Hubungan Sikap Dengan Perilaku Karyawan Dalam Kelompok Pada Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN SIKAP DENGAN PERILAKU KARYAWAN DALAM KELOMPOK PADA KANTOR PERWAKILAN BKKBN PROVINSI

SUMATERA UTARA

OLEH:

BUKTI HARTONO SIJABAT 090521161

PROGRAM STUDI MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara sikap dengan perilaku para karyawan dalam kelompok pada kantor BKKBN Provinsi Sumatera Utara.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui kuisioner yang disebarkan kepada karyawan pada kantor BKKBN Provinsi Sumatera Utara sebanyak 86 orang. Data diproses dengan menggunakan SPSS 15.0 for windows. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan korelasi Rank Spearman.

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara sikap karyawan (keseluruhan) dengan perilaku karyawan dalam kelompok. Kata kunci : Sikap Karyawan, Perilaku Kelompok.


(3)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine how the relationship between attitudes to the behavior of employees in the BKKBN Provinsi Sumatera Utara office.

The data used in this study is the primary data and secondary data. Methods of collecting primary data through questionnaires distributed to the employees of BKKBN Provinsi Sumatera Utara office as many as 86 peoples. Data are processed using SPSS 15.0 for windows. The analytical method used is descriptive quantitative correlation by using spearman rank.

In the results showed that there is a positive relationship between employee attitudes (overall) with the behavior of employees in the group.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Sikap Dengan Perilaku Karyawan Dalam Kelompok pada Kantor BKKBN Provinsi Sumatera Utara”.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda M. Sijabat dan Ibunda B. Butar-Butar untuk segala doa, kasih sayang dan pengorbanannya yang selalu mendukung penulis.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, MSi., selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Dra. Siti Raha Agoes Salim, MSc., selaku Dosen Pembimbing 6. Ibu Dra.Friska Sipayung., MSi., selaku Pembaca Penilai.

7. Ayah dan Ibu tercinta serta adik-adikku Junardo, Ricardo, Bonar, Zippo yang banyak memberikan dukungan sehingga Skripsi ini terselesaikan dengan baik.


(5)

8. Bapak drg. Widwiono, M. Kes, selaku Kepala BKKBN Provinsi Sumatera Utara.

9. Bapak Drs. T.Lafalinda, MPHR, selaku Kasubag Hukum dan Kepegawaian BKKBN Provinsi Sumatera Utara.

10. Saudara Manuntun R. Manik, Amd, Sahabat saya yang membantu dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman seluruhnya yang telah banyak membantu dan memberikan semangat sehingga perkuliahanku terselesaikan dengan baik.

Semoga bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.

Medan, Agustus 2012 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1

1.2. Perumusan Masalah... 8

1.3. Tujuan Penelitian... 8

1.4. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1. Pengertian Sikap………... 10

2.1.2. Pengertian Perilaku Manusia………... 21

2.1.3. Pengertian Perilaku Kelompok ………... 21

2.1.4. Perilaku Individu dalam Organisasi ………... 23

2.1.5. Komponen Perilaku Manusia Dalam Organisasi……… 27

2.1.6. Bentuk-bentuk Kelompok………31

2.1.7. Variabel-Variabel Individual……….. 32

2.1.8. Hubunagan Antara Sikap Dengan Perilaku………. 33

2.2. Penelitian Terdahulu……….…... 34

2.3. Kerangka Konseptual…... 36

2.4. Hipotesis Penelitian………... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………... 40


(7)

3.3. Batasan Operasional……….. 40

3.4. Defenisi Operasional………... 41

3.5. Skala Pengukuran Variabel……… 43

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian………... 44

3.7. Jenis Data dan Sumber Data………... 47

3.8. Teknik Pengumpulan Data………. 48

3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas ……… 50

3.10. Metode Analisis Data ………... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan………... 58

4.2 Analisis Deskriptif Variabel……… 61

4.3 Metode Korelasi………... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan……… 87

5.2. Saran………... 88

DAFTAR PUSTAKA... 89


(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ...42

Tabel 3.2 Instrumen Skala Liket ...43

Tabel 3.3 Jumlah Sampel Terhadap Besarnya Populasi ……….45

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...62

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...62

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir...54

Tabel 4.4 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Dimensi Kognisi...64

Tabel 4.5 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Dimensi Afeksi ...66

Tabel 4.6 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Dimensi Perilaku... 69

Tabel 4.7 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Dimensi Perilaku kelompok... 61

Tabel 4.8 Hubungan sikap (keseluruhan) dengan perilaku kelompok... 74

Tabel 4.9 Hubungan Dimensi Kognisi dengan perilaku kelompok ...77

Tabel 4.10 Hubungan Dimensi Afeksi dengan perilakukelompok...79


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1 Hubungan Sikap Dengan Perilaku... ……90

Lampiran 2 Daftar Kuisioner………...92

Lampiran 3 Frekuensi Jawaban Responden dengan SPSS 15.0...96


(10)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara sikap dengan perilaku para karyawan dalam kelompok pada kantor BKKBN Provinsi Sumatera Utara.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui kuisioner yang disebarkan kepada karyawan pada kantor BKKBN Provinsi Sumatera Utara sebanyak 86 orang. Data diproses dengan menggunakan SPSS 15.0 for windows. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan korelasi Rank Spearman.

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara sikap karyawan (keseluruhan) dengan perilaku karyawan dalam kelompok. Kata kunci : Sikap Karyawan, Perilaku Kelompok.


(11)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine how the relationship between attitudes to the behavior of employees in the BKKBN Provinsi Sumatera Utara office.

The data used in this study is the primary data and secondary data. Methods of collecting primary data through questionnaires distributed to the employees of BKKBN Provinsi Sumatera Utara office as many as 86 peoples. Data are processed using SPSS 15.0 for windows. The analytical method used is descriptive quantitative correlation by using spearman rank.

In the results showed that there is a positive relationship between employee attitudes (overall) with the behavior of employees in the group.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Salah satu elemen penting dalam suatu organisasi adalah adanya sumber daya manusia yang mampu menggerakkan seluruh aktivitas guna pencapaian tujuan pada organisasi tersebut. Hal ini menandakan bahwa diperlukan adanya proses pengelolaan sumber daya manusia yang efektif di dalam suatu organisasi. Namun, masalah yang sering kali dihadapi adalah adanya faktor sikap dan perilaku karyawan yang tidak dapat dikendalikan dalam proses pengelolaan sumber daya manusia. Hal ini dapat dikarenakan organisasi yang menaunginya kurang mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku individu tersebut. Berawal dari ketidaksanggupan organisasi dalam mengendalikan karyawannya, tentu akan memunculkan masalah-masalah baru di dalam suatu organisasi.

Dalam manajemen, fungsi organisasi terutama dalam hal pengawasan, organisasi perlu memantau para pekerjanya terhadap sikap, dan hubungannya dengan perilaku. Dalam organisasi, sikap amatlah penting karena komponen perilakunya. Pada umumnya, penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsistensi diantara sikap mereka serta antara sikap dan perilaku mereka.

Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, sikap kerja berisi evaluasi positif atau negatif yang dimiliki oleh karyawan tentang aspek-aspek lapangan kerja


(13)

mereka, Ada tiga sikap yaitu, kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan, dan komitmen organisasional. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut. Keterlibatan pekerjaan , mengukur tingkat sampai mana individu secara psikologis memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai bentuk penghargaan diri. Karyawan yang mempunyai tingkat keterlibatan pekerjaan yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli dengan bidang pekerjaan yang mereka lakukan.

Tingkat keterlibatan pekerjaandan pemberian wewenang yang tinggi benar-benar berhubungan dengan kewargaan organisasional dan kinerja pekerjaan. Keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisosial yang tingi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut.

Manusia sebagai mahluk sosial senantiasa berinteraksi dengan sesamanya. Organisasi merupakan salah satu perwujudan dari kebutuhan manusia untuk berinterksi. Manusia tetarik dengan orang lain sehingga terjalin hubungan kerja dalam suatu kelompok yang mempunnyai dasar-dasar tertentu. Dasar-dasar tersebut merupakan suatu daya tarik bagi pembentukan suatu organisasi. Daya tarik tersebut adakalanya karena adanya kesempatan untuk berinteraksi, kesamaan status yang dipunyai masing-masing orang, kesamaan latar belakang, maupun kesamaan sikap. Beberapa kesamaan daya tarik tersebut menjadi alasan seseorang untuk berinterksi dengan orang lain.


