2.8. Pengembangan Sistem Informasi Berorientasi Objek
2.8.1. Pengertian Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem sistem development dapat berarti menyusun sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan
atau memperbaiki sistem yang sudah ada dengan harapan bahwa sistem yang baru dapat mengatasi sistem yang lama Jogiyanto, 2005. Sistem yang lama
perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut Jogiyanto, 2005:
1. Adanya permasalahan-permasalahan problems yang timbul di
sistem yang lama. Permasalahan yang timbul dapat berupa ketidakberesan dalam sistem yang lama yang menyebabkan sistem
yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan. Dan juga pertumbuhan organisasi, yang menyebabkan harus
disusunnya sistem yang baru. Pertumbuhan organisasi diantaranya adalah kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan
data yang semakin meningkat, perubahan prinsip akuntansi atau pengolahan data yang baru.
2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan opportunities, teknologi
informasi telah berkembang dengan cepatnya. Perangkat keras komputer, perangkat lunak dan teknologi komunikasi telah begitu
cepat berkembang. Organisassi mulai merasakan bahwa teknologi informasi ini perlu digunakan untuk meningkatkan pelayanan
informasi sehingga dapat mendukung dalam proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh pihak manajemen.
3. Adanya instruksi-instruksi directives, penyusunan sistem yang
baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari atas pimpinan ataupun dari luar organisasi.
Karena adanya permasalahan, kesempatan atau instruksi, maka sistem yang baru perlu dikembangkan untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan yang timbul, meraih kesempatan-kesempatan yang ada atau memenuhi instruksi yang diberikan.
Gambar 2.6. Pengembangan Sistem Informasi Sumber: Jogiyanto, 2005
Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan dari mulai sistem direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan,
dioperasikan dan dipelihara. Ketika dalam operasinya sistem mengalami permasalahan, maka perlu dikembangkan kembali suatu cara atau tehnik
yang sistematis untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, ini disebut juga metodologi pengembangan sistem informasi. Dari beberapa metode
pengembangan sistem yang digunakan, proses pengembangan sistem yang utama adalah analisis sistem, desain sistem dan implementasi sistem.
Metode yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah pengembangan sistem informasi berorientasi objek. Metode orientasi
objek menganalogikan sistem aplikasi seperti kehidupan nyata. Sistem yang dibangun dengan teknologi objek memiliki fleksbilitas yang tinggi
terhadap perubahan karena menggunakan konsep komponen yang bisa digunakan kembali. Berikut dijelaskan lebih lanjut tentang pengembangan
sistem informasi berorientasi objek. 2.8.2.
Pengertian Object Oriented
Object oriented atau berorientasi objek, merupakan suatu organisasi perangkat lunak sebagai kumpulan dari objek tertentu yang
memiliki struktur data dan perilakunya Sutopo, 2002. Metode pengembangan berorientasi objek diperkenalkan pada tahun 1980, fokus
utama metodologi ini dengan melihat suatu sistem terdiri dari objek yang saling berhubungan. Objek yang digambarkan dalam sebuah model bagian
sistem merupakan suatu fokus selama dalam proses analisis dan
perancangan dengan menekankan pada state, perilaku behavior dan interaksi objek dalam model tersebut.
Metode object oriented menganalogikan sistem aplikasi seperti kehidupan nyata yang didominasi oleh objek. Manusia adalah objek,
komputer adalah objek. Objek memiliki atribut: manusia memiliki nama, pekerjaan, rumah dan lain-lain. Mobil memiliki warna, merk, sejumlah
roda dan lain-lain. Komputer memiliki kecepatan, sistem operasi dan lain- lain. Objek dapat beraksi dan bereaksi. Manusia dapat berjalan, berbicara,
makan, minum; mobil dapat berjalan, mengerem; komputer dapat mengolah data, menampilkan gambar dan lain-lain.
