Sekilas Tentang Perkara Deskripsi Putusan Perkara Korupsi secara In absentia Putusan Nomor:

71 tanpa dihadiri terdakwa in absentia di antaranya; 1. Karena terdakwa tinggal atau bepergian ke luar negeri melarikan diri atau tidak diketahui keberadaannya, baik di dalam wilayah Indonesia maupun di luar wilayah Indonesia. 2. Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah dan tidak hadir di persidangan tanpa alasan yang sah, sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Para terdakwa telah melakukan perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan cara sendiri maupun bersama-sama. Perbuatan melawan hukum menurut para pendapat ahli yaitu di antaranya; Dari deskripsi kasus dalam putusan, penulis menyimpulkan bahwa perbuatan terdakwa telah menghindar dari pemeriksaan dan proses peradilan. Maka, perlu dilakukan pemeriksaan dan putusan tanpa kehadiran terdakwa, mengingat demi terjaganya aset negara yang telah dikorupsi untuk bisa dikembalikan kepada negara dengan cepat. Di sisi lain, menjalankan sebagaimana yang diidamkan seluruh masyarakat untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi di negeri ini. Untuk lebih jelasnya lagi, kasus ini akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

1. Sekilas Tentang Perkara

Pada bagian ini akan diurai singkat kronologis perkara korupsi yang dilakukan oleh para terdakwa. Para terdakwa telah melakukan perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan cara sendiri maupun bersama-sama antara para terdakwa Hendra, Eko dan Sherny dengan M. Nur Tajeb, Drs. 72 Andre Widijianto, Hendro Suwono, Tony Gunawan dan Asep Subandi yang dituntut dalam perkara tersendiri dan secara berturut-turut melakukan perbuatan sehingga dipandang sebagai perbuatan berlanjut pada tahun 1992 sampai dengan 1996, atau setidak-tidaknya pada waktu lain antara tahun 1992 sampai dengan 1996. Kantor PT. Bank Harapan Santosa Pusat yang akan disingkat PT. BHS bertempat di Jalan Gajah Mada No. 7, Jakarta Pusat. Kantor PT. BHS merupakan wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atau masih di tempat lain dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sehingga wewenang pemeriksaan dan mengadili diberikan kepada Pengadilan tersebut. Para terdakwa telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan perbuatan memperkaya diri mereka atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Dalam hal ini, PT. BHS telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan cara menarik dan menggunakan dana dari PT. BHS, baik yang dihimpun dari masyarakatpihak ketiga dalam bentuk Tabungan, Deposito, rekening giro maupun dana yang merupakan fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia BLBI, berupa; Kredit Modal Kerja Permanen KMKP dan Kredit Investasi KI, serta Surat Berharga Pasar Uang SBPU, sehingga menyebabkan kerugian keuangan negara cq Bank Indonesia sebesar Rp. 2. 659. 308. 000. 000,- dua triliun enam ratus lima puluh sembilan miliyar tiga ratus delapan juta rupiah. 73 PT. BHS bergerak di bidang usaha perbankan, di mana memiliki modal dasar per posisi akhir tahun 1992 berjumlah Rp. 69. 000. 000. 000,- atau berkisar jumlah tersebut, kemudian pada posisi tahun 1996 mengalami penambahan hingga Rp. 295. 651. 000. 000,- atau berkisar jumlah tersebut. Khusus terdakwa Sherny Kojongian, bahwa terdakwa selaku Direktur Treasury Direktur Kredit Direktur HRD pada PT. BHS secara berturut-turut pada waktu yang berlangsung dari tanggal 22 Agustus 1997 sampai dengan 31 Oktober 1997, atau setidak-tidaknya pada waktu antara bulan Agustus 1997 sampai dengan bulan Oktober 1997. Bertempat di kantor PT. BHS di Jalan Gajah Mada No. 7 Kelurahan Petojo Kecamatan Gambir Jakarta Pusat, atau setidak-tidaknya di tempat lain di mana Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya. Terdakwa telah melakukan serangkaian perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut voorgezette handeling, dengan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Pada tanggal 20 Agustus 1997 rekening giro PT. Bank Harapan Santosa di Bank Indonesia mengalami saldo negatif sebesar Rp. 3. 377. 000. 000,-. Akan tetapi, keesokan harinya tanggal 21 Agustus 74 1997 saldo negatif tersebut dapat ditutup sehingga menjadi saldo positif saldo kredit sebesar Rp. 6. 160. 000. 000,-. Namun demikian, keesokan harinya tanggal 22 Agustus 1997, PT. BHS mengalami saldo negatif kembali sebesar Rp. 5. 018. 000. 000,- dan kemudian secara terus-menerus mengalami saldo negatif yang semakin besar yang berlangsung sampai tanggal 31 Oktober 1997. 2. Bahwa terjadinya saldo negatif pada rekening giro PT. BHS di Bank Indonesia tersebut dikarenakan PT. BHS sudah berada dalam kondisi tidak sehat, karena sekitar 88 atau sekitar Rp. 2. 659. 308. 000. 000,- dari kredit yang dikeluarkan oleh PT. BHS diberikan kepada perusahaan group, seedangkan kredit tersebut beserta bunganya tidak pernah dibayar kembali oleh perusahaan group.

2. Putusan dan Pertimbangan Hakim