(14)

Organisasi adalah sarana dalam pencapaian tujuan, yang merupakan wadah kegiatan dari orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai tujuan. Organisasi atau perusahaan harus mampu mengelola manajemennya untuk memenangkan persaingan pada era yang serba kompetitif supaya dapat bertahan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan perusahaan. Setiap perusahaan, baik yeng bergerak dibidang produksi, jasa maupun industry pada umumnya memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan. Supaya dapat mencapai tujuan itu, perusahaan memerlukan sistem manajemen efektif yang akan menunjang jalannnya operasi perusahaan secara terus-menerus dan tingkat efektivitas kerja karyawan juga perlu diperhatikan.

Karyawan adalah asset utama perusahaan yang menjadi pelaku yang aktif dari setiap aktivitas organisasi. Karyawan memiliki perasaan, pikiran, keinginan, status, dan latar belakang pendidikan, usia dan jenis kelamin yang berbeda, yang dibawa kedalam organisasi perusahaan. Karyawan bukanlah mesin, uang dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mencapai tujuan organisasi.

Perilaku manusia merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Ini berarti seorang individu dengan lingkungannya saling mempengaruhi dan dapat menentukan perilaku dari keduanya. Sebagai gambaran, misalnya: seorang mahasiswa yang sedang belajar di suatu perguruan tinggi, seorang karyawan sebuah bank yang melayani penabung, seorang supir taksi yang sedang mengantarkan penumpang atau seorang pedagang yang sedang menawarkan dagangannya. Mereka semuanya akan memiliki perilaku yang


(15)

berbeda satu sama lain, dan perilakunya ditentukan oleh masing-masing lingkungan tempat dimana mereka berada.

Beberapa orang bersifat pendiam dan pasif, sementara yang lainnya ceria dan agresif. Ketika kita menggambarkan orang dari segi karakteristiknya, bisa pendiam, pasif, ceria, agresif, ambisius, setia, atau suka bergaul, kita sedang mengkategorikan mereka dari segi sifat-sifat kepribadian. Karenanya kepribadian (personality) individu seseorang merupakan kombinasi sifat-sifat psikologis yang kita gunakan untuk mengklasifikasikan orang tersebut.

Prilaku organisasi hakikatnya mendasar pada ilmu perilaku itu sendiri yang dikembangkan dengan pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia di dalam suatu organisasi. Pendekatan perilaku dalam organisasi mempertaruhkan bahwa manusia dalam organisasi adalah suatu unsur yang sangat komplek, dan oleh karenanya adanya suatu kebutuhan pemahaman teori yang didukkung oleh riset yang empiris sangat diperlukan sebelum diterapkan dalam mengelolah manusia itu sendiri secara efektif. Sehingga karenanya pendekatan-pendekatan hubungan kerja kemanusiaan (human relation, psikologis industri, keteknikan industri (indusrial engineering) diperlukan sebagai satu-satunya hampiran (approach) untuk memahami dimensi manusia dalam organisasi. Sekarang ini pendekatan dari ilmu perilaku organisasi rupanya menggatikan mereka dan bisa diterima untuk memahami aspek-aspek manusia sebagai suatu dimensi dalam organisasi.

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu


(16)

yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.

Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan.

Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Bentuk kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan. Sedangkan pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.

Dari uraian diatas dapat terlihat jelas bahwa suatu perusahaan atau organisasi dapat tercapai tujuannya dikarenakan dari aktifitas orang-orang yang menjadi anggota atau karyawannya. Individu mencari konsistensi di antara sikap mereka serta antara sikap dan perilaku mereka. Ini berarti bahwa individu berusaha untuk menetapkan sikap yang berbeda serta meluruskan sikap dan perilaku mereka sehingga mereka terlihat rasional dan konsisten. (Robbins, 2009)


(17)

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang Kependudukan Keluarga Berencana di wilayah Propinsi Sumatera Utara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis Kependudukan dan Keluarga Berencana; 2. Fasilitasi Kependudukan dan Keluarga Berencana;

3. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan Kependudukan dan Keluarga Berencana;

4. Penyuluhan, sosialisasi dan internalisasi norma keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

5. Pengumpulan, pengolahan , penyajian data dan informasi permasalahan dan potensi Kependudukan dan Keluarga Berencana;

6. Penyelenggaraan kebijakan bina sosial dan bina fisik pemberdayaan masyarakat kelurahan;

7. Fasilitasi, pembinaan dan pengembangan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna;

8. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah. Sikap dan perilaku para karyawan di dalam kelompok pada kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara baik langsung maupun tidak langsung mendapat perhatian khusus dalam perusahaan dan memiliki pengaruh yang sangat penting dalam kinerja para


(18)

pegawai atau karyawannya. Sikap dan perilaku karyawan yang terlihat dan berlangsung di tempat kerja, sekaligus perilaku kemanusiaan dan perilaku organisasi mendapat perhatian secara saksama. Dari fenomena sikap kognitif yang dapat dilihat seperti pemahaman dari para karyawan dalam menjalankan instruksi atasan atau pimpinan, pengaplikasian perintah dan program kerja yang di tugaskan kepada semua karyawan dan juga kemampuan mengevaluasi kinerja masing-masing karyawan masih belum berjalan dengan optimal. Hal ini dapat dilihat dari masih seringnya terjadi kesalahan dalam menjalankan instruksi dalam tugas sehari-hari, dan juga masih ada karyawan yang belum sepenuhnya mengerti akan tugas dan tanggung jawab yang mereka emban seperti kurangnya disiplin waktu bekerja.

Demikian juga dari dimensi Afektif dan Perilaku menunjukkan fenomena-fenomena seperti sikap karyawan yang kurang hangat dalam menyapa baik sesama karyawan maupun dengan pihak luar atau tamu, masih ada karyawan yang berperilaku apatis dalam melayani tamu atau pihak dari luar perusahaan, ,dan bahkan masih ada perilaku permusuhan yang terjadi di antara para karyaan itu sendiri. Tentu sangat manusiawi kalau ada masalah atau konflik diantara para karyawan, namun hal ini tentu menunjukkan adanya indikator perilaku yang kurang baik di antara para karyawan itu sendiri. Fenomena-fenomena seperti itu masih ditemukan dalam situasi kerja di kantor tempat mereka menginterpretasikan sikap dan perilaku mereka dalam bekerja dan itu menjadi beberapa indikator yang menunjukan sikap dan perilaku karyawan BKKBN Provinsi Sumatera Utara .


(19)

Mengingat sangat pentingnya mempelajari hubungan sikap terhadap perilaku para karyawan di dalam kelompok, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan Sikap Dengan Perilaku Karyawan Dalam Kelompok pada Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku para karyawan dalam kelompok pada Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa hubungan antara sikap dan perilaku karyawan dalam kelompok pada kantor perwakilan BKKBN provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis

Memberikan pengetahuan bagi penulis, khususnya mengenai hubungan sikap dan perilaku karyawan dalam kelompok pada kantor perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara.


(20)

b. Bagi Perusahaan

Bagiperusahaan penelitian ini memberikan tambahan informasi mengenai hubungan sikap dan perilaku karyawan dalam kelompok, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan atau kebijakan dalam mengevaluasi kinerja karyawan di dalam perusahaan.

c. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan pada ruang lingkup penelitian yang lebih luas.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Sikap

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluative. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi individual. Respons evaluative berarti bahwa bentuk reaksi yag dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan tehadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif negative, menyenangkan tidak menyenangkan, yang kemudian mengkiristal sebagai potensi terhadap objek sikap.

Salah satu teori menyatakan bahwa manusia berupaya untuk mencari suatu keselarasan antara keyakinan mereka dan perasaan mereka terhadap objek-objek yang dihadapi mereka. Maka perubahan sikap bergantung dari upaya mengubah perasaan atau keyakinan-keyakinan tersebut. Teori tersebut mengasumsikan bahwa manusia memiliki sikap yang terstruktur yang terdiri dari berbagai macam komponen-komponen afektif dan kognitif (Rahayuningsih, 2008).

Keterkaitan antara komponen tersebut berarti bahwa perubahan yang terjadi pada salah satu komponen, akan menyebabkan terjadinya perubahan pada komponen lain. Apabila komponen tersebut tidak konsisten, ataupun melampaui batas toleransi seseorang, maka akibatnya adalah timbulnya ketidakstabilan.


