Uraian bahan Mekanisme Kerja Farmakokinetik Efek Samping

12

2.4 Ranitidin HCl

2.4.1 Uraian bahan

Gambar 2.2 Struktur ranitidin HCl Rumus Molekul : C 13 H 22 N 4 O 3 S.HCl Nama Kimia : N-{2-{{{5-{Dimetilaminometil}-2-furanil}metil}tio}etil}- N’-metil-2-nitro- 1,1-etenadiamina, hidroklorida Berat Molekul : 350,87 Pemerian : Serbuk hablur; putih sampai kuning pucat; praktis tidak berbau; peka terhadap cahaya dan kelembaban. Melebur pada suhu lebih kurang 140 o , disertai peruraian. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; cukup larut dalam etanol dan sukar larut dalam kloroform Ditjen POM, 1995.

2.4.2 Mekanisme Kerja

Ranitidin HCl menghambat produksi asam dengan cara berkompetisi secara reversibel dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H 2 pada membran basolateral sel-sel parietal Goodman dan Gillman, 2007.

2.4.3 Farmakokinetik

Ranitidin HCl yang merupakan antagonis reseptor-H 2 diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian oral, dengan konsentrasi puncak dalam serum dapat dicapai 1 sampai 3 jam. Berbeda dengan pompa proton, hanya sebagian kecil 13 antagonis reseptor-H 2 yang berikatan dengan protein. Sejumlah kecil obat mengalami metabolisme di hati. Baik produk yang dimetabolisme maupun yang tidak dimetabolisme akan disekresikan oleh ginjal dengan cara filtrasi dan sekresi tubular renal Goodman dan Gillman, 2007. 2.4.4 Kegunaan Ranitidin HCl digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dyspepsia episodic kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum akibat H.pylori, sindrom Zollinger Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan bermanfaat Sukandar, et al., 2008.

2.4.5 Efek Samping

Secara keseluruhan insidensi reaksi merugikan yang timbul akibat pemakaian antagonis reseptor-H 2 adalah rendah 3. Efek samping yang umumnya ringan meliputi diare, sakit kepala, mengantuk, kelelahan, nyeri otot, dan konstipasi. Ranitidin hanya memiliki 10 efek relatif terhadap aktifitas sitokrom P450 sehingga memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan simetidin. Ginekomastia pada pria dan galaktorea pada wanita dapat muncul akibat ikatan simetidin pada reseptor androgen dan penghambatan hidroksilasi estradiol yang dikatalisasi oleh sitokrom P450 Goodman dan Gillman, 2007. 2.4.6 Dosis Dosis Ranitidin HCl adalah 150 mg 2 kali sehari pagi dan malam atau 300 mg sebelum tidur malam Sukandar, et al., 2008.

2.5 Alginat