Ruang Lingkup Pembahasan PENGERTIAN PARTIKEL JOSHI

Kakujoshi 格助詞 sebagai bagian dari joshi (助詞) sangat sering digunakan dalam kalimat Bahasa Jepang. Karena partikel-partikel yang termasuk kelompok kakujoshi (格助 詞) memiliki makna gramatikal dan fungsi yang lebih dari satu macam ketika digunakan dalam suatu kalimat. Tadasu dalam Sudjianto 2003:34 menjelaskan bahwa kakujoshi biasanya dipakai setelah taigen 体言= nomina untuk menyatakan hubungan satu bunsetsu (文節) dengan bunsetsu (文節) lainnya. Sebagai salah satu partikel yang termasuk jenis kakujoshi (格助 詞) , partikel で , に , を sangatlah sering digunakan dalam kalimat Bahasa Jepang. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana ragam pemakaian partikel で , に , を yang menerangkan tempat? 2. Bagaimana perbedaan dan persamaan partikel で , に , を tersebut dilihat dari segi makna?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian ini akan membahas makna dan fungsi partikel で , に , を dalam kalimat Bahasa Jepang yang diambil dari buku Minna no Nihongo I dan Minna no Nihongo II dan buku Nihongo no Joshi. Dan perbedaan dari ketiga partikel tersebut. Sebagai bahan pembahasan, tema yang dipilih merupakan tema-tema yang dalam kalimat-kalimat nya menggunakan partikel で , に , を . sehingga diharapkan tema ini dapat ditemukan makna gramatikal dan fungsi partikel で , に , を dalam kalimat Bahasa Jepang. Universitas Sumatera Utara

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Menurut Chaef dalam Chaer 1992:21 menyatakan bahwa analisis bahasa, komponen semantiklah yang menjadi pusat. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik memegang peranan penting. Dan lebih lanjut Chafe dalam Samsuri 1994:350 mengungkapkan bahwa berfikir tentang bahasa sebenarnya sekaligus juga melibatkan makna. Makna berfungsi sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Perbedaan antara leksikal dan gramatikal menyebabkan dalam semantic itu dibedakan pula semantik leksikal dan semantik gramatikal. Menurut Lubis 2002:7 mengungkapkan bahwa kalau yang menjadi objek penelitiannya adalah leksikon dari bahasa, maka jenis semantiknya disebut semantik leksikal. Sedangkan pada semantik gramatikal yang menjadi objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran bahasa. Menurut Salim 2002:486 gramatikal adalah berkenan dengan tata bahasa. Unsur pembawa makna yang terkecil yang bersifat gramatikal adalah morfem, maksudnya dalam konteks ini adalah morfem terikat. Selain morfem sebagai makna gramatikal, joshi (助詞) juga sebagai makna gramatikal, karena joshi ( 助 詞 ) bisa menimbulkan makna apabila dihubungkan dengan predikatnya. Dalam gramatika Bahasa Jepang, partikel termasuk kedalam salah satu hinshi 品詞 = kelas kata. Partikel 助 詞 sering diartikan sebagai kata bantu atau post posisi Situmorang; 1997:36. Universitas Sumatera Utara Lebih lanjut menurut Salim 2002:1099 助 詞 partikel adalah kata yang hanya mengandung makna gramatikal saja dan biasanya diderivikasikan atau diidentifikasikan, termasuk didalamnya kata sandang, preposisi, konjugasi, dan interjeksi. Partikel で , に , を termasuk kakujoshi. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Masuoka 2000:1 名詞の述語に対する関係を指す格助詞には が、を、に、と、から、で、まで、へ、 よりの九つがある。 “Meishi no jutsugo ni taisuru kankei o sasu kakujoshi ni wa [ga], [o],[ni],[to],[kara],[de],[made],[e],[yori] no kokonotsu ga aru”. Terjemahannya: ‘partikel-partikel kakujoshi yang menunjukkan hubungan predikat dengan nomina ada 9buah yaitu が、を、に、と、から、で、まで、へ、より。 Pendapat yang sama juga dikemukakan oeh Iori 2001:345 yang menyatakan kakujoshi [ が、を、に、と、から、で、まで、へ、より ] yang menunjukkan hubungan antara nomina dengan predikat yang disebut kakujoshi (格助詞) .

2. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disorot Nawawi, 1995:39-40. Berdasarkan pendapat di atas, maka untuk melihat makna gramatikal partikel で , に , を yang ada dalam kalimat Bahasa Jepang, maka penulis menggunakan konsep makna gramatikal. Universitas Sumatera Utara Karena menurut Dedi Sutedi 2003:107 dalam bahasa jepang 助詞 joshi dan 助動 詞 jodoshi tidak memiliki makna leksikal tetapi memiliki makna gramatikal sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam sebuah kalimat. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori makna gramatikal dan fungsi kakujoshi で , に , を dalam Sudjianto, 2007:34-47 dan Sugihartono 2000:1-25. Secara konkrit teori yang dipakai untuk menganalisa makna dan fungsi kakujoshi adalah menurut pendapat Seiichi Makino dan Michio Tsutsui. Teori ini yang diajikan acuan dalam penelitian adalah basic Japanese grammar Tsutsui, 1986:289-303 . secara umum teori yang digunakan adalah teori semantik.