(22)

Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecendrungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi sosial.

Sikap merujuk pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhadap isu, ide, orang lain, kelompok sosial dan objek (Baron, 2004) Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Fenomena sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecendrungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi saat ini (Azwar, 2005).

Menurut Fraenkei (dalam Azwar S, 2003), sikap merupakan penentu dari perilaku karena keduanya berhubungan dengan persepsi, kepribadian, perasaan dan motivasi. Sikap merupakan keadaan mental yang dipelajari dan diorganisasikan melalui pengalaman, menghasilkan pengaruh spesifik pada respon seseorang terhadap orang lain, objek, situasi yang berhubungan.

Definisi sikap ini memiliki implikasi tertentu bagi manejer. Pertama, sikap adalah sesuatu yang dipelajari. Kedua, sikap menentukan pandangan awal seseorang terhadap berbagai aspek di dunia. Ketiga, sikap membangun dasar emosional hubungan interpersonal seseorang dan identifikasi dengan orang lain. Keempat, sikap diorganisasikan dan dekat dengan inti keprinadian.


(23)

Desain Pekerjaan Gaya manejer

Kebijaksanaan-kebijaksanaan Perusahaan

Afeksi

Kognisi

Perilaku

Reaksi Emosional: Pernyataan tentang hal yang disenangi seperti perasaan dan emosi

Reaksi Perseptual: Pernyataan tentang keyakinan dan nilai

Sikap merupakan bagian intrinsik dari kepribadian seseorang. Sejumlah teori berusaha mencari tahu cara pembentukan dan perubahan sikap. Salah satu teori menyatakan bahwa “Orang mencari kesesuaian antara keyakinan dan perasaan mereka tarhadap objek” dan menyatakan bahwa modifikasi sikap dapat dilakukan dengan mengubah sisi perasaan atau keyakinan.

Stimula: Sikap Hasil

Faktor-faktor komponen-komponen Reaksi

Lingkungan kerja

Sumber : (Jhon M.Ivancevich, 2006:89) diolah Gambar 2.1


(24)

Gambar di atas menyajikan ketiga macam komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor lingkungan kerja seperti misalnya desain pekerjaan, kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan, dan imbalan-imbalan di luar gaji.

Menurut Azwar S (2003), Stimulasi tersebut menimbulkan suatu reaksi yang bersifat afektif atau emosional, kognitif (pemikiran) dan yang mempengaruhi perilaku. Pada dasarnya stimuli menyebabkan timbulnya pembentukan sikap, yang kemudian menyebabkan timbulnya reaksi tertentu yang bersifat kognitif afektif, atau behavioral.

2.1.1.1 Kognitif

Komponen “kognitif” sebuah sikap terdiri dari persepsi, opini, dan keyakinan-keyakinan seseorang. Ia berhubungan dengan proses pemikiran di mana ditekankan persoalan rasionalitas dan logika. Kognitif, segmen pendapat atau keyakinan dari suatu sikap, Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu sendiri. Kognitif adalah yang mencakup kegiatan mental (otak). Salah satu elemen penting kognisi, adalah keyakinan evaluatif sesorang. Keyakinan-keyakinan evaluatif, dimanafestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang tertentu.

Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam kognitif. Kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Mann (dalam Azwar S,


(25)

2003) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisikan persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2.1.1.2 Afektif

“Affect”, (afeksi) yang merupakan komponen emosional atau “perasaan”. Sebuah sikap dipelajari dari orang tua, guru, dan para anggota kelompok rekan-rekan. Afektif, segmen emosional dari suatu sikap. Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap pekerjaannya, kedisiplinannya dalam melakukan pekerjaannya, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pekerjaann yang lain, penghargaan dan sebagainya. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.

2.1.1.3 Perilaku

Perilaku suatu maksud untuk berperilaku dalam suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Sementara itu komponen perilaku berisi kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan


(26)

cara-cara tertentu. Komponen “perilaku” sebuah sikap berhubungan dengan kecendrungan seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu. Seseorang misalnya dapat bertindak terhadap orang lain, atau hal lain dengan cara bersahabat, hangat, agresif, bermusuhan atau apatis, ataupun dengan cara-cara lain

Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya. Sebagai gambaran dari pemahaman ungkapan ini, misalnya: seorang tukang parkir yang melayani memparkirkan mobil, seorang tukang pos yang menyampaikan surat-surat ke alamat, seorang mekanik yang bekerja dalam bengkel, seorang karyawan asuransi yang datang kerumah menawarkan jasa asuransinya, seorang perawat di rumah sakit, dan juga seorang manajer di kantor yang membuat keputusan. Mereka semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda.

Apabila akan melakukan observasi dan analisis tentang perilaku individual, dan performanya, maka perlu diperhatikan tiga kelompok variabel yang secara langsung memengaruhi perilaku individual, atau apa yang dilakukan seseorang karyawan (misalnya: menghasilkan output, menjual kendaraan mobil, menyervis mesin-mesin).

Adapun ketiga macam kelompok yang dimaksud yaitu latar belakang dan variable-variabel: individual, psikologikal, keorganisasian. Sebagai contoh misalnya dapat dikemukakan bahwa variabel-variabel kemampuan dan keterampilan, variabel-variabel latar belakang, dan variabel-variabel demografik


(27)

2.1.1.4 Pembentukan Sikap

Menurut Azwar (2003), Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap:

1. Pengalaman pribadi

Pengalaman yang telah lalu maupun yang sedang kita alami ternyata memiliki pengaruh pada penghayatan kita terhadap suatu objek psikologis tertentu (dalam Azwar, 2003) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali terhadap suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Selanjutnya dikatakan oleh Azwar (2003) bahwa pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses yang kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan tersebut terbentuk, dan ciri.-ciri objektif yang dimiliki stimulus. Oleh karena itu sebagai dasar pembentukan sikap, maka pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karenanya sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan

2. Kebudayaan

Kebudayaan yang berkembang dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Sebagai contoh, misalnya sikap orang desa dengan orang kota terhadap kebebasan dalam pergaulan antara muda-mudi barangkali memiliki perbedaan yang amat tajam. Orang kota cenderung memiliki sikap yang lebih permisif dibandingkan orang desa yang masih memegang teguh norma-norma. Di lain pihak apabila seseorang


(28)

tinggal di dalam lingkungan yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka akan sangat mungkin apabila ia memiliki sikap yang negatif terhadap kehidupan yang individualistis yang mementingkan perorangan. Tanpa kita sadari bersama, kebudayaan ternyata telah menanamkan pengaruh yang kuat terhadap sikap terhadap berbagai macam hal. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan tersebut yang berperan di dalam memberi corak pengalaman-pengalaman individu yang menjadi anggotanya.Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan. Contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan. 3. Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

Yaitu: orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Misalnya: orangtua, pacar, suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting.

4. Media massa

Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu.

5. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama

Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang


(29)

menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.

6. Faktor Emosional

Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun menetap (persisten/tahan lama). Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair)

2.1.1.5 Mengubah Sikap

Manejer sering kali bertugas menggubah karyawan mereka agar dapat bekerja lebih keras dalam mencapai kinerja pekerjaan lebih tinggi. Walau terdapat banyak variabel yang mempengaruhi perubahan sikap, prosesnya bergantung pada tiga faktor umum: komunikator, pesan itu sendiri, dan situasi. Untuk tujuan pembahasan, asumsikanlah bahwa komunikator adalah manejer.

2.1.1.5.1 Komunikator

Karyawan lebih mungkin mengubah sikap mereka (misalkan agar lebih menyukai pekerjaan dan menyediakan tingkat pelayanan konsumen yang lebih baik) jika mereka mempercayai manejer, menyukai manejer, dan mempersepsikan manejer memiliki kelebihan. Jika manejer tidak percaya, usahanya untuk mengubah sikap akan menjadi tidak berguna karena karyawan tidak akan menyakini atau menerima pesan manejer. Himbauan untuk memberikan tingkat pelayanan konsumen yang lebih baik akan dipersepsikan sebagai jalan untuk mendapatkan nilai yang baik dalam penilaian kinerja tahunan dan kenaikan gaji (sebagai kebalikan dari usaha yang tulus untuk membuat konsumen merasa lebih


(30)

nyaman). Menyukai manejer dapat mengarahkan perubahan sikap karena karyawan berusaha mengidentifikasikan diri dengan dan mengadopsi sikap dan perilaku seorang komunikator yang disukai. Sebagai tambahan, mempersepsikan manejer sebagai seseorang yang memiliki kelebihan juga akan mengarahkan karyawan menjadi lebih reseptif dalam mengubah sikap mereka. Seorang manejer yang hanya memiliki sedikit kelebihan kurang dihormati oleh rekan kerja dan atasannya. Hal ini membuat usaha mengubah sikap karyawan menjadi sangat sulit.

