Shafira Frida : Kajian Perbandingan Sambungan Antar Kayu Dengan Kayu Dan Antar Kayu Dengan Pelat Baja Berdasarkan PKKI Ni-5-2002 Teoritis Dan Eksperimental, 2010.
II.3.1 KUAT ACUAN BERDASARKAN PEMILAHAN SECARA MEKANIS
Pemilahan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku.
Berdasarkan modulus elastis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan lainnya dapat diambil mengikuti tabel II.1. Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel
II.1 dapat digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti standar-standar eksperimen yang baku.
Tabel II.1 Nilai Kuat Acuan MPa Berdasarkan Atas Pemilahan Secara Mekanis pada Kadar Air 15
Kode Mutu
E
w
F
b
F
t
F
c
F
v
F
⊥ c
E26 E25
E24 E23
E22 E21
E20 E19
E18 25000
24000 23000
22000 21000
20000 19000
18000 17000
66 62
59 56
54 56
47 44
42 60
58 56
53 50
47 44
42 39
46 45
45 43
41 40
39 37
35 6,6
6,5 6,4
6,2 6,1
5,9 5,8
5,6 5,4
24 23
22 21
20 19
18 17
16
Shafira Frida : Kajian Perbandingan Sambungan Antar Kayu Dengan Kayu Dan Antar Kayu Dengan Pelat Baja Berdasarkan PKKI Ni-5-2002 Teoritis Dan Eksperimental, 2010.
E17 E16
E15 E14
E13 E12
E11 E10
16000 15000
14000 13000
14000 13000
12000 11000
38 35
32 30
27 23
20 18
36 33
31 28
25 22
19 17
34 33
31 30
28 27
25 24
5,4 5,2
5,1 4,9
4,8 4,6
4,5 4,3
15 14
13 12
11 11
10 9
Dimana : E
w
= Modulus elastis lentur F
b
= Kuat lentur F
t
= Kuat tarik sejajar serat F
c
= Kuat tekan sejajar serat F
v
= Kuat geser F
⊥ c
= Kuat tekan tegak lurus serat
II.3.2 KUAT ACUAN BERDASARKAN PEMILAHAN SECARA VISUAL
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat
jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
Shafira Frida : Kajian Perbandingan Sambungan Antar Kayu Dengan Kayu Dan Antar Kayu Dengan Pelat Baja Berdasarkan PKKI Ni-5-2002 Teoritis Dan Eksperimental, 2010.
a. Kerapatan pada kondisi basah berat dan volume diukur pada kondisi basah,
tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30 dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan satuan kgm³ untuk .
b. Kadar air, m m 30, diukur dengan prosedur baku.
c. Hitung berat jenis pada m G
m
dengan rumus :
G
m
=
ρ
[1000 1 + m100]
d. Hitung berat jenis dasar G
b
dengan rumus : G
b
= G
m
[1 + 0,265 a G
m
] dengan a = 30 – m 30 e.
Hitung berat jenis pada kadar air 15 G
15
dengan rumus : G
15
= G
b
1 – 0,133 G
b
f. Hitung estimasi kuat acuan, dengan modulus elastisitas lentur Ew = 16500
G
0.7
, dimana G : Berat jenis kayu pada kadar air 15 = G
15
. Untuk kayu dengan serat tidak lurus danatau mempunyai cacat kayu,
estimasi nilai modulus elastis lentur acuan pada point f harus direduksi dengan mengikuti ketentuan pada SNI Standar Nasional Indonesia 03-3527-1994 UDC
Universal Decimal Classification 691.11 tentang “Mutu Kayu Bangunan“ yaitu dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastis lentur acuan dari Tabel II.1
tersebut dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel II.2 yang bergantung pada kelas mutu kayu . Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel II.3.
Tabel II.2 Nilai Rasio Tahanan Kelas Mutu
Nilai Rasio Tahanan
Shafira Frida : Kajian Perbandingan Sambungan Antar Kayu Dengan Kayu Dan Antar Kayu Dengan Pelat Baja Berdasarkan PKKI Ni-5-2002 Teoritis Dan Eksperimental, 2010.
