibuat secara pribadi, lembar observasi untuk mengetahui perkembangan afektif dan psikomotorik siswa-siswi secara klasikal, dan angket penilaian metode PQ4R terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

b. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan data kualitatif berupa penilaian aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran dan kuantitatif hasil pre-test, post-test, penilaian hasil belajar kelompok dan mandiri (LKS), lembar observasi, dan lembar angket penilaian metode PQ4R terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

2. Cara pengambilan data

Pada penelitian tindakan kelas ini cara pengambilan data yang digunakan adalah:

a. Hasil belajar domain kognitif


(61)

b. Hasil belajar domain afektif

Pada penelitian ini domain afektif lebih ditekankan pada perkembangan kerja sama siswa, sikap terbuka siswa dalam memberikan pertanyaan dan jawaban, dan sikap menghargai pendapat satu dengan lainnya. Penilaian dilakukan berdasarkan hasil penilaian pada lembar observasi.

c. Hasil belajar domain psikomotorik

Dalam hal ini meliputi aktivitas motorik siswa terutama kemampuan motorik komunikasi siswa. Meliputi lembar observasi aktivitas siswa secara berkelompok dan pribadi dalam berdiskusi dan bertanya. Penilaian dilakukan berdasarkan hasil penilaian pada lembar observasi.

d. Kemampuan berpikir kritis

Meliputi penilaian yang diperoleh pada LKS, soal pre-test dan post-test. Pengumpulan hasil analisis soal pre-test dan post-test berperan dalam membantu untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab tiap tipe soal berbeda yang diberikan. Pengumpulan hasil analisis LKS yang berupa pertanyaan dan jawaban yang disusun siswa secara mandiri untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyusun pertanyaan (tipe pertanyaan yang sering diajukan siswa).

3. Cara analisis data

Data yang diperoleh dari proses dan hasil pembelajaran dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa angka hasil belajar siswa (meliputi penentuan rata-rata kelas, ketuntasan belajar


(62)

individual dan ketuntasan belajar secara klasikal dari hasil test). Data kualitatif berupa prosentase hasil observasi dan angket yang dideskripsikan dengan kata-kata.

Analisis data pada penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data dan penyimpulan (Tim peneliti proyek PGSM, 1999 dalam Muslich, 2010). Reduksi data adalah proses penyerderhanaan data yang diperoleh melalui pengamatan dengan cara memilih data sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dari pemilihan data tersebut, kemudian dipaparkan lebih sederhana menjadi paparan yang berurutan berupa paparan data dan akhirnya ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas. Langkah-langkah pengambilan data pada penelitian ini, ialah sebagai berikut:

a. Seleksi data

Dimaksudkan dapat diperoleh berbagai data yang benar-benar memenuhi syarat untuk dianalisis sehingga kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya tidak diragukan. Untuk menentukan masing-masing data yang memenuhi syarat;

- data yang masuk beridentitas lengkap dan jelas;

- data yang diperoleh dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan.

b. Pengoreksian data

Data yang diperoleh secara berurut dan difokuskan pada aspek; - kemampuan dalam membuat pertanyaan;


(63)

- kemampuan dalam menjawab pertanyaan yang dibuat (secara tertulis);

- kemampuan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan (secara lisan);

- kemampuan dalam berdiskusi.

c. Penilaian data berfungsi untuk mengetahui kualitas proses belajar mengajar secara kuantitatif.

d. Penyimpulan data berfungsi dalam membantu pendeskripsian data penelitian secara rinci dan singkat.

Analisis data dihitung dengan menggunakan perhitungan sederhana yang dibagi dalam beberapa penilaian, yaitu (Daryanto, 2011):

a. LKS, Pre-test dan Post-test

Data tentang nilai hasil belajar (kognitif) siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Nilai Akhir=Jumlah seluruh benar Jumlah soal ×100

Hasil penelitian dianalisis 3 kali yaitu analisis untuk menghitung rata-rata kelas, menentukan ketuntasan belajar secara individual dan menentukan ketuntasan belajar secara klasikal.