2.1.1.5.2 Pesan

Meskipun manejer dipercaya, disukai, dan dilihat memeiliki kelebihan, pesannya pun harus jelas, dapat dipahami, dan menyakinkan. Manejer berusaha untuk mengubah sikap dengan mengirimkan pesan yang persuasif. Manejer mengirimkan pesan, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja, melalui komunikasi verbal maupun non verbal. Sebagai contoh, jika seorang manejer berkata secara verbal bahwa dia mendukung wakil presiden direktur yang baru tapi kemudian tidak menghadiri beberapa pertemuan dengan wakil presiden direktur yang baru, dia mengirimkan pesan non verbal yang kuat kepada karyawan (misalnya, bahwa dirinya tidak mendukung wakil presiden direktur baru). Agar menjadi lebih efektif dalam mengubah sikap karyawan, manejer perlu mengembangkan dan mengirimkan pesan verbal dan nonverbal yang persuasif. 2.1.1.5.3 Situasi

Kemampuan manejer untuk mengubah sikap karyawan sebagian bergantung pada situasi dimana usaha tersebut dilakukan. Sebagai contoh,


(31)

manejer ingin staff kebersihan lebih cepat dari yang melakukan sekarang. Mengetahui bahwa pesan yang persuasif dapat menjadi lebih efektif ketika disertai dengan distraksi (pengalihan), manejer pertama-tama mengumumkan bahwa setiap anggota staff kebersihan akan menerima bonus akhir tahun untuk komitmen dan kerja keras mereka. Setelah membuat pengumuman tersebut, manejer kemudian meminta karyawan untuk melakukan usaha yang lebih keras selama 12 bulan berikutnya. Penelitian menunjukkan bahwa jika orang teralihkan perhatiannya ketika mereka mendengarkan suatu pesan, mereka akan menunjukkan lebih banyak perubahan sikap karena pengalihan tersebut menghalangi munculnya pemikiran yang menantang. Dengan kata lain, karyawan lebih mungkin mendengarkan dan merespon perintah manejer lebih cepat karena mereka tidak memiliki waktu untuk memikirkan argumentasi internal yang menantang permintaan tersebut.

Pengalihan hanya merupakan salah satu dari sekian banyak faktor situasional yang dapat meningkatkan persuasi. Faktor lain yang menjadikan orang lebih dapat dipengaruhi adalah lingkungan yang menyenangkan. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan mungkin dapat berdampak positif pada usaha untuk mengubah sikap.

2.1.2 Pengertian Perilaku Manusia

Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia ( Heri Purwanto, 1999; 10). Perilaku merupakan perwujudan dari


(32)

adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan peran manusia sebagai makhluk individu, social dan kebutuhan. Apabila manusia dapat menyesuaikan diri dengan baik itulah yang disebut dengan bahagia. Ada beberapa hal yang perlu dijadikan pedoman dalam penyesuaian diri yaitu:

a. Dapat memenuhi segala kebutuhan dengan tidak menambahkan dan mengurangi.

b. Tidak mengganggu manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya. c. Melaksanakan pertanggungjawaban dengan sewajarnya dengan sesama.

2.1.3 Pengertian Perilaku Kelompok

Perilaku manusia merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Ini berarti seorang individu dengan lingkungannya saling mempengaruhi dan dapat menentukan perilaku dari keduanya. Sebagai gambaran, misalnya: seorang mahasiswa yang sedang belajar di suatu perguruan tinggi, seorang karyawan sebuah bank yang melayani penabung, seorang supir taksi yang sedang mengantarkan penumpang atau seorang pedagang yang sedang menawarkan dagangannya. Mereka semuanya akan memiliki perilaku yang berbeda satu sama lain, dan perilakunya ditentukan oleh masing-masing lingkungan tempat dimana mereka berada (Soehardi sigit 2003).

Menurut Schermerhorn dkk, kelompok adalah suatu kumpulan orang yang satu sama lain saling berhubungan (interact) secara teratur (regularly) selama


(33)

jangka waktu tertentu dan mereka melihat bahwa mereka saling tergantung mengenai pencapaian satu atau lebih tujuan bersama.

Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dapat dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Stephen P. Robbins).

Perilaku organisasi mengambil pandangan mikro yaitu memfokuskan diri kepada perilaku didalam organisasi dan kepada seperangkat prestasi dan variabel mengenai sikap yang sempit dari para anggotanya. Perilaku manusia yang berada dalam suatu organisasi adalah awal dari perilaku organisasi itu. Perilaku organisasi pada hakekatnya adalah hasil-hasil interaksi antara individu-individu dalam organisasinya. Hal ini didasarkan pada ilmu perilaku itu sendiri yang dikembangkan dengan pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia dalam suatu organisasi.

Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap hari manusia akan terlibat dalam aktifitas kelompok demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Pada umumnya manusia yang menjadi anggota suatu organisasi besar atau kecil memiliki kecenderungan yang kuat untuk mencari keakraban dlam kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan adanya kesamaan kesenangan bersama maka timbullah kedekatan satu sama lain sehiungga mereka membentuk suatu kelompok.


(34)

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari adanya kelompok baik di dalam maupun di luar satuan organisasi, antara lain (Soehardi sigit, 2003):

1. Kelompok merupakan alat perjuangan bagi anggotanya. 2. Kelompok dapat digunakan untuk alat inovasi dan kreativitas.

3. Kelompok lebih baik daripada perorangan dalam pengambilan keputusan menyangkut orang banyak.

4. Anggota kelompok dapat memperolah keuntungan dari pelaksanaan pengambilan keputusan.

5. Kelompok dapat mengendalikan dan mendisiplinkan anggotanya dibanding dengan mereka yang tidak masuk ke dalam kelompok.

6. Kelompok membantu menangkis pengaruh-pengaruh negatif dari meningkatnya organisasi yang semakin besar.

7. Kelompok adalah fenomena alami di dalam organisasi. Perkembangan yang spontan tidak dapat dihalangi, dan dibutuhkan oleh para anggota sebagai alat untuk mencapai tujuan.

2.1.4 Perilaku Individu dalam Organisasi

Individu membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Ini semuanya adalah karakteristik yang dipunyai individu, dan karakteristik ini akan dibawa olehnya manakala ia akan memasuki suatu lingkungan baru, yakni organisasi atau lainnya. Adapun karakteristik yang dipunyai organisasi antaranya keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas,


(35)

wewenang dan tanggung jawab, sistem penggajian (reward system), sistem pengendalian dan lain sebagainya. Jikalau karakteristik individu berinteraksi dengan interaksi organisasi, maka akan terwujudlah perilaku individu dalam organisasi. “Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya”.

Ini berarti bahwa seseorang individu dengan lingkungannya menentukan perilaku keduanya secara langsung, Individu dengan organisasi tidak jauh berbeda dengan pengertian ungkapan tersebut. Keduanya mempunyai sifat-sifat khusus atau karakteristik tersendiri dan jika kedua karakteristik ini berinteraksi maka akan menimbulkan perilaku individu dalam organisasi.

Sumber: (Kreitner dkk, 2003)

Karakteristik Individu

Kemampuan

Kebutuhan

Kercayaan

Perilaku Individu dalam Organisasi

Karakteristik Organisasi

Hierarki

Tugas-tugas Wewenang Tanggung jawab Sistem Reward Sisten Kontrol


(36)

Gambar 2.2 Model Umum Perilaku dalam Organisasi

Gambar berikut menunjukkan kepada kita bahwa perilaku seseorang karyawan dalam kompleks, karena ia dipengaruhi oleh aneka macam variabel demikian, pengalaman-pengalaman, dan kejadian-kejadian.

