Metode Penulisan Sistematika Penulisan

racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sangat banyak dan sangat sulit untuk dapat dikontrol secara tepat. Pada dasarnya lingkungan memang mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi limbah yang dibuang kedalamnya, namun kemampuaan tersebut pastilah sangat terbatas, apabila jumlah dan kualitas limbah yang dibuang kedalam lingkungan tersebut telah melampaui batas kemampuannya untuk mengabsorbsi maka dikatakanlah lingkungan itu tercemar. Merupakan suatu kenyataan bahwa setiap bagian lingkungan hidup sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap bagian lingkungan merupakan bagian dari suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan satu sama lain, membentuk satu kesatuan tempat hidup yang disebut lingkungan hidup. 17

F. Metode Penulisan

Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis melakukan penelitian hukum normatif dengan pendekatan yang bersifat kualitatif. Metode penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan. Dalam penelitian ini metode yuridis normatif yang dipergunakan terutama adalah yang menunjuk pada sumber yang telah disebutkan, yakni penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam berbagai perangkat peraturan perundang-undangan yang antara lain berupa : konvensi internasional, 17 Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum Lingkungan Internasional Perspektif Bisnis Internasional Bandung, Refika Aditama, 2002 , hal.1 Universitas Sumatera Utara konvensi-konvensi internasional dan juga peraturan perundang-undangan nasional. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan secara deskriptif analisa untuk menggambarkan secara menyeluruh berbagai fakta yang berkenaan terjadinya peristiwa pencemaran laut. Pengumpulan dan penggambaran fakta-fakta ini dianggap penting sebab ini merupakan bagian dari pengumpulan data-data informasi secara keseluruhan dalam suatu penelitian. Pengumpulan data informasi dilakukan melalui studi pustaka. Bahan-bahan yang dikumpulkan dibidang hukum dapat dibedakan sumber data dan informasi dari mana sumber data atau informasi itu diperoleh.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam beberapa bab, yang masing-masing bab diuraikan masalahnya sendiri. Akan tetapi tetap dalam satu kaitan yang saling menunjang dan tidak terlepas antara satu bab dengan yang lainnya. Sehingga secara sistematis ia akan menggambarkan keseluruhan isi yang akan menunjang tercapainya sasaran penulisan skripsi ini. BAB I : PENDAHULUAN Sebagaimana lazimnya sebuah skripsi, pada bab ini penulis memaparkan hal-hal yang bersifat umum serta hal-hal yang menyangkut teknis pelaksanaan untuk penyelesaian penulisan skripsi ini. Dalam hal ini di mulai dari mengemukakan latar Universitas Sumatera Utara belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, metode penulisan dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi. BAB II : DAMPAK PENCEMARAN LINTAS BATAS LINGKUNGAN LAUT AKIBAT TUMPAHAN MINYAK Pada bab ini penulis terlebih dahulu menjelaskan pengertian serta batasan pencemaran lingkungan laut yang kemudian dilanjutkan sejarah perkembangan hukum pencemaran laut yang bersifat lintas serta pengaruh dan dampak lingkungan yang disebabkan oleh minyak terhadap lingkungan laut. BAB III : PERTANGGUNGJAWABAN PTTEP AUSTRALIA TERHADAP PENCEMARAN LINTAS BATAS OLEH MINYAK DI LAUT TIMOR MENURUT HUKUM INTERNASIONAL Dalam bab ini diuraikan tentang bagaimana tanggung jawab suatu negara jika melakukan pencemaran yang merugikan lingkungan laut negara lain sesuai dengan hukum internasional yang berlaku. Universitas Sumatera Utara BAB IV : ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAN MEKANISME GANTI RUGI PENCEMARAN LINTAS BATAS DI LAUT TIMOR Bab ini membahas mengenai bagaimana bentuk penanganan terhadap percemaran yang telah terjadi di Laut Timor, bagaimana suatu negara menuntut ganti rugi dan bagaimana bentuk penyelesaian sengketanya. BAB V : PENUTUP Pada bab ini merupakan bagian akhir dari tulisan ini yang memuat kesimpulan yang merangkum keseluruhan dari pembahasan-pembahasan yang terdahulu, serta beberapa saran-saran untuk menyempurnakan pelaksanaan dari penyelesaian masalah pencemaran laut tersebut. Universitas Sumatera Utara BAB II DAMPAK PENCEMARAN LINTAS BATAS LINGKUNGAN LAUT AKIBAT TUMPAHAN MINYAK A. Pengertian Dan Batasan Pencemaran Lingkungan Laut Pada dasarnya laut secara alamiah mempunyai kemampuan untuk menetralisir zat pencemar yang masuk ke dalamnya, akan tetapi bila zat yang masuk tersebut melampaui batas kemampuan laut untuk menetralisir dan telah melampaui ambang batas, maka kondisi ini mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan laut. Undang-undang nomor 4 tahun 1982 pada pasal 1 ayat 7 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup memberikan pengertian yang lebih konkrit dan luas mengenai pencemaran lingkungan yaitu : “Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.” 