32
Tabel 4.2 Spesifikasi cangkang kapsul alginat ukuran No.1
No Spesifikasi
Tutup Cangkang
Badan Cangkang
Cangkang Kapsul keseluruhan
1 Panjang mm
9,9 ± 0,1 16,48 ± 0,36
18,28± 0,52 2
Diameter mm 0,58
0,56 -
3 Tebal mm
0,8 0,8
- 4
Berat mg 42,67 ± 2,89
61,67 ± 2,31 104,34 ± 4,51
5 Warna
Putih Putih
Putih 6
Volume ml -
0,5 -
Menurut Capsugel Division spesifikasi cangkang kapsul ukuran No.0 dan
cangkang kapsul ukuran No.1 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Spesifikasi cangkang kapsul ukuran No.0 dan cangkang kapsul ukuran
No.1 menurut Capsugel Division
Ukuran Kapsul
Tutup Kapsul Badan Kapsul
Cangkang Kapsul keseluruhan
Panjang mm
Diameter mm
Panjang mm
Diameter mm
Volume ml
Panjang mm
Berat mg
10,72 7,64
18,44 7,34
0,68 21,7
96 Toleransi
± 0,46 -
± 0,46 -
- ± 0,3
± 6 1
9,78 6,91
16,61 6,63
0,50 19,4
76 Toleransi
± 0,46 -
± 0,46 -
- ± 0,3
±5
4.2 Penyalutan Kapsul Alginat
Penyalutan kapsul alginat dilakukan dengan merendam kapsul alginat dalam larutan Eudragit RS 100. Kemudian distirrer selama 30 menit. Diangkat
dan diuapkan dalam lemari asam untuk menghilangkan residu pelarut organik yang masih tersisa pada cangkang kapsul alginat.
Hasil penyalutan kapsul alginat dengan salut Eudragit RS 100 20 dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
33 Gambar 4.1 Penyalutan cangkang kapsul alginat ukuran No. 0
Keterangan: a sebelum penyalutan
b setelah penyalutan Eudragit RS 100
Gambar 4.2 Penyalutan cangkang kapsul alginat ukuran No.1 Keterangan: a sebelum penyalutan
b setelah penyalutan Eudragit RS 100
4.3 Uji Kerapuhan
4.3.1 Cangkang kapsul kosong
Dalam pengujian ini cangkang kapsul yang tidak berisi atau kosong dijatuhkan beban seberat 50 g dari ketinggian 10 cm, dimana beban seberat 50 g
diibaratkan sebagai tekanan yang terjadi saat membuka kemasan kapsul. Kapsul kosong tersebut dikatakan rapuh apabila setelah dijatuhkan beban, cangkang
kapsul kosong tersebut retak atau pecah Nagata, 2002. Dalam hal kerapuhan sangatlah dipengaruhi oleh kadar uap air yang
terdapat dalam cangkang kapsul tersebut. Kapsul akan menjadi rapuh apabila kadar uap air dalam cangkang kapsul tersebut sedikit. Sebaliknya jika kadar uap
airnya terlalu banyak, kapsul cenderung akan menjadi melunak. Akan tetapi,
b
a b
a
34 kisaran kadar uap air dalam cangkang kapsul agar tidak menjadi rapuh dan tidak
melunak berbeda antara satu bahan dengan bahan yang lain. Pengujian kerapuhan cangkang kapsul alginat tanpa penyalutan telah
dilakukan oleh Simamora 2014 yang menunjukkan bahwa cangkang kapsul alginat cangkang kapsul kosong dan berisi pipih pada bagian tertentu.
Pada penelitian ini, pengujian kerapuhan dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul alginat kosong ukuran No.0 dan ukuran No.1 yang masing-masing disalut
Eudragit RS 100 20. Pengujian pada cangkang kapsul ukuran No.0 dengan salut Eudragit RS 100 20 menunjukkan kerapuhan yang ditunjukkan dari cangkang
kapsul, dimana dua dari enam cangkang kapsul pecah atau 33,3 dari hasil pengujian kerapuhan cangkang kapsul alginat kosong mengalami kerapuhan.
Sedangkan pada pengujian cangkang kapsul ukuran No.1 tidak menunjukkan kerapuhan yang ditunjukkan dari cangkang kapsul. Dalam hal ini cangkang kapsul
tidak retak atau pecah. Hasil pengujian kerapuhan cangkang kapsul alginat kosong dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
Gambar 4.3 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong ukuran No.0 dengan salut
Eudragit RS 100 20 Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan
b Setelah uji kerapuhan pecah dan retak pada lokasi tertentu
a b
35
Gambar 4.4 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong ukuran No.1 dengan salut
Eudragit RS 100 20 Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan
b Setelah uji kerapuhan
4.3.2 Cangkang kapsul berisi uji ketahanan terhadap terhadap tekanan
Dalam pengujian ini cangkang kapsul yang telah diisi ranitidin HCl ditekan dengan beban seberat 2 kg. Beban seberat 2 kg diibaratkan seperti tekanan
yang mungkin terjadi selama proses pengisian kapsul sampai pada tahap pengemasan kapsul. Dalam produksi kapsul dalam skala besar biasanya antara
kapsul satu dengan yang lain saling menekan atau menimpa sehingga kapsul tertekan sebelum masing-masing kapsul dimasukkan ke dalam kemasan. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi kerapuhan kapsul, dimana jika kapsul rapuh akan mengakibatkan isi kapsul dapat keluar Nagata, 2002.