- Menentukan rata-rata kelas

Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas pada masing-masing siklus sebagai berikut:

X = ∑X N

Keterangan :


(64)

ΣX = Jumlah nilai seluruh siswa

N = Banyaknya siswa yang mengikuti test - Menentukan ketuntasan belajar secara individual

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan tiap indikator dan kompetensi dasar dari tes yang diujikan. Rumus yang digunakan deskriptif prosentase yang menggambarkan besarnya tingkat penguasaan materi yaitu:

TP = n

N × 100%

Keterangan:

TP = Prosentase penguasaan materi n = Skor yang diperoleh responden N = Skor maksimal

Dalam penelitian ini digunakan standar penguasaan 70% artinya siswa yang tingkat penguasaan materinya kurang dari 70% dikatakan belum tuntas.

- Menentukan ketuntasan belajar secara klasikal

Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebagai berikut:

P = ∑ x 100% Keterangan:

P = Nilai ketuntasan belajar

Σn1 = Jumlah siswa tuntas belajar secara klasikal n = Jumlah total siswa


(65)

b. Menentukan kekritisan siswa

Tingkat kekritisan siswa dihitung dengan rumus:

Nk = Jumlah Soal Betul x Nilai Tipe Soal Total Nilai Tipe Soal

Dengan ketentuan :

No Tipe Soal Lambang Tipe Soal Nilai Tipe Soal

1 Ingatan C1 10

2 Pemahaman C2 20

3 Aplikasi C3 30

4 Analisis C4 40

5 Sintesis C5 50

6 Evaluasi C6 60

Penentuan persentase kekritisan siswa dalam menyusun dan menjawab pertanyaan secara mandiri dihitung dengan ketentuan:

%C=

Keterangan:

C : tipe soal yang disusun (C1, C2, C3, C4, C5, dan C6)

c. Lembar observasi siswa (Daryanto, 2011)

- Lembar observasi berfungsi untuk mengetahui perkembangan aspek afektif dan psikomotorik siswa secara klasikal. Untuk menghitung lembar observasi pengolahan pembelajaran dengan metode PQ4R digunakan rumus berikut:

% = x 100% dengan,

X

=

( )


(66)

Keterangan:

% = Persentase lembar observasi X

=

Rerata

Σx = Jumlah rerata nilai pada setiap aspek P1 = Pengamat1

P2 = Pengamat 2 d. Lembar angket siswa

Lembar angket siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan persentase yang diperoleh dari penilaian siswa.

E. Instrument penelitian

1. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam PTK ini adalah Silabus, RPP, dan LKS.

2. Instrumen pengumpulan datanya berupa pre-test dan post-test, LKS, lembar observasi perkembangan belajar pada aspek afektif-psikomotorik, dan lembar angket siswa.

F. Indikator Pencapaian

Variabel Data Indikator Pencapaian

Aspek Kognitif Nilai pre-test dan post-test.

- 50% anak memperoleh nilai di atas 70 pada siklus I.

- 60% anak memperoleh nilai di atas 70 pada siklus II.

Aspek Afektif Lembar observasi secara klasikal

70 % rata-rata dari kelas, dengan kategori baik.

Aspek

Psikomotorik

Lembar observasi secara klasikal

70 % rata-rata dari kelas dengan kategori baik.

Aspek Kekritisan Pengerjaan pre-test, post-test, dan LKS

- 50% anak menperoleh nilai di atas 70 pada siklus I.

- 60% anak memperoleh nilai di atas 70 pada siklus II.


(67)

50 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Sebelum melakukan tindakan, siswa-siswi kelas VII dan kelas VIII pada tanggal 29 Mei 2012 sampai 4 Juni 2012, diminta untuk mengisi angket terkait penggunaan metode PQ4R dalam belajar. Hasil analisis angket menunjukkan beberapa hal seperti tingkat ketertarikan siswa-siswi terhadap kegiatan membaca (reading) mengenai materi IPA-Biologi masih rendah yaitu mencapai 91% pada kelas VII B.