18 Menurut Munadjat Danusaputro yang dimaksud dengan pencemaran Pollution itu adalah suatu keadaan, dalam mana suatu zat danatau energi diintroduksikan ke dalam suatu lingkungan oleh proses alam sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam 18 Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 Ayat 7. Universitas Sumatera Utara keadaan termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan comfort dan keselamatan hayati. 19 Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup memberikan pengertian pencemaran secara umum sebagai berikut : “Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,zat atau komponen lainnya kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya” 20 Pengertian dari pencemaran lingkungan, pada prinsipnya sama dengan pengertian dari pencemaran laut. Karena laut adalah juga merupakan bagian integral lingkungan hidup. Oleh sebab itu apabila disebut pencemaran laut maka hal tersebut berarti pencemaran lingkungan, dalam hal ini pencemaran lingkungan laut. Adapun yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan laut, terdapat beberapa batasan yang menarik dikemukakan. Disebut menarik karena terdapat perbedaan terhadap pengertian pencemaran laut itu sendiri. Menurut sidang para menteri OECD Organization for Economic Coorporation and Development, 13-14 November 1874 pencemaran laut yaitu : 19 Munadjad Danusaputro, Hukum Pencemaran Dan Usaha Merintis Pola Pembangunan Hukum Oencemaran Nusantara Bandung, Litera, 1979, hal.92 20 Lihat Pasal 1 ayat 2 UU No.23 Tahun 1997 Universitas Sumatera Utara “Pollution is introduction by man directly or indirectly of substansces or energy in to the environtment, resulting in deleterious effects of such a nature as to endangerous human health, harm living resources and ecosystem and impair or interfere with aminities and other legitimate of the environment.” 21 Berdasarkan pengertian ini, pencemaran laut terjadi apabila dimasukkannya oleh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, sesuatu benda, zat atau energi ke dalam lingkungan laut, sehingga menimbulkan akibat sedemikian rupa kepada alam dan membahayakan kesehatan serta kehidupan manusia dan ekosistem serta merugikan lingkungan yang baik dan fungsi laut sebagaimana mestinya. Sementara menurut IMCO Inter Govermental Maritime Consultative Organization, memberikan batasan pencemaran laut sebagai berikut : “Marine pollution has been defined as the “introduction by man, directly or indirectly of substances or energy into the maritime environment including estuaries hazard to human health. Hindrance to marine activities, including fishing, impairment quality of sea water and reduction of aminities.” Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja berpendapat, bahwa pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung maupun tidak bahan atau energi ke dalam laut termasuk muara sungai yang menghasilkan akibat buruk terhadap kekayaan hayati kesehatan manusia, sehingga mengganggu kegiatan di laut termasuk perikanan dan lain-lain, penggunaan laut yang wajar serta pemburukan kualitas air laut dan kualitas tempat pemukiman dan rekreasi. 22 21 Munadjad Danusaputro, Op.Cit., hal. 9 22 Mochtar Kusumaadmadja, Pencemaran Laut dan Pengaturan Hukumnya Bandung, Padjajaran, 1983, hal.8 Universitas Sumatera Utara Apabila diperhatikan pendapat diatas, maka akan terlihat adanya kesatuan pandangan mengenai penyebab umum pencemaran laut. Penyebab timbulnya keadaan tersebut adalah karena perbuatan manusia. Sedangkan segala aktifitas alam seperti letusan gunung, gempa, erosi dan sebagainya tidak disebut sebagai faktor yang dapat mencemarkan laut. Pengertian pencemaran laut yang cukup luas dikemukakan oleh Group of Export on Scientific Aspect of Marine GESAM 23 dalam rangka persiapan konferensi PBB mengenai lingkungan hidup manusia, yang mengemukakan sebagai berikut : “The introduction by man, directly or indirectly, of substences or energy in to the marine environment including estuaries resulting in such deleterious or harm to living resources, hazard to human health, hindrance to marine activities, including fishing, impairment of quality or use of water, and reduction of aminities.” 