Tinjauan Teoritis Kepemilikan pada BUMN Privatisasi di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis Kepemilikan pada BUMN

Okten dan Arin 2003 mengemukakan dua pandangan tentang ekonomi kepemilikan dan peran kepemilikan pemerintah terhadap sumber-sumber produktif, yaitu : 1. Pandangan Sosial The Social View Menurut pandangan sosial, Badan-Badan Usaha Milik Negara BUMN mampu mengatasi masalah kegagalan pasar dengan melaksanakan kebijakan harga yang memperhitungkan biaya marjinal sosial dan keuntungan produksi. Dalam pandangan ini, perusahaan swasta akan memaksimumkan keuntungan, sedangkan BUMN akan memaksimumkan kesejahteraan sosial. Pada pasar monopoli, maksimalisasi keuntungan akan mengakibatkan harga yang sangat tinggi dan kuantitas yang rendah. Ketidakefisienan ini dapat diatasi dengan kepemilikan pemerintah pada perusahaan. Selain itu, pandangan sosial juga memperkirakan bahwa BUMN akan memilih penggunaan teknologi secara efisien. 2. Pandangan Agensi The Agency View Pandangan agensi menyatakan bahwa para manajer BUMN mungkin kekurangan insentif dan pengawasan. Di samping itu, interfensi politik didalam perusahaan menyebabkan terjadinya penyerapan tenaga kerja yang berlebihan, SY. Nani Rahmani: Analisis Efisiensi Pada BUMN Privatisasi Di Indonesia Dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, 2008. USU e-Repository © 2008 buruknya pilihan produk dan lokasi, kurangnya investasi dan buruknya penentuan insentif bagi para manajer. BUMN juga akan menggunakan teknologi yang tidak efisien dan menggunakan modal secara berlebihan. Dari segi efisiensi alokasi, pandangan agensi memperkirakan bahwa jika terjadi tingkat persaingan yang wajar, maka privatisasi akan mengakibatkan peningkatan efisiensi alokasi karena perusahaan meningkatkan produktifitasnya setelah privatisasi. Dalam hal ini, perusahaan akan memberikan harga yang kompetitif.

2.2. Privatisasi di Indonesia

Berdasarkan pengalaman internasional, privatisasi BUMN dilakukan atas dua alasan. Pertama, untuk mengurangi defisit fiskal dan atau menutupi kewajiban- kewajiban hutang-hutang pemerintah yang jatuh tempo, dan kedua, untuk mendorong kinerja ekonomi makro atau efisiensi makro Ika, 2002. Demikian pula yang terjadi di Indonesia. Pembiayaan defisit anggaran yang bersumber dari privatisasi BUMN telah dilaksanakan pemerintah Indonesia sejak tahun 2000. Ini merupakan tujuan jangka pendek, dimana dana hasil privatisasi akan habis digunakan untuk pembiayaan pada tahun yang bersangkutan. Meskipun demikian dalam perspektif jangka panjang, Indonesia menetapkan tujuan privatisasi dalam rangka efisiensi makro ekonomi. Ini dapat dilihat dari pengertian privatisasi yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah PP Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Persero Persero. PP Nomor 33 Tahun 2005 ini mendefinisikan privatisasi sebagai “penjualan saham Persero, baik SY. Nani Rahmani: Analisis Efisiensi Pada BUMN Privatisasi Di Indonesia Dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, 2008. USU e-Repository © 2008 sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka peningkatan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat”. Menurut Mahmudin Yasin 2002, ada tiga alasan utama mengapa restrukturisasi dan privatisasi BUMN di Indonesia perlu dilaksanakan dengan segera, yaitu : 1. Perbaikan kinerja BUMN dan peningkatan value Pengalaman privatisasi di berbagai negara menunjukkan bahwa pemilik baru dari sebuah BUMN lazimnya melakukan perbaikan secara lebih efektif mengingat adanya modal, teknologi, keahlian danatau jaringan pemasaran yang baru. Hal ini akan meningkatkan daya saing BUMN terhadap perusahaan swasta dan meningkatkan laba. Selanjutnya, BUMN akan mampu melakukan ekspansi usaha baik menggunakan sumber dana internal laba ditahan maupun melalui hutang-hutang komersial tanpa mengharapkan bantuan pendanaan pemerintah. 2. Mendorong terbentuknya good governance perusahaan yang sehat, transparan dan akuntabel serta pemerintahan yang efektif Privatisasi menjadi salah satu mesin pendorong bagi pembentukan pemerintahan yang efektif sehingga tugas-tugas pemerintahan yang berkaitan dengan dunia usaha akan lebih terfokus, efisien dan ditekankan pada perancangan dan penyempurnaan regulasi tingkat sektoral serta penetapan kebijakan sektor yang jelas dan kondusif bagi investasi. SY. Nani Rahmani: Analisis Efisiensi Pada BUMN Privatisasi Di Indonesia Dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, 2008. USU e-Repository © 2008 3. Mengurangi beban negara Negara tidak sanggup untuk memiliki persero dengan biaya tinggi atau tidak efisien, terutama persero yang bidang usahanya adalah kompetitif dan dapat dikelola lebih baik oleh swasta. Privatisasi adalah bagian dari reformasi struktural yang akan mendorong bangsa Indonesia keluar dari resesi saat ini, terutama dengan penyerahan pengelolaan sektor-sektor yang tidak menyangkut hajat hidup orang banyak. Dengan demikian, beralihnya fokus peranan pengelolaan pelayanan dari pihak pemerintah kepada pihak swasta diasumsikan akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. Pada saat itu, akan berlangsung mekanisme pasar. Meningkatnya akses pasar akan mampu meningkatkan arus kas perusahaan, sehingga perusahaan mampu memenuhi permintaan pasar serta mampu memproduksi barang dan jasa yang berkualitas, sebagaimana diperlihatkan gambar 2.1. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat lingkaran pengaruh positif privatisasi melalui metode Private Placement dengan perusahaan yang berpengalaman. Dengan privatisasi, BUMN akan memiliki modal kuat yang memadai untuk memenuhi target dan insentif. Adanya investasi dan penggunaan teknologi baru akan membuat BUMN lebih kompetitif dengan meningkatkan kualitas produk serta memperluas jaringan pasar. Melalui privatisasi akan terjadi transfer teknologi dari investor baru yang dapat dimanfaatkan dalam proses produksi sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk dalam waktu yang lebih cepat, kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih SY. Nani Rahmani: Analisis Efisiensi Pada BUMN Privatisasi Di Indonesia Dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, 2008. USU e-Repository © 2008 kompetitif. Perusahaan akan mampu memenuhi permintaan pasar sehingga memperoleh keuntungan yang besar, dan kembali memiliki modal yang kuat. Sound Regulatory Framework +. Incentives for Investment +. Transparency Policy Align +. Copany Incentives to National Goals Domestic and Internasional IPO with Private Placement with Experienced Company Meet Market Demands Strong Cash Flow Increased Demands Lower Prices Covenant for meeting targets and incentives linked to investments, lower prices and new technology services Expand Network Busnies with New Technology Improved ServicesProducts and Development Need Economic of Scale: Technology and management Driven Productivity Improvemnet Sumber : Setyanto P. Santosa Gambar 2.1. Virtuous Funding Cyrcle

2.3. Tinjauan Ekonomi Privatisasi