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan dan manfaat penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

 . Untuk mengetahui dan memahami makna yang menunjukkan “tempat” pada partikel で , に , を dalam kalimat Bahasa jepang. • Untuk mengetahui fungsi dan perbedaan dari ketiga partikel yaitu で , に , を kalimat bahasa jepang

2. Manfaat Penelitian

• Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang makna gramatikal dan fungsi partikel で , に , を yang ada dalam kalimat bahasa jepang. Universitas Sumatera Utara • Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap keilmuan di Fakultas Sastra USU khususnya jurusan sastra jepang untuk memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan. 1.6 Metodologi Penelitian Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Nazir 1998:63 yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada masa sekarang. Dalam penelitin ini penulis mencoba untuk memaparkan makna gramatikal dan fungsi partikel で , に , を yang terdapat dalam kalimat-kalimat bahasa jepang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kepustakaan library research. Studi ini dilakukan dengan cara menghimpun data dari berbagai sumber. Menurut Sumanto 1990:19 studi kepustakaan mencakup pengidentifikasian, penjelasan, dan penguraian yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Universitas Sumatera Utara BAB II PARTIKEL JOSHI DALAM BAHASA JEPANG

2.1. PENGERTIAN PARTIKEL JOSHI

Bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang disepakati bersama untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, mengidentifikasikan diri Kridalaksana, 2005:3. Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi yang verbal yang paling utama dalam aktivitas hidup manusia, bahasa sebagai suatu sistem tanda maksudnya adalah bahwa bahasa memiliki makna dan berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar yang menggunakannya. Bahasa Jepang memiliki banyak perbedaan jika dibandingkan dengan Bahasa Indonesia. Kalimat dalam bahasa Jepang memiliki pola S-O-P, sedangkan Bahasa Indonesia memiliki pola S-P-O. Situmorang 2007:8 membagi jenis kelas kata Bahasa Jepang yaitu: 1 Doushi (動詞) 2 Keiyoushi (形容詞) 3 Keiyoudoushi (形容動詞) 4 Meishi (名詞) 5 Fukushi (副詞) 6 Rentaishi (連体詞) 7 Kandoushi (感動詞) 8 Setsuzokushi (接続詞) 9 Joudoushi (助動詞) Universitas Sumatera Utara 10 Joshi (助詞) Dari pembagian kelas kata tersebut, Penulis bermaksud membahas mengenai Joshi Partikel dalam Bahasa Jepang. Dalam sisi gramatikalnya, Bahasa Jepang banyak memiliki partikel Joshi yang memiliki fungsi yang bermacam-macam pula. Joshi dalam Bahasa Jepang memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata lain didalam sebuah kalimat, serta untuk menambah arti kata tersebut agar menjadi lebih jelas lagi Sudjianto, 2204:181. Pengertian Joshi (助詞) jika dilihat dari asal katanya berasal dari kata: 助 : 助ける、ジョ : membantu, 詞 : ことば、し : kata Jadi berarti 助詞 berarti kata bantu Sudjianto 2004:18 mengemukakan bahwa Joshi adalah kelas kata yang termasuk dalam Fuzukugo kata yang tidak mengalamai perubahan konjugasi, yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut agar lebih jelas lagi. Sugihartono 2001:viii menyatakan Joshi 助詞 adalah jenis kata yang tidak memiliki perubahan, dan tidak bisa berdiri sendiri yang memiliki fungsi membantu, dan menentukan; arti, hubungan, penekanan, pertanyaan, keraguan dan lainnya dalam suatu kalimat bahasa jepang baik dalam ragam lisan maupun tulisan. Sedangkan menurut Chino 2006:vii menyatakan bahwa sebuah Partikel mungkin dapat didefenisikan sebagai bagian yang tidak dapat ditafsirkan dalam sebuah percakapan, memiliki kemutlakan arti tersendiri yang bebas ikatan, melengkapi dirinya sendiri dalam bagian-bagian pembicaraan, yang dengan demikian, ia menempatkan dirinya dalam sebuah konteks. Oleh karena itu, suatu kata yang hanya terdiri dari Partikel saja mungkin tidak akan bermakna apa- apa. Universitas Sumatera Utara Joshi dalam Bahasa Jepang adalah kata yang berfungsi sebagai penggabung antar kata dan merupakan hubungan frasa yang menunjukkan objeknya. Joshi merupakan tambahan dan tidak berkonjugasi berubah bentuk. www.wikitionary.org Situmorang 2007:50 juga mengungkapkan beberapa ciri-ciri Joshi ( 助 詞 ) , diantaranya adalah: 1. tidak dapat berdiri sendiri 2. tidak berkonjugasi 3. tidak menjadi subjek, predikat, objek ataupun keterangan dalam sebuah kalimat 4. selalu mengikuti kata lain Iwabuchi Tadasu menjelaskan bahwa kelas kata seperti が , に , で , を , けど , けれど も , ね , は , dan sebagainya dalam Bahasa Jepang disebut (助詞) . Oleh karena itu Joshi dengan sendirinya tidak dapat membentuk sebuah bunsetsu, maka kelas kata ini termasuk Fuzokugo 付属語. Joshi tidak mengalami perubahan konjugasi deklinasi. Kelas kata seperti ini dalam bahasa inggris biasanya dipakai sebelum nomina atau sebelum kelas kata lain, sedangkan dalam Bahasa Jepang dipakai setelah kata lain Tadasu, 1989:157 dalam Sudjianto, 1996:3.

2.2 KLASIFIKASI, FUNGSI, DAN PEMAKAIAN PARTIKEL DALAM BAHASA JEPANG