24 dimasukkannya oleh manusia, secara langsung ataupun tidak langsung bahan-bahan atau energi kedalam lingkungan laut termasuk kuala yang mengakibatkan dampak kerugian sedemikian rupa terhadap kekayaan hayati, bahaya terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan, pemburukan kualitas atau penggunaan air laut dan pengurangan kenyamanan. Pengertian yang diberikan GESAM merupakan pengertian laut yang diakibatkan oleh aktifitas manusia introduction by man yang menyebabkan akibat yang tidak diharapkan pada lingkungan laut berupa bahay terhadap sumber daya hayati, kesehatan manusia, menghalangi aktifitas di laut, menurunnya kualitas air laut dan mengurangi kegiatan rekreasi laut. 23 GESAMP Group of on Scientific Aspects of Marine Pollution yang dibentuk dari IMCO, FAO, UNECO dan WMO dan bertugas untuk memberikan nasihat kepada Dewan Sponsor. 24 UNESCO doc : scMD19, 1 Juni 1970 pada annex IV, hal. 12, sebagaimana dikutip Juarir Sumardi, Op.cit, hal.27 Universitas Sumatera Utara Salah satu defenisi pencemaran laut yang cukup jelas dan maju terdapat pada konvensi hukum laut PBB tahun 1982, pada pasal 1 ayat 4 disebutkan : “Pollution of the marine environment means the introduction by man, directly or indirectly, of substances or energy in to the marine environment, including estuaries, wich results or is likely to result in such deleterious effect as to human health, hindrance to marine activities, including fishing and other legitimate use of the sea, impairment of quality use of sea water and reduction of aminities” pencemaran lingkungan laut berarti dimasukkannya oleh manusia secara langsung atau tidak langsung bahan atau energi kedalam lingkungan laut, termasuk kuala, yang mengakibatkan atau mungkin membawa akibat buruk sedemikian rupa seperti kerusakan pada kekayaan hayati laut, bahaya bagi kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk penangkapan ikan dan penggunaan laut yang sah lainna, menurunnya kualitas kegunaan air laut dan pengurangan kenyamanan Atas dasar pengertian di atas, maka ada tiga butir pokok mengenai batasan pengertian pencemaran laut. Pertama, pencemaran laut dapat terjadi karena perbuatan manusia baik sengaja maupun tidak sengaja, langsung maupun tidak langsung. Kedua, pencemaran laut dapat juga terjadi akibat aktivitas atau proses alam itu sendiri. Ketiga, baru dapat disebut pencemaran laut, apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan laut sehingga mengganggu fungsi laut sebagai sumber kehidupan manusia dan lingkungannya. Perkembangan lain dalam pengertian pencemaran adalah digunakannya istilah transnasional. Istilah ini pertama sekali digunakan oleh Myres Mac. Dougal dan lebih lanjut dipopulerkan oleh Philip C.Jessup. Di Indonesia istilah ini pertama sekali diperkenalkan oleh Sunaryati Hartono dalam disertasi Beliau yang berjudul “Beberapa Masalah Transnasional Dalam Penanaman Modal Asing di Indonesia” tahun 1972. Universitas Sumatera Utara Penggunaan istilah transnasional kedalam pencemaran lingkungan selaras dengan perkembangan yang menunjukkan adanya perubahan masal dari masalah nasional menuju kearah permasalahan internasional. Dengan demikian pada pencemaran transnasional, penanggulangannya tidak hanya didasarkan secara apriori melalui penanganan nasional semata, melainkan harus mempertimbangkan aspek-aspek internasional dari pencemaran tersebut. Oleh karena itu, adanya kerjasama antara negara terutama negara tetangga mutlak diperlukan. Sehubungan dengan pencemaran laut, maka Pencemaran Laut Transnasional dapat diartikan dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun tidak langsung bahan atau energi ke dalam lingkungan laut, termasuk kuala, secara sedemikian rupa sehingga mengakibatkan atau mungkin membawa akibat buruk berupa kerusakan pada kekayaan