1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak pakar ekonomi mengatakan bahwa krisis ekonomi yang melanda Bangsa Indonesia tahun 1998 yang lalu telah membuat kondisi
perekonomian negara semakin menurun. Bahkan, dampak dari krisis moneter yang telah terjadi tiga belas tahun silam masih kita rasakan hingga saat ini.
Memang ada beberapa pencapaian di beberapa bidang kehidupan, namun belum mampu mendorong terjadinya perbaikan kesejahteraan rakyat. Dan
salah satu kegiatan usaha yang paling dominan dan sangat dibutuhkan keberadaanya di dunia ekonomi dewasa ini adalah kegiatan usaha lembaga
keuangan perbankan secara umum dan lembaga keuangan syariah secara khusus. Fungsi perbankan adalah sebagai lembaga yang sangat berperan
dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia di mulai tahun 1992
dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Kesuksesan Bank Muamalat Indonesia melewati krisis ekonomi tahun 1998 telah menginspirasi tumbuh
pesatnya perbankan syariah di Indonesia. Bank Muamalat Indonesia BMI adalah sebagai Bank Syariah
pertama di Indonesia berdiri tahun 1991 dan mulai beroperasi tahun 1992 dengan modal awal 190 miliar rupiah. Ketika krisis ekonomi tahun 1998, BMI
mengalami kerugian sebesar 105 miliar rupiah. Ekuitas mencapai titik
2
terendah, yaitu 39,3 miliar rupiah. Kurang dari sepertiga modal setoran awal www.muamalatbank.com.
Persaingan yang semakin ketat saat ini terjadi seiring dengan semakin pesatnya perkembangan bank syariah di Indonesia. Pada dasarnya persaingan
utama bank syariah, khususnya BMI bukanlah dengan sesama perbankan syariah, tetapi dengan perbankan konvensional itu sendiri.
Oleh karena itu, persaingan ini menuntut para pemasar untuk selalu menginovasi strategi bisnisnya. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut
adalah melalui manajemen merek. Pada tingkat persaingan yang rendah, merek hanya sekedar
membedakan antara satu produk dengan produk lainnya atau merek sekedar nama just a name. sedangkan pada tingkat persaingan yang tinggi, merek
memberikan kontribusi dalam menciptakan dan menjaga daya saing sebuah produk. Merek akan dihubungkan dengan citra khusus yang mampu
memberikan asosiasi
tertentu dalam
benak konsumen.
Dalam perkembangannya, perusahaan semakin menyadari merek sebagai aset
perusahaan yang paling bernilai. Hanya produk yang memiliki ciri khas ataupun yang memiliki merek
yang kuat saja yang mampu membedakan dengan produk yang lainlah yang akan mudah diingat oleh konsumen. Jadi, jika sebuah merek sudah dikenal
dan kemudian dalam benak konsumen merek tersebut dipersepsikan memiliki kualitas yang tinggi.
3
Penelitian Rao dan Monroe 1989 dan Dodd, Monroe dan Grewal 1991 dalam Eva sheilla 2007 menyatakan bahwa pembeli yang mempunyai
citra merek yang tinggi akan menimbulkan minat beli. Jika sebuah merek sudah dikenal dan kemudian dalam benak konsumen ada asosiasi tertentu
terhadap sebuah merek untuk membedakannya dengan merek lain lalu konsumen akan mempersepsikan dengan kualaitas yang tinggi dan membuat
mereka merasa puas, maka merek tersebut memiliki ekuitas merek yang tinggi.
Salah satu industri di Indonesia yang mempunyai potensi besar memanfaatkan kekuatan merek adalah industri perbankan yang mengalami
gambaran suram pada saat terjadi krisis moneter pertengahan tahun 1997, yang diyakini telah menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap
bank. Citra bank ambruk, atau negatif. Citra bank dapat mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih bank mana yang diminati untuk dipilih.