Keunggulan teknologi objek dengan demikian adalah bahwa model yang dibuat akan sangat mendekati dunia nyata yang masalahnya akan
dipecahkan oleh sistem yang dibangun. Sistem yang dibangun dengan teknologi objek memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap perubahan
karena menggunakan konsep komponen yang bisa digunakan kembali Hermawan, 2004.
Terdapat beberapa cara untuk menentukan karakteristik dalam pendekatan berorientasi objek, tetapi secara umum mencakup Polimorfisme,
Inheritance Pewarisan dan Encapsulation Pembungkusan. a
Polimorfisme, yaitu konsep yang menyatakan bahwa suatu fungsi yang sama dapat diterapkan dan dapat dimiliki oleh kelas-kelas yang
berlainan.
b Inheritance, pewarisan ini pada dasarnya adalah berbagi atribut dan
operasi antarkelas berdasarkan hierarki kelas. Pewarisan akan sangat mengurangi perulangan penulisan kode dan mungkin merupakan salah
satu keunggulan
utama rekayasa
perangkat lunak,
karena memungkinan penulisan kode yang lebih sedikit tanpa mengorbankan
esensi perangkat lunak secara keseluruhan. c
Encapsulation, Pembungkusan berarti meninggalkan aspek eksternal dari objek yang dapat diakses oleh objek lain dan memfokuskan diri
pada implementasi internal suatu objek. Keuntungan pembungkusan adalah memungkinkan seseorang menggunakan memanfaatkan
fungsi-fungsi serta layanan suatu komponen yang diciptakan dengan konsep pembungkusan tanpa mengetahui rincian implementasinya.
Pemahaman dasar konsep pemodelan objek yang akan digunakan akan dijelaskan sebagai berikut:
1 Objek
Sebuah objek memiliki keadaan state dan perilaku behavior. State dari sebuah objek adalah kondisi objek tersebut atau himpunan dari
keadaan yang menggambarkan objek tersebut. State dinyatakan dengan nilai dari sebuah atribut objeknya. Atribut adalah nilai internal suatu
objek yang mencerminkan antara lain karakteristik objek, kondisi objek, kondisi sesaat, koneksi dengan objek lain dan identitas. Perubahan state
dicerminkan oleh perilaku behavior objek tersebut.
Behavior suatu objek mendefinisikan bagaimana sebuah objek bertindak beraksi dan memberikan reaksi. Behavior ditentukan oleh
himpunan semua atau beberapa operation yang dapat dilakukan dalam objek itu sendiri. Behavior dari sebuah objek dicerminkan oleh interface,
service dan methode dari objek tersebut. Interface adalah pintu untuk mengakses service objek. Service
adalah fungsi yang bisa diemban objek. Methode adalah mekanisme internal objek yang mencerminkan perilaku behavior objek tersebut.
Sebagai contoh, jika printer merupakan sebuah objek maka perilaku behavior atau servisnya mencetak apapun yang dia terima.
2 Kelas Class
Kelas Class adalah definisi umum pola, template atau cetak biru untuk himpunan objek sejenis. Kelas menetapkan spesifikasi
perilaku behaviors dan atribut objek-objek tersebut. Class adalah absraksi dari entitas dalam dunia nyata. Objek adalah contoh dari sebuah
kelas. Sebagai contoh, atribut untuk kelas binatang adalah berkaki empat dan memiliki ekor. Perilakunya adalah makan dan tidur. Contoh yang
mungkin dari kelas binatang ini adalah kucing, gajah dan kuda. 3
Association dan Aggegation Association asosiasi adalah hubungan antar objek yang saling
membutuhkan. Sedangkan aggregation agregasi adalah bentuk khusus dari asosiasi yang menggambarkan seluruh bagian suatu objek
merupakan bagian dari objek lainnya. Sebagai contoh, objek tanggal
dapat disusun dari objek hari, objek bulan dan objek tahun. 2.8.3. Pengembangan Sistem Berorientasi Objek
Terdapat beberapa metode strategi alternatif dalam pengembangan sistem, salah satunya adalah pengembangan model-driven model-driven
development. pengembangan model-driven adalah sebuah startegi pengembangan sistem yang menekankan pembuatan gambar model-model
sistem untuk membantu visualisasi dan analisis masalah, mendefinisikan persyaratan bisnis dan mendesain sistem informasi Whitten, 2007.