hayati laut, bahaya bagi kesehatan manusia, gangguan terhadap penggunaan laut yang sah lainnya, menurunnya kualitas kegunaan air laut dan pengurangan rasa kenyamanan yang akibatnya tidak saja dirasakan di negara tempat terjadinya pencemaran tetapi juga dirasakan di wilayah yang berada di luar yurisdiksi negara tempat terjadinya pencemaran. Dari beberapa zat pencemar yang didentifikasi dan diklasifikasikan sebagai zat pencemar, minyak bumi merupakan zat pencemar yang paling dominan dalam pencemaran laut. Bertambah besarnya ukuran kapal, bobot, kecepatan dan jumlah yang beroperasi di lautan, ditambah lagi dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak lepas pantai, tidak saja meningkatkan jumlah dan sumber pencemaran lingkungan laut, tetapi juga mengancam kelestarian lingkungan laut. Universitas Sumatera Utara Selama ini tumpahan minyak di laut terus menerus meningkat dalam jumlah dan frekuensinya, sehingga mengakibatkan kerusakan terhadap sejumlah besar wilayah pesisir dan laut. Beberapa kejadian yang telah menimbulkan tumpahan minyak di laut dan memerlukan biaya pembersihan yang cukup besar antara lain adalah kecelakaan kapal Torrey Canyon di sekitar English Channel, ledakan sumur minyak di Santa Barbara, California AS, tenggelamnya kapal Metula di Selat Magellan, tumpahan minyak di Teluk Chesapeake, Virginia AS, tumpahan minyak yang berasal dari Argo Merchant, di sekitar Nantucket, Massachusetts AS, tenggelamnya kapal Amoco Cadiz di sekitar pantai Brittany, Perancis, peristiwa Exxon Valdez di Alaska AS. Tumpahan minyak yang berasal dari kapal juga banyak terjadi di perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Sebagian besar tumpahan minyak ini berasal dari tanker. Antara tahun 1990-1999, rata-rata tumpahan minyak ke laut menunjukkan persentase sebagai berikut 25 1. Natural seeps : 47 2. Consumption activities land-based run-off, non tanker operational releases and spills : 33 3. Tanker spills : 8 4. Other atmospheric deposition and jettisoned aircraft fuel : 5 25 National Research Council, Oil in The Sea III: Inputs, Fates and Effects, National Academies Press, Washington D.C.,2003, sebagaimana dikutip dalam Action Againts Oil Pollution, IPIECA 2005. Universitas Sumatera Utara 5. Transportation cargo washings, coastal facility and pipeline spills : 4 6. Extraction platforms and produced water : 3 Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi kelautan yang dicapai dewasa ini, mengakibatkan pemanfaatan laut tidak hanya terbatas pada usaha-usaha di bidang perikanan dan pelayaran saja, tetapi juga sebagai sumber kekayaan alam khususnya minyak dan gas bumi yang dapat dikuasai dengan teknologi instalasi dan bangunan lepas pantai. 26 Teknologi instansi sangat terasa manfaatnya bagi industri minyak lepas pantai yang dapat beroperasi pada bagian-bagian laut yang makin dalam. 27 Kekhawatiran semakin berkurangnya kekayaan alam telah menyebabkan peningkatan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi secara ekstensif dan hingga mencapai bagian laut dalam yang hanya dapat dilakukan dengan teknologi canggih. Karena teknologi instalasi bangunan lepas pantai semakin maju, maka semakin meningkat pula kegiatan ekonomi dan penggunaan laut lainnya, seperti pembangunan dan penggunaan instalasi lepas pantai bagi keperluan eksplorasi dan eksploitasi. 28 26 Mochtar Kusumaatmadja, Bunga Rampai Hukum Laut, Bandung, Binacipta, 1978, hal.174 27 Daud Silalahi, Pengaturan Hukum Lingkungan Laut Indonesia dan Beberapa Implikasinya Secara Regional, Suatu Disertasi Unibersitas Padjadjaran, Bandung, 1988, hal.315 28 Marcel Hendrapaty dkk,”Pengaturan Hukum Internasional Mengenai Pemindahan Instalasi Lepas Pantai Serta Implementasinya Di Indonesia” Ujung Pandang, Lembaga Penelitian Unhas, 1994, hal 1-2. Universitas Sumatera Utara Usaha eksplorasi dan eksploitasi sumber daya minyak dan gas melalui industri lepas pantai disadari ataupun tidak telah memberikan pengaruh terhadap tata lingkungan laut yang ada disekitarnya. Bocornya instalasi yang mengakibatkan minyak merembes ke luar lingkungan laut, tumpahnya minyak karena proses pengoperasian industri, serta kecelakaan-kecelakaan yang terjadi terhadap industri lepas pantai ini, telah membawa pengaruh pula bagi perkembangan hukum baik dalam skala global maupun nasional. 29