Berdasarkan taraf intensitas membaca materi Biologi, siswa-siswi kelas VII SMP Kanisius Kalasan memiliki keaktifan membaca yang baik karena tingkat sering membaca mencapai 53%, walaupun tingkat sangat sering hanya 0%. Perbedaaan 6% pada tingkat “jarangnya membaca dan sering” menunjukkan siswa memiliki minat yang kurang untuk model belajar dengan membaca. Tingkat membaca terendah (pernah tapi jarang) terdapat pada kelas VII B dengan total 17 orang.

Tingkat intensitas bertanya mencapai 73% yang merupakan kategori “siswa-siswi pernah mengajukan pertanyaan namun jarang”. Dari data ini dapat dikatakan siswa-siswi masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan atas apa yang mereka baca. Terdapat 3% siswa-siswi yang tidak pernah mengajukan pertanyaan yang berasal dari kelas VII B.

Dalam proses belajar secara mandiri siswa-siswi Kelas VII B memiliki kecenderungan untuk belajar secara langsung dari guru. Hal ini terbukti dari


(68)

hasil pilihan siswa-siswi pada pilihan, “guru sebagai sumber informasi belajar” sebesar 22 orang (untuk kelas VII A; 19 orang, kelas VII C; 17 orang). Sedangkan untuk tingkat materi yang sulit pada pelajaran IPA-Biologi, menurut siswa-siswi kelas VIII yang telah menempuh mata pelajaran Biologi secara penuh ialah materi sistem peredaran darah (25% siswa-i memilih option ini) dan urutan kedua materi tersulit ialah materi sistem pencernaan sebanyak 21%. Ketidak-pahaman akan materi ini dikarenakan materi ini sulit dipahami siswa (62%). Hal ini terbukti dari hasil analisis data yang diperoleh dari 70 siswa-siswi kelas VIII SMP Kanisius Kalasan. Berdasarkan hasil angket tersebut maka penerapan metode PQ4R cocok digunakan sebagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kekritisan siswa-siswi kelas VII B yang akan naik ke kelas VIII B.

Pada tanggal 17 September 2012, sebelum dimulai siklus I dilakukan pre-test pada kelas VIII B untuk melihat bagaimana tingkat kognitif dan kekritisan siswa-siswi dalam menjawab suatu pertanyaan. Pre-test diberikan dalam wujud test objektif yang berjumlah 20 soal. Setiap soal memiliki tipe yang berbeda, dan hasil yang diperoleh ialah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pencapaian Nilai Kognitif dan Kekritisan Pre-test

No. Nilai

Frekuensi Kognitif

(siswa)

Frekuensi kekritisan (siswa)

1 diatas 81 2 6

2 70-80 9 8

3 59-69 12 12

4 48-58 7 6

5 dibawah 47 7 5

Berdasarkan data tabel di atas, dapat dikatakan bahwa tingkat kognitif siswa berada pada nilai minimal 70 terdapat 29,73% siswa, nilai ini belum


(1)

157


(2)

(3)

159

l. Latihan Membuat Pertanyaan Mandiri


(4)

(5)

161

n. Refleksi


(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan metode pembelajaran PQ4R (Preview, question, Read, Reflect, Review) dalam meningkatkan hasil belajar siswa :penelitian tindkan kelas di SMPN 3 Tangerang Selatan

2 36 231

Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dalam diskusi kelompok pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.

0 3 166

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta.

0 0 319

Meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan Sleman Yogyakarta pada materi ``Sistem Pencernaan Manusia`` melalui metode PQ4R.

2 2 181

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia.

0 1 241

Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dalam diskusi kelompok pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

0 1 164

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia

0 4 239

PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 JAWAI KABUPATEN SAMBAS SKRIPSI

0 0 27