Sumber: (Sunarton, 2003) diolah

Gambar 2.3

Variabel-variabel yang mempengaruhi Perilaku dan performa seseorang karyawan Variabel-variabel Individual

Kemampuan-kemampuan dan

keterampilan-keterampilan: metal dan fisika Latar belakang Keluarga

Kelas social pengalaman-penngalaman Demografik Umur Bangsa Jenis kelamin Perilaku Individual (misalnya apa yang dilakukan orang tertentu) Performa (misalnya hasil-hasil yang diinginkan) Variabel-variabel Psikologikal Persepsi Sikap Kepribadian Belajar motivasi Variabel-variabel Keorganisasian Sumber-sumber daya kepemimpinan imbalan-imbalan struktur desain pekerjaan


(37)

(38)

Gambar yang dikemukan menunjukkan faktor-faktor seperti misalnya: 1. Kemampuan dan keterampilan-keterampilan para karyawan

2. Susunan psikologikal para karyawan

3. Reaksi para karyawan terhadap sejumlah variabel-variabel keorganisasian seperti misalnya imbalan yang diberikan dan desain pekerjaan yang dihadapi mereka.

Sebagai contoh misalnya, dapat dikatakan bahwa terdapat adanya kesepakatan umum bahwa upaya mengubah salah satu diantara variabel-variabel psikologis memerlukan tindakan diagnosis, keterampilan, kesabaran, dan pemahaman dari pihak manejer/atasan.

Pola-pola perilaku manusia senantiasa mengalami perubahan, walaupun sedikit. Setiap manejer/atasan sudah tentu berkeinginan untuk menimbulkan perubahan dalam perilaku, yang dapat menyebabkan makin membaiknya performa para karyawan mereka. Perilaku manusia terlampau kompleks untuk diterangkan oleh sebuah generalisasi yang dapat diterapkan terhadap semua manusia.

Maka oleh karenanya Gambar 1 hanya memperlihatkan suatu cuplikan saja dari beberapa di antara variabel yang relevan yang mempengaruhi perilaku manusia. Perhatian kita akan dipusatkan pada tiga buah variabel psikologikal utama, yakni: persepsi-sikap dan kepibadian. Variabel-variabel tersebut merupakan landasan tentang hal motivasi-perilaku kelompok dan kepemimpinan.


(39)

Gambar yang disajikan, menyatakan bahwa praktik manejerial efektif mengharuskan bahwa kita perlu mengetahui perbedan-perbedaan dalam perilaku individual, dan apabila hal itu dianggap penting.

2.1.5 Komponen Perilaku Manusia dalam Organisasi

Perilaku kelompok dibagi dalam tiga jenis yang membuat dinamika kelompok, yang oleh George Homans disebut sebagai tiga ‘unsur dasar’:

1. Kegiatan-kegiatan (Activities), ialah apa yang dikerjakan atau diperbuat, seperti mengangkat, berjalan, menggali, mengambil dan sebagainya, yang memerlukan gerakan-gerakan otot/tubuh.

2. Interaksi (Interactions), ialah komunikasi dalam bentuk apapun diantara para anggota kelompok. Interaksi ini tidak harus verbal, bahkan kebanyakan non-verbal.

3. Sentimen (Sentiments), ialah keadaan internal/batin manusia, yang mencakup motivasi, dorongan, emosi, perasaan, dan sikap. Tidak seperti activities dan interactions, sentiment tidak dapat dilihat atau dipandang.

Atas dasar nilai-nilai, sikap, pandangan dan kepribadiannya, terdapat berbagai perilaku dalam organisasi. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sang cekatan (the eager beaver)

Yaitu orang yang cekat kerjanya dan suka menolong. Kendati maksudnya baik, orang seperti ini dapat menyulitkan keadaan, jika Ia dalam pertemuan ingin terus menerus bicara, hingga menghalangi orang lain untuk turut serta. Manejer dapat memanfaatkan orang seperti ini, misalnya diminta untuk membuat risalah


(40)

dari pembicara pada akhir dari pertemuan (rapat). Manejer akan melihat bahwa ia dapat memberikan sumbangan yang positif bagi kelompok, terutama bila datang saatnya untuk mengambil kesimpulan dari pembicaraan.

2. Sang Area (the immovable object)

Yaitu orang yang suka menentang semua gagasan dan saran. Orang seperti ini tampaknya tidak dapat digerakkan pikirannya untuk maju. Ia biasanya dalam keadaan masih menikmati status quo. Manejer perlu memberi teguran, tugas-tugas tertentu, atau assignment supaya ia mau berpikir dan mau bicara.

3. Sang Penghambat (the dampener)

Yaitu orang yang selalu menunjukkan aspek paling jelek dari setiap gagasan yang diajukan orang lain dalam pertemuan. Jarang, bahkan mungkin tidak pernah dirinya menawarkan suatu jalan keluar yang lain. Dia tidak memberikan ide-idenya, melainkan menunjukkan jeleknya gagasan yang dibawa oleh orang lain kedalam pertemuan. Pendapat orang seperti ini dapat digunakan untuk mengangkat pendapat orang lain. Namun, manejer harus dapat mengatasi jangan sampai menimbulkan konflik dengan orang lain.

4. Sang serba setuju (the indiscriminate agreer)

Yaitu orang yang ingin menyenangkan orang lain dengan memberikan persetujuannya, apakah sesuatu saran itu baik atau buruk. Orang seperti ini biasanya tidak memiliki pendapat, pokoknya ia beradaptasi dengan orang lain atau dengan kelompok.


(41)

5. Sang Asal-debat (the indiscriminate arguer)

Yaitu orang agresif yang senang berpendapat lain atau merasa terganggu mengenai masalah pribadinya. Terhadap orang seperti ini perlu diberi pengertian yang objektif mengenai maslah umum yang dibicarakan, bukan mengenai perseorangan. Hindari untuk tidak menjadi perdebatan yang saling menyerang, apabila hal itu terjadi di dalam pertemuan.

6. Sang Pembicara-sulit (the inarticulate talker)

Yaitu orang yang mempunyai ide atau pikiran yang bagus, tetapi sulit untuk menyampaikan dengan kata-kata. Berilah kepadanya kesempatan untuk mengulangi dan mengulangi lagi bila perlu, tanpa menyinggung perasaannya. 7. Sang Pembicara-samping (the side conversationalist)

Yaitu orang yang suka bicara dengan orang lain sewaktu mengikuti pertemuan. Seolah-olah Ia acuh tak acuh terhadap apa yang sedang dibicarakan, meskipun ia mungkin mengikuti pembicaraan. Pimpinan pertemuan (rapat) dan orang lain dalam pertemuan itu dapat terganggu karena ulahnya. Pimpinan pertemuan bilamana perlu menegor kepada orang-orang seperti ini, karena dapat menganggu jalamnya pertemuan.

8. Sang Penyimpang (the reambler)

Yaitu orang yang suka mebicarakan hal-hal di luar dari apa yang sedang dibicarakan di dalam pertemuan, meskipun pada awalnya ia mengikuti topic yang sedang dibicarakan dalam pertemuan, akan tetapi lama-lama ia menyimpang dari topik pembicaraan. Orang seperti ini harus diingatkan untuk kembali kepada masalah yang sedang dibicarakan “back to the problem”.


(42)

9. Sang Pendiam (the silent one)

Yaitu orang yang enggan bicara. Ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Sudah bosan, malu, tidak tenang, tak peduli atau merasa lebih tahu. Apapun alasannya, orang seperti ini tidak menguntungkan bagi kelompok. Manejer dapat membangkitkan perhatiannya, dengan mengajukan pertenyaan-pertanyaan kepadanya supaya mengeluarkan pembicaraannya.

10. Sang Pelamun (the inattentive one)

Yaitu orang yang tampaknya tidak menggunakan pikirannya, karena ia seperti pendiam, yang dibicarakan orang seperti ini juga perlu diperingatkan dengan “back to the problem”.

11. Sang Penarik-Perhatian (the griper)

Yaitu orang yang suka bicara keras tetap mengajukan keluhan untuk dirinya. Ia mencoba supaya orang lain memperhatikan dirinya. Jika ia bicara bukan mengenai subjek yang dibicarakan, tapi bahkan mengenai tentang dirinya.orang seperti ini juga perlu diajak untuk membali kemasalah yang dibicarakan, dan diperhatikan apa yang menjadi masalah mengenai dirinya, apakah perlu dibawa kedalam pertemuan.