Sikap masyarakat terhadap nama merek bank-bank tertentu menjadi negatif. Adanya ketidak percayaan nasabah terhadap bank-bank tertentu. Hal ini
merupakan ekspresi dari tidak berhasilnya suatu bank membangun hubungan emosional dengan merek bank tersebut Temporal,2002, dimana tingkat
kepercayaan haruslah dicapai terlebih dahulu sebelum mencapai tingkat loyalitas.
Pada prinsipnya bank adalah salah satu bentuk bisnis jasa, sebagai industri jasa, setiap bank akan berusaha memberikan layanan produk dan jasa
yang maksimal bagi nasabahnya, nasabah yang puas adalah nasabah yang
4
puas terhadap layanan dari produk dan jasa yang diberikan oleh pihak perbankan. Konsumen yang puas cenderung akan menjadi konsumen yang
loyal secara terus menerus menggunakan produk dan jasa bank tersebut dalam jangka waktu yang lama. Dengan kata lain, setiap bank akan berusaha
memberikan nilai tambah value added yang berbeda terhadap produk dan jasa layanan yang diberikan kepada nasabahnya. Nilai tambah inilah yang
membuat suatu bank berbeda dari yang lainnya, yang akhirnya menyebabkan kenapa orang mempunyai alasan untuk memilih bank tersebut dibandingkan
dengan bank lainnya atau menutup rekeningnya di bank tersebut. Pihak bank dapat menggunakan merek yang merupakan visi
bagaimana mengembangkan, memperkuat, mempertahankan dan mengelola suatu perusahaan. sehingga bagi industri perbankan dapat menentukan
prioritas - prioritas yang harus diperhatikan lebih mendalam dalam membuat program-program pemasarannya, agar dapat memiliki daya saing dalam
persaingan di industri perbankan. Kemudian selain dengan meningkatkan citra merek, perusahaan juga
harus memperhatikan strategi pemasarannya yakni dalam bidang periklanan. periklanan adalah semua bentuk penyajian non personal promosi ide
– ide, promosi barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang dibayar
kotler, 2001:245. Istilah periklanan berbeda dengan iklan karena iklan adalah beritanya itu sendiri, sedangkan perliklanan adalah prosesnya, yaitu
suatu program kegiatan untuk mempersiapkan berita tersebut dan menyebarluaskan kepada pasar. Iklan dapat dilakukan pada media televisi,
5
surat kabar, radio, majalah, penyebaran brosur, plakat maupun pemasangan papan reklame. Masing
– masing pemilihan media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, serta tergantung dengan besarnya biaya perliklanan
yang ditetapkan oleh masing – masing perusahaan.
Dalam hal ini, televisi, koran dan majalah merupakan media yang efektif digunakan untuk menginformasikan produk maupun fasilitas bank
syariah kepada masyarakat, jika strategi komunikasi publik bisa diterapkan secara optimal. Pendekatan komunikasi lain yang dapat ditempuh adalah
melalui jalur seminar-seminar di perguruan tinggi, jalur organisasi kemasyarakatan, organisasi kemahasiswaan ataupun pengenalan melalui
sekolah-sekolah Islam serta pondok pesantren perlu dilakukan. Selain itu juga, Persepsi masyarakat terhadap bank syariah adalah hal
urgent yang harus diperhatikan dalam rangka mengukur, merencanakan, dan menerapkan strategi pengembangan bank syariah di bidang apapun. KARIM
Business Consulting tahun 2004 pernah melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap bank syariah. Dari hasil penelitian tersebut
terlihat bahwa masyarakat kurang mengetahui tentang bank syariah terkait dengan produk mapun fasilitas yang ditawarkan karena kurangnya promosi
maupun edukasi pasar. Dari segi segmen pasar, jika bank syariah berniat fokus untuk kalangan
muslim sebagai target pasarnya, mereka dapat memanfaatkan figur-figur panutan yang dipandang oleh masyarakat setempat. Sedangkan jika bank-bank
syariah ingin memperluas pasar ke target market non muslim, mereka dapat