B. Sejarah Perkembangan Hukum Pencemaran Laut yang Bersifat Lintas

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Internasional Tentang Akibat Hukum Suksesi Negara Timor Leste Terhadap Negara Indonesia

36 251 84

Pencemaran Lintas Batas Akibat Kebakaran Hutan: Suatu Perspektif Dari Ekologi Dan Hukum Lingkungan Internasional

2 69 89

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN LAUT SELAT MALAKA DARI PENCEMARAN MINYAK LINTAS BATAS

1 11 19

PENGATURAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH AUSTRALIA TERHADAP PENCEMARAN LAUT LINTAS BATAS SEBAGAI AKIBAT SEABED OIL MINING YANG MERUGIKAN INDONESIA (STUDI KASUS PENCEMARAN LINTAS BATAS OLEH PT. T. EXPLORATION AND PRODUCTION AUSTRALASIA).

0 4 14

PENDAHULUAN PENGATURAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH AUSTRALIA TERHADAP PENCEMARAN LAUT LINTAS BATAS SEBAGAI AKIBAT SEABED OIL MINING YANG MERUGIKAN INDONESIA (STUDI KASUS PENCEMARAN LINTAS BATAS OLEH PT. T. EXPLORATION AND PRODUCTION AUSTRALASIA).

0 2 19

TANGGUNG JAWAB JEPANG TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT LINTAS BATAS AKIBAT BOCORNYA REAKTOR NUKLIR FUKUSHIMA PADA GEMPA DAN TSUNAMI JEPANG 2011 DALAM PERSPEKTIF HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL.

1 1 15

Pertanggungjawaban Indonesia Atas Pencemaran Lintas Batas Negara Akibat Kebakaran Hutan Dalam Perspektif Hukum Lingkungan Internasional.

0 0 19

TANGGUNG JAWAB AUSTRALIA ATAS PENCEMARAN LAUT OLEH MINYAK DARI KILANG MINYAK MONTARA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL.

0 0 2

Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Negara Terhadap Pencemaran Udara Lintas Batas Menurut Hukum Internasional ; Studi Kasus Asean.

0 0 1

Tinjauan Yuridis Atas Pencemaran di Laut Timor Berdasarkan Hukum Internasional

0 0 95