A B
C 0.80
0.63 0.50
Tabel II.3 : Cacat Maksimum untuk Setiap Kelas Mutu Kayu Macam Cacat
Kelas Mutu A Kelas Mutu B
Kelas Mutu C
Mata Kayu : Terletak di muka lebar
16 lebar kayu 14 lebar kayu
12 lebar kayu Terletak di muka sempit
18 lebar kayu 16 lebar kayu
14 lebar kayu Retak
15 tebal kayu 16 tebal kayu
12 tebal kayu Pingul
110 tebal atau 16 tebal atau
14 tebal atau lebar kayu
lebar kayu lebar kayu
Arah serat 1:13
1:9 1:6
Saluran Damar 15 tebal kayu
25 tebal kayu 12 tebal kayu
eksudasi tidak diperkenankan
Gubal Diperkenankan
Diperkenankan Diperkenankan
Lubang serangga Diperkenankan
Diperkenankan asal Diperkenankan
asal terpencar dan terpencar dan
asal terpencar dan ukuran dibatasi
ukuran dibatasi dan ukuran dibatasi
dan tidak ada tidak ada tanda-
dan tidak ada tanda-tanda
tanda serangga tanda-tanda
serangga hidup hidup
serangga hidup Cacat lain lapuk, hati
Tidak Tidak
Tidak rapuh, retak melintang
diperkenankan diperkenankan
diperkenankan
Shafira Frida : Kajian Perbandingan Sambungan Antar Kayu Dengan Kayu Dan Antar Kayu Dengan Pelat Baja Berdasarkan PKKI Ni-5-2002 Teoritis Dan Eksperimental, 2010.
Berdasarkan PKKI 1961, secara umum ada 2 dua kelas kayu antara lain : 1
Kelas Awet Durability Lembaga Penelitian Hasil Hutan membagi-bagi keawetan kayu di Indonesia dalam
lima kelas awet lihat Tabel II.4 Angka-angka tersebut di atas hanya mengenai daerah tropika. Dalam daerah
pegunungan dengan iklimnya yang lebih sejuk, keawetan kayu lebih tinggi daripada yang telah disebutkan di atas.
Tabel II.4 Kelas Awet Kayu Kelas awet
I II
III IV
V
a. Selalu berhubungan dengan 8 tahun
5 tahun 3 tahun
sangat sangat
tanah lembab pendek
pendek b. Hanya terbuka terhadap
20 tahun 15 tahun 10 tahun
beberapa sangat
angin dan iklim tetapi dilin- tahun
pendek dungi terhadap pemasukan
air dan kelemasan c. Di bawah atap tidak berhu-
tak tak
sangat beberapa pendek
bungan dengan tanah terbatas
terbatas lama
tahun lembab dan dilindungi
terhadap kelemasan
Shafira Frida : Kajian Perbandingan Sambungan Antar Kayu Dengan Kayu Dan Antar Kayu Dengan Pelat Baja Berdasarkan PKKI Ni-5-2002 Teoritis Dan Eksperimental, 2010.
d. Seperti di atas c tetapi di- tak
tak tak
20 tahun 20 tahun
pelihara yang baik, selalu di- terbatas
terbatas terbatas
cat, dan sebagainya e. Serangan oleh rayap
tidak jarang
agak sangat
sangat cepat
cepat cepat
f. Serangan oleh bubuk kayu tidak
tidak hampir
tak sangat
kering tidak
seberapa cepat
2 Kelas Kuat Strength Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan membagi-bagi kekuatan kayu Indonesia
dalam lima kelas kuat didasarkan kepada jenis kayu tersebut lihat Tabel II.5.
Tabel II.5 Kelas Kuat Kayu
Kelas Kuat Berat Jenis
Kekuatan lentur Kekuatan tekan
mutlak kgcm² mutlak kgcm²
I ≥ 0.90
≥ 1100 ≥ 650
II 0.90 - 0.60
1100 - 725 650 - 425
III 0.60 - 0.40
725 - 500 425 - 300
IV 0.40 - 0.30
500 - 360 300 - 215
V ≤ 0.30
≤ 360 ≤ 215
Shafira Frida : Kajian Perbandingan Sambungan Antar Kayu Dengan Kayu Dan Antar Kayu Dengan Pelat Baja Berdasarkan PKKI Ni-5-2002 Teoritis Dan Eksperimental, 2010.
II.4 SIFAT BAHAN BAJA