2.1.6 Bentuk-Bentuk Kelompok 1. Kelompok Primer (Primary group)

Yaitu beberapa orang yang sering berkomunikasi satu sama lain melampaui rentang kendali waktu, sehingga setiap orang mampu untuk


(43)

berkomunikasi secara langsung, bertatap muka dengan yang lainnya tanpa perantara (Homans). Kelompok ini sering disebut kelompok kecil (small group). 2. Kelompok Formal dan Informal

Kelompok formal yaitu suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Sedangkan kelompok informal adalah suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang.

3. Kelompok Terbuka dan Tertutup

Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara tetap mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaruan. Kelompok tertutup adalah kelompok yang kecil kemungkinannya menerima perubahan dan pembaruan, atau mempunyai kecenderungan menjaga kesetabilan.

4. Kelompok Referensi

Kelompok yang dimana seseorang melakukan referensi atasnya., merupakan kelompok yang dipergunakan sebagai suatu ukuran atau sebagai sumber dari nilai dan sikap pribadinya.

2.1.7 Variabel-Variabel Individual

Kadang-kadang kita menjumpai gejala bahwa karyawan tertentu, walaupun mereka sangat termotivasi, tidak memiliki kemampuan ataupun keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik. Kemampuan dan keterampilan memainkan peranan penting sekali dalam perilaku individual dan performa. Sebuah kemampuan (Ability) merupakan sebuah sifat


(44)

(yang melekat pada manusia atau yang dipelajari) yang memungkinkan seseorang melaksanakan sesuatu tindakan atau pekerjaan mental atau fiskal.

Keterampilan merupakan kompetensi yang berkaitan dengan tugas, seperti misalnya keterampilan untuk menangani sebuah mesin. Sering kali istilah kemapuan dan keterampilan digunakan secara bergantian.

2.1.8 Hubungan Antara Sikap dan Perilaku

Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada di dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap suatu stimulus (Azwar, 2003), meski sikap pada hakikatnya hanyalah merupakan predisposisi atau tendensi untuk bertingkah laku, sehinggabelum dapat dikatakan merupakan tindakan atau aktivitas.

Ajzen dan Fishbein (dalam Azwar, 2003) berusaha mengembangkan suatu pemahaman terhadap sikap dan prediksinya terhadap perilaku. Mereka mengemukakan teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action). Teori ini mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewatsuatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, serta dampaknya terbatas hanya pada tiga hal, yaitu:

1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum, tetapi oleh sikap spesifik terhadap sesuatu

2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif;


(45)

3. Sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.

Gambar di bawah ini mencoba untuk memperjelas hubungan di antara ketiganya.

Sumber: Azwar (2003) diolah

Gambar 2.4 Teori Tindakan Beralasan Menurut Ajzen dan Fishbein

Pada gambar 2.4 tampak bahwa intensi merupakan fungsi dari dua determinan besar, yaitu sikap terhadap perilaku (dalam arti personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan suatu perbuatan atau untuk tidak melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.

2.2 Peneltian Terdahulu

Sebagian diantara hasil-hasil penelitian memperlihatkan adanya indikasi hubungan yang kuat antara sikap dan perilakunya (reviu Wicker, dalam Baron & Byrne, 1991;Branon et. al., 1973 dan DeFleur & Westie, 1958 dalam Allen, Guy,

Sikap terhadap perilaku

Nor ma-norma subjektif

Intensi untuk berperilaku


(46)

& Edgley, 1980) dan sebagian lain menunjukkan bukti betapa lemahnya hubungan antara sikap dengan perilaku (antara lain LaPiere, 1934; Greenwald,1989 dalam Baron & Byrne, 1991).

Abdullah dan Sudharwo dalam penelitiannya mengungkapakan bahwa para SMA di Provinsi Lampung memiliki sikap yang positif terhadap profesi guru akan tetapi ternyata mereka tidak berminat dan tidak ingin bekerja sebagai guru (Abdullah & Sudjarwo, 1993).

Penelitian yang dilakukan Ovi Setya Prabowo ( 2008 ) meneliti tentang analisis pengaruh human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan leadership terhadap etos kerja karyawan kantor pendapatan daerah di Pati.

Analisis yang digunakan adalah dengan analisis Regresi Berganda dengan menggunakan uji t dan uji f. Hasil dari penelitian ini adalah variabel-variabel human relation, variabel kondisi fisik lingkungan kerja dan variabel-variabel leadership berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji korelasi secara berganda yang menghasilkan nilai koefisien korelasi( R ) adalah sebesar 0,916; artinya angka tersebut menunjukkan hubungan antara human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan leadership terhadap kinerja adalah positif karena semakin mendekati angka 1. Berdasarkan hasil estimasi regresi diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,816 atau 81,6%.

Penelitian yang dilakukan Y. Bagus Wismanto (2009) meneliti tentang pengaruh sikap terhadap perilaku kajian meta analisis korelasi. Proses dalam penelitian, yaitu: Proses untuk menemukan koefisien korelasi yang sebenarnya


(47)

antara sikap dan perilaku, dengan cara mengestimasi koefisien korelasi populasi berdasar 31 hasil penelitian yang telah dikumpulkan. Tahap-tahap yang dilalui adalah : menghitung sampling error variance; mengestimasi varians dari populasi korelasi sebagai modal untuk menemukan varians dari korelasi yang sesungguhnya setelah memperhitungkan varians artifact.

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa korelasi antara sikap dengan perilaku sebesar 0.366. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa variansi perilaku 13,39% dapat dijelaskan dari sikap dari orang yang berperilaku tersebut. Hasil ini relatif kecil, hal ini kemungkinan disebabkan bahwa antara sikap dan perilaku tidak berhubungan secara langsung, akan tetapi masih terdapat variabel antara yaitu kehendak atau niat (Ajzen & Fishbein ; Fishbein & Middlestadt). Hasil korelasi kemungkinan akan lebih besar jika penelitian dilakukan dengan mempergunakan variabel sikap dan kehendak/niat untuk berperilaku tertentu ataupun antara variabel kehendak/niat dengan perilaku.

2.3 Kerangka Konseptual

Pengertian dasar dari Sikap adalah sikap terhadap suatu obyek, isue atau seseorang pada dasarnya merupakan perasaan suka atau tidak suka, tertarik atau tidak, percaya atau tidak, dan seterusnya. Kita juga berasumsi bahwa perasaan itu dapat direfleksikan dalam bentuk pernyataan yang dibuatnya, cara seseorang melakukan tindakan terhadap obyek sikap, dan reaksinya terhadap ekspresi opini dari orang lain. Dengan kata lain sikap memiliki keterkaitan dengan perasaan di satu sisi dan perilaku disi lain.


(48)

Problem tentang sikap muncul ketika seseorang akan menghubungkan antara perasaan dengan perilaku, dan menyusun definisi tentang sikap yang mencerminkan keduanya. Oleh karena itu berbagai definisi ditawarkan oleh para ahi psikologi sosial, tidak hanya tetang apakah sikap itu, tetapi juga tentang bagaimana proses belajar, memproses informasi, pembuatan keputusan, memory, dan seterusnya tentang sikap. Yang seringkali dilakukan oleh para ahli psikologi adalah mereka ini membuat batasan tentang sikap baik definisinya ataupun teori konsepnya.

Dalam membuat definisi tentang sikap yang mencerminkan hubungan antara perasaan dan pengalaman pribadi di satu sisi dan perilaku verbal maupun nonverbal yang dapat dobservasi di sisi lain, para ahli psikologi tampaknya memiliki dua asumsi yang krusial. Pertama, sikap itu berbeda dalam entitasyna dengan eksistensi yang independen. Kedua adalah hubungannya dengan perilaku yang observable sebagai kausal. Hubungan sikap dengan ekspresi perilaku analog dengan hubungan antara makna dengan ucapan.

Kita perlu berasumsi bahwa sebuah kata itu memiliki makna untuk memahami perilaku verbal, tetapi kita tidak perlu melihat suatu makna kata sebagai yang memiliki eksistensi yang indpenden ataupun sebagai entitas yang berbeda yang menyebabkan perilaku verbal. Seperti halnya kata memiliki makna, maka orang memiliki sikap, dan konsep sikap itu tidak kalah pentingnya untuk memahami perilaku sosial dibandingkan dengan konsep makna untuk memahami bahasa. Sikap seseorang merupakan makna dari ekspresi perilakunya.


(49)

Apabila akan melakukan observasi dan analisis tentang perilaku individual, dan performanya, maka perlu diperhatikan tiga kelompok variabel yang secara langsung memengaruhi perilaku individual, atau apa yang dilakukan seseorang karyawan (misalnya: menghasilkan output, menjual kendaraan mobil, menyervis mesin-mesin).