Dalam pengembangan model-driven terdapat beberapa pemodelan, Whitten, 2007 yaitu:
a. Pemodelan proses process modeling
b. Pemodelan data data modeling
c. Pemodelan objek object modeling
Menurut Jeffrey L. Whitten 2007, teknik analisis berorientasi objek merupakan alat terbaik yang dapat digunakan untuk sebuah proyek
yang akan mengimplementasikan sistem yang menggunakan teknologi objek untuk membangun, mengelola dan merakit objek-objek menjadi
aplikasi komputer yang berguna. Pemodelan objek object modeling merupakan sebuah teknik yang
mencoba untuk menyatukan data dan proses ke dalam konsepsi tunggal yang disebut objek. Model-model objek adalah diagram-diagram yang
mendokumentasikan sebuah sistem dalam artian objek-objek dan interaksi-
interaksinya. Pemodelan objek adalah basis atau dasar dari metodologi- metodologi analisis dan desain berorientasi objek. Teknik pemodelan
objek menyajikan penggunaan metodologi dan notasi diagram yang sama sekali berbeda dengan teknik lainnya Whitten, 2007.
Terdapat beberapa kelebihan dalam penggunaan teknik permodelan berorientasi objek, di antaranya:
a. Jika terjadi perubahan pada sistem, maka hanya perlu mengubah
objek dan fungsinya yang dikehendaki tanpa akan mempengaruhi objek lain yang tidak dikehendaki terjadinya perubahan. Hal ini
dikarenakan setiap objek berdiri secara mandiri Whitten, 2007. b.
Jika terjadi perubahan pada sistem, maka akan lebih mudah mengubahnya, meskipun pada sistem yang besar sekalipun Whitten,
2004. c.
Pendekatan objek menuntun penggunaan ulang reuse komponen- komponen program selanjutnya Hariyanto, 2004.
d. Perangkat lunak yang dikembangkan dengan berorientasi objek
mempermudah pemeliharaan Hariyanto, 2004. e.
Sistem berorientasi objek lebih mudah diadaptasi dan diskala menjadi sistem lebih besar karena sistem-sistem lebih besar dibuat
dengan merakit subsistem-subsistem yang dapat diguna ulang Hariyanto, 2004.
Teknik permodelan objek menyajikan penggunaan metode dan notasi untuk pemodelan data dan pemodelan proses. Pada akhir tahun 80-
an dan awal tahun 90-an, digunakan beberapa metode berorientasi objek yang berbeda-beda. Yang paling terkenal adalah Metode Booch dari Grady
Booch, Object Modeling Technique OMT dari James Rumbaugh dan Object Oriented Software Engineering OOSE dari Ivar Jacobson.
Banyaknya metode dan teknik berorientasi objek yang ada menjadi industri pengembangan berorientasi objek membatasi kemampuan untuk
memakai model-model pada proyek lain dan tim pengembang. Masalah ini dan yang lainnya mendorong dilakukannya usaha untuk mendesain bahasa
pemodelan standard Whitten, 2007. Pada tahun 1994, Grady Booch dan James Rumbaugh sepakat
bergabung untuk menggunakan metode pengembang berorientasi objek dengan tujuan membuat proses standard tunggal untuk mengembangkan
sistem berorientasi objek. Ivar Jacobson bergabung pada tahun 1995 dan mereka bertiga fokus membuat bahasa pemodelan objek standard sebagai
ganti dari pendekatan atau metode berorientasi objek yang sebelumnya. Berdasarkan hasil kerja mereka dihasilkanlah Unified Modeling Language
UML versi 1.0 yang dirilis tahun 1997 Whitten, 2007.
2.9. Metode Pengembangan Sistem Rapid Aplication Developtment