Interaksi karyawan dalam lingkungan perusahaan/organisasi/instansi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan yang mana akan menimbulkan tingkat kepuasan kerja karyawan. Situasi lingkungan perusahaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya antara karyawan yang satu dengan yang lain tidak terlepas dari interaksi satu sama lainnya demi kelancaran dan keharmonisan kerja. Dengan sarana hubungan yang nyaman akan lebih betah dan senang dalam menyelesaikan tugas. Hubungan antar manusia ( human relation ) dalam perusahaan merupakan hal yang penting karena merupakan jembatan antara karyawan dengan sesama karyawan maupun karyawan dengan pimpinan.

Dengan sikap dan perilaku diatas maka etos kerja dalam perusahaan tersebut tidak akan dapat timbul maupun berkembang, perlu adanya suatu usaha yang sungguh-sungguh agar etos kerja karyawan dapat dikembangkan.

Sumber: (Thoha, Miftah, 2007:34) data diolah

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual


(50)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiono, 2003). Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa “Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku karyawan dalam kelompok pada Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara”.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanasi, secara eksplanasi penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatannya yang didasarkan ada tujuannya dan objeknya, yaitu yang bertujuan mempelajari, mendeskripsikan, mendeteksi (mengungkapkan) dan ada pula yang menyelidiki hubungan kausalitas (Ginting dan Sitomorang, 2008:57).

Berdasarkan tingkatan eksplanasi, maka penelitian ini adalah penelitian assosiatif yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara Jl Gunung Krakatau No 110 Pulo Brayan Barat II Medan Timur Sumater Utara . Penelitian dimulai Juli – Agustus 2012.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah: a. Variabel independen (variabel bebas), yaitu sikap

b. Variabel dependen (variabel terikat), yaitu perilaku para karyawan dalam kelompok


(52)

3.4 Definisi operasional variabel

Untuk memperjelas variabel-variabel yang sudah diidentifikasi, maka diperlukan definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut yaitu:

1. Variabel Bebas (Independent Variabel, X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor lain (Nawawi, 2004:56). Variabel yang dianalisis pada penelitian ini adalah:

a. Sikap Kognitif (X1) b. Sikap Afektif (X2) c. Sikap Perilaku (X3)

2. Variabel Terikat( Dependent Variabel, Y)

Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004:12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku para karyawan dalam kelompok.


(53)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Dimensi Indikator Skala Sikap

(X)

Sikap (attitudes) merupakan pernyataan evaluatif – baik yang menyenangkan maupun yang tidak tentang suatu objek, orang atau peristiwa. Sikap

mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu.

Kognitif 1. Menghafal 2. Memahami 3.Mengaplikasikan 4. Mensintesis 5. Mengevaluasi

Likert

Afektif 1. Perasaan 2.Minat 3. Menyukai 4. Sikap 5.Nilai

Perilaku 1.Bersahabat 2.Hangat 3.Agresif 4.Bermusuhan 5.Apatis Perilaku kelompok (Y)

Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara person atau

individu dengan lingkungannya.

Aktifitas 1.Mengangkat 2.Mengambil

Likert

Interaksi 1.Verbal 2.Non-Verbal

Sentimen 1.Motivasi

2.Dorongan


(54)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan untuk menyatakan tanggapan responden terhadap setiap instrumen adalah dengan menggunakan Skala Likert yaitu suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2003). Urutan skala penelitian dari masing-masing item indikator variabel tersebut, sebagai berikut:

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Sukardi; 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah kayawan atau pegawai Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara.


(55)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2008).

Yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pegawai Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 110 orang karyawan.

3.6.2 Sampel

Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data disebut sampel atau cuplikan. Memang salah satu syarat yang harus dipenuhi di antaranya adalah bahwa sampel harus diambil dari bagian populasi. Syarat yang paling penting untuk diperhatikan dalam mengambil sampel ada dua macam, yaitu jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel yang dipilih harus mewakili. Dalam penelitian ini penulis menggunakan formula Empiris yang dianjurkan oleh (Isaac dan Michael, 1981: 192) dan ditulis sebagai berikut:

S = �2. � . � (1−�) �2 (�−1)+2 (1−�)

Keterangan:

S = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi akses

P = Proporsi populasi sebagai dasar asumsi pembuatan table. Hal ini diambil P = 0.50

D = Derajat ketetapan yang dirfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi dalam fluktuasi proporsi sampel P, d umumnya diambil 0.05.


(56)

�2= Nilai table chisquare untuk satu derajat kebebas relative level konfiden yang diinginkan. �2 = 3.841 tingkat kepercayaan 0.95

Dari formula empiris tersebut selanjutnya Isaac memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara 10 – 100.000 seperti berikut:

Table 3.3

Jumlah sampel terhadap besarnya populasi

N S N S N S

10 10 220 140 1.200 291

15 14 230 144 1.300 297

20 19 240 148 1.400 302

25 24 250 152 1.500 306

30 28 260 155 1.600 310

35 32 270 159 1.700 313

40 36 280 162 1.800 317

45 40 290 165 1.900 320

50 44 300 169 2.000 322

55 48 320 175 2.200 327

60 52 340 181 2.400 331

65 56 360 186 2.600 335

70 59 380 191 2.800 338

75 63 400 196 3.00 341

80 66 420 201 3.500 346

85 70 440 205 4.000 351

90 73 460 210 4.500 354

95 76 480 214 5.000 357

100 80 500 217 6.000 361

110 86 550 226 7.000 364

120 92 600 234 8.000 367


(57)

140 103 700 248 10.000 370

150 108 750 254 15.000 375

160 113 800 260 20.000 377

170 115 850 265 30.000 379

180 123 900 269 40.000 380

190 127 950 274 50.000 381

200 132 1.000 278 75.000 382

210 136 1.100 285 100.000 384

Sumber : Isaac dan Michael, 1981: 192 Keterangan:

N = Jumlah populasi

S = Jumlah sampel yang diperlukan

Dari data dan hasil perhitungan tersebut maka penulis mengambil sampel 86 sesuai dengan jumlah populasi yakni 110.

3.7 Jenis dan Sumber Data

Peneliti menggunakan dua jenis data dalam melakukan penelitian untuk membantu memecahkan masalah, yaitu:

3.7.1 Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dan dari penyebaran kuisioner kepada responden yang dianggap telah mewakili populasi. Hasil yang diperoleh dari penyebaran kuisioner ini adalah penilaian serta tanggapan dari para responden.


(58)

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku, jurnal, majalah dan situs internet yang dapat mendukung penelitian ini.

3.8 Teknis Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan. Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui empat (4) teknik yaitu:

(1) teknik wawancara mendalam (depth intervieuw) (2) teknik observasi,

(3) dokumentasi

(4) Daftar Pertanyaan (questionnaire)

3.8.1 Wawancara

Menurut Hadi metode wawancara atau interview adalah metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan. Esterberg dalam Sugiono (2005) mendefinisikan interview merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab. Sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan pada para pegawai Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara.


(1)

Q16 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 5 5.8 5.8 5.8

2.00 1 1.2 1.2 7.0

3.00 11 12.8 12.8 19.8

4.00 31 36.0 36.0 55.8

5.00 38 44.2 44.2 100.0

Total 86 100.0 100.0

Q17 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 3 3.5 3.5 3.5

3.00 7 8.1 8.1 11.6

4.00 34 39.5 39.5 51.2

5.00 42 48.8 48.8 100.0

Total 86 100.0 100.0

Q18 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.2 1.2 1.2

3.00 3 3.5 3.5 4.7

4.00 46 53.5 53.5 58.1

5.00 36 41.9 41.9 100.0

Total 86 100.0 100.0

Q19


(2)

Q20 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3.00 3 3.5 3.5 3.5

4.00 40 46.5 46.5 50.0

5.00 43 50.0 50.0 100.0

Total 86 100.0 100.0

Q21 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3.00 3 3.5 3.5 3.5

4.00 37 43.0 43.0 46.5

5.00 46 53.5 53.5 100.0

Total 86 100.0 100.0

Q22 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3.00 5 5.8 5.8 5.8

4.00 36 41.9 41.9 47.7

5.00 45 52.3 52.3 100.0


(3)

NO Variabel Dimensi

Kognisi Dimensi Afeksi Dimensi Perilaku Variabel Perilaku Kelompok

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 ∑X Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 ∑X Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 ∑X Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 ∑X

1 3 5 3 5 5 21 4 4 5 4 5 22 5 5 4 3 4 21 1 1 4 4 4 4 5 23

2 5 4 4 4 4 21 4 5 5 5 5 24 5 4 4 4 4 21 5 5 5 5 5 5 4 34

3 4 5 5 5 5 24 5 5 5 5 5 25 5 4 4 5 4 22 4 4 4 4 4 5 4 29

4 5 4 5 5 5 24 4 5 5 5 5 24 4 5 4 5 5 23 5 4 5 5 4 5 5 33

5 5 5 5 5 5 25 4 5 5 5 5 24 5 4 5 5 5 24 5 5 4 4 5 5 4 32

6 5 5 5 5 5 25 5 5 4 4 5 23 5 4 5 5 5 24 5 5 5 4 5 5 4 33

7 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 5 5 4 4 22 4 5 4 4 4 4 5 30

8 5 5 5 5 5 25 5 5 4 5 5 24 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 4 5 5 34

9 4 5 4 5 4 22 5 5 4 4 4 22 4 5 4 5 5 23 5 5 5 5 4 5 5 34

10 4 5 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 5 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 5 29

11 4 4 4 5 4 21 5 5 5 5 4 24 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 5 4 29

12 5 3 5 4 5 22 4 5 5 5 5 24 4 5 5 4 4 22 1 4 4 4 4 5 5 27

13 4 3 4 4 4 19 3 4 4 4 4 19 4 4 3 4 4 19 4 4 4 4 4 4 4 28

14 5 4 5 5 5 24 4 5 5 5 5 24 5 5 4 4 5 23 4 4 4 5 5 5 5 32

15 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 3 3 4 3 4 4 25

16 4 4 4 4 4 20 4 5 5 5 5 24 5 4 3 5 5 22 3 3 3 5 3 5 4 26

17 5 4 5 5 4 23 3 4 5 5 5 22 5 5 3 4 4 21 3 4 4 5 5 4 5 30

18 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 4 4 28


(4)

25

26 5 5 4 5 5 24 5 4 5 5 5 24 5 5 5 5 5 25 4 4 5 4 5 4 5 31

27 5 4 4 4 4 21 5 5 5 5 5 25 4 5 5 5 4 23 5 4 5 5 5 5 5 34

28 3 5 3 5 4 20 3 4 5 4 5 21 5 5 4 3 4 21 1 1 4 4 4 4 5 23

29 4 3 5 3 5 20 4 3 5 5 4 21 5 5 5 4 3 22 4 1 1 4 4 3 5 22

30 4 4 4 4 4 20 4 3 5 5 5 22 4 5 5 4 5 23 5 4 4 5 5 3 5 31

31 4 4 4 4 4 20 3 5 5 5 5 23 5 5 4 5 5 24 3 4 4 5 5 5 5 31

32 4 4 4 4 4 20 3 5 5 5 5 23 5 5 4 5 5 24 3 4 4 5 5 5 5 31

33 4 4 4 4 4 20 3 5 5 5 5 23 5 5 4 5 5 24 3 4 4 5 5 5 5 31

34 4 4 4 4 4 20 3 5 5 5 5 23 5 5 4 5 5 24 3 4 4 5 5 5 5 31

35 4 4 4 4 4 20 3 4 4 5 5 21 5 5 4 5 5 24 3 4 4 5 5 4 5 30

36 4 4 4 4 5 21 3 4 4 5 5 21 5 5 4 5 5 24 4 4 5 5 5 4 5 32

37 4 3 3 4 4 18 4 4 4 4 4 20 4 4 5 5 5 23 5 5 5 4 4 4 4 31

38 4 4 3 4 4 19 5 4 4 4 4 21 3 3 4 3 3 16 4 4 4 3 3 4 3 25

39 4 3 4 4 4 19 4 4 4 4 4 20 5 5 4 4 3 21 4 5 4 4 4 4 5 30

40 5 5 5 4 5 24 3 4 5 5 5 22 5 5 4 5 5 24 4 5 5 5 4 4 5 32

41 1 3 4 3 4 15 5 3 3 4 2 17 5 3 3 4 5 20 5 3 5 3 4 3 3 26

42 4 4 4 5 4 21 4 5 4 4 4 21 5 3 2 5 4 19 2 4 4 4 4 5 3 26

43 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 5 21 2 4 4 2 4 16 4 3 5 4 4 4 4 28

44 4 5 4 4 5 22 3 5 5 5 5 23 4 4 5 3 4 20 4 5 4 4 4 5 4 30

45 4 3 4 5 4 20 4 4 4 4 5 21 5 4 4 4 5 22 5 4 5 4 4 4 4 30

46 4 5 4 4 4 21 5 5 5 5 5 25 5 4 3 4 4 20 5 4 5 4 4 5 4 31

47 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20 5 4 5 4 4 22 5 4 4 4 4 4 4 29

48 5 4 4 4 4 21 3 4 4 5 5 21 5 4 3 3 2 17 4 3 4 4 4 4 4 27

49 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 5 25 5 4 4 4 17 4 5 4 4 4 5 4 30

50 3 5 3 5 5 21 4 4 5 4 5 22 5 5 5 5 4 24 3 4 4 4 5 4 5 29

51 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 5 5 35


(5)

54 4 3 4 4 4 19 4 4 4 4 4 20 4 3 4 3 3 17 4 4 3 4 4 4 3 26

55 4 4 4 5 4 21 4 4 4 5 5 22 3 3 3 3 3 15 3 4 4 3 4 4 3 25

56 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 4 24 4 4 4 5 4 21 5 5 4 5 5 5 4 33

57 5 5 4 5 5 24 5 4 4 4 4 21 5 4 5 5 4 23 5 5 5 5 4 4 4 32

58 5 4 5 5 5 24 5 5 4 5 5 24 5 4 5 5 5 24 5 5 4 5 5 5 4 33

59 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 5 21 5 5 5 5 5 25 5 5 4 5 5 4 5 33

60 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25 4 5 5 5 5 24 5 5 5 5 5 5 5 35

61 5 5 5 4 5 24 5 4 5 5 5 24 5 5 4 5 5 24 5 4 4 5 5 4 5 32

62 5 5 5 5 4 24 5 5 4 5 5 24 5 5 5 5 5 25 4 5 5 5 5 5 5 34

63 5 4 5 5 5 24 4 4 5 5 5 23 4 5 5 5 4 23 4 5 5 4 5 4 5 32

64 5 5 5 5 4 24 5 4 4 4 5 22 4 5 5 5 5 24 4 5 5 5 5 4 5 33

65 5 4 4 4 5 22 5 4 4 5 4 22 4 4 4 5 5 22 4 4 5 5 5 4 4 31

66 5 5 4 5 5 24 5 4 4 4 4 21 5 4 5 5 4 23 5 5 5 5 4 4 4 32

67 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 4 24 4 4 4 5 4 21 5 5 4 5 5 5 4 33

68 5 5 4 5 5 24 5 4 4 4 4 21 5 4 5 5 4 23 5 5 5 5 4 4 4 32

69 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 5 25 5 4 4 4 4 21 4 5 4 4 4 5 4 30

70 5 5 5 5 4 24 5 4 4 4 5 22 4 5 5 5 5 24 4 5 5 5 5 4 5 33

71 5 3 5 4 5 22 4 5 5 5 5 24 4 5 5 4 4 22 1 4 4 4 4 5 5 27

72 5 5 4 5 5 24 5 4 4 4 4 21 5 4 5 5 4 23 5 5 5 5 4 4 4 32

73 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 4 24 4 4 4 5 4 21 5 5 4 5 5 5 4 33

74 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 5 25 5 4 5 4 4 22 4 5 4 4 4 5 4 30


(6)

81 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 5 21 5 5 5 5 5 25 5 5 4 5 5 4 5 33

82 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 4 24 4 4 4 5 4 21 5 5 4 5 5 5 4 33

83 5 4 5 5 5 24 4 4 5 5 5 23 4 5 5 5 4 23 4 5 5 4 5 4 5 32

84 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 5 25 5 4 4 4 17 4 5 4 4 4 5 4 30

85 5 5 5 5 4 24 5 4 4 4 5 22 4 5 5 5 5 24 4 5 5 5 5 4 5 33