Dalam pengujian ini, dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul alginat berisi ranitidin HCl ukuran No.0 dan ukuran No.1 yang masing-masing disalut Eudragit
RS 100 20. Pengujian pada cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dengan salut Eudragit RS 100 20 tidak menunjukkan kerapuhan dari cangkang kapsul. Dalam
hal ini cangkang kapsul tidak retak atau pecah. Sedangkan cangkang kapsul alginat ukuran No.1 dengan salut Eudragit RS 100 20 menunjukkan kerapuhan
yang tidak berarti dari cangkang kapsul, dimana hanya satu kapsul yang menunjukkan pipih pada lokasi tertentu. Dalam hal ini kapsul tidak retak atau
a b
36 pecah. Hasil pengujian kerapuhan cangkang kapsul alginat berisi ranitidin HCl
dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.
Gambar 4.5 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi ukuran No.0 dengan salut
Eudragit RS 100 20 Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan
b Sesudah uji kerapuhan
Gambar 4.6 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi ukuran No.1 dengan salut
Eudragit RS 100 20 Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan
b Sesudah uji kerapuhan 4.4
Uji Pelepasan Ranitidin HCl dari Cangkang Kapsul Alginat 4.4.1
Variasi konsentrasi salut Eudragit RS 100 pada cangkang kapsul alginat ukuran No.0
Pada penelitian ini dilakukan uji pelepasan terhadap masing-masing ukuran cangkang kapsul alginat tanpa salut, dengan variasi konsentrasi salut
Eudragit RS 100, dan dengan penambahan laktosa.
a b
a b
37 Profil pelepasan ranitidin HCl dalam medium lambung buatan pH 1,2
untuk cangkang ukuran No.0 tanpa salut dan dengan variasi konsentrasi salut Eudragit RS 100 5, 10, 17,5, dan 20 dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Grafik pengaruh konsentrasi salut Eudragit RS 100 pada cangkang kapsul ukuran No.0 terhadap pelepasan dari ranitidin HCl dalam
medium lambung buatan pH 1,2 pada suhu 37
o
C
Gambar 4.7 menunjukkan pelepasan ranitidin HCl dari cangkang kapsul ukuran No.0 tanpa salut mencapai 87,60 selama 180 menit, dengan salut
Eudragit RS 100 5 mencapai 87,50, 10 mencapai 70,30, 17,5 mencapai 51,38, dan 20 mencapai 13,55. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi
konsentrasi Eudragit RS 100, maka laju pelepasan ranitidin HCl semakin lambat. Hal ini mungkin disebabkan karena difusi pelarut medium lambung ke dalam
cangkang kapsul alginat terhambat karena sifat dari Eudragit RS 100. Eudragit RS 100 merupakan polimer yang bersifat tidak larut dan permeabilitasnya yang
rendah. Jadi di pH lambung Eudragit RS 100 tidak larut dan juga tidak
38 mengembang, sehingga cairan lambung sukar untuk berpenetrasi ke dalam kapsul
alginat yang menyebabkan laju pelepasan ranitidin HCl semakin lambat. Dari perhitungan AUC, diperoleh AUC
0-360 menit
untuk cangkang kapsul alginat No.0 tanpa salut sebesar 26617,35.waktu, salut Eudragit RS 100 5
sebesar 26781,86.waktu, 10 sebesar 22877,95.waktu, 17,5 sebesar 15751,81.waktu dan 20 sebesar 5626,36.waktu. Berdasarkan hasil uji
statistik dengan ANOVA Analysis of variance pada tingkat kepercayaan 95 α
= 0,05 dan dilanjutkan dengan Tukey HSD test terhadap AUC
0-360 menit
dari masing-masing konsentrasi salut Eudragit RS 100 diketahui bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara cangkang kapsul alginat No.0 tanpa salut dengan salut Eudragit RS 100 5 tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara
salut 10, 17,5 dan 20 dengan cangkang kapsul alginat tanpa salut dan dengan salut 5. Hal ini disebabkan karena Eudragit RS 100 5 menghasilkan
salut yang tipis sehingga tidak mempengaruhi laju pelepasan ranitidin HCl dibandingkan konsentrasi salut Eudragit 10, 17,5 dan 20. Pengukuran
peningkatan berat kapsul setelah disalut Eudragit RS 100 20 dilakukan terhadap 6 cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dan 6 cangkang kapsul alginat ukuran
No.1. Dihasilkan peningkatan berat cangkang kapsul alginat ukuran No.0 hingga 3,76 dan cangkang kapsul alginat ukuran No.1 hingga 3,07 setelah disalut
Eudragit RS 100 20. Dapat disimpulkan terjadi peningkatan ketebalan cangkang kapsul alginat karena ada peningkatan berat cangkang kapsul setelah disalut.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Simamora, 2014, cangkang kapsul alginat dapat menunjukkan pelepasan metronidazol secara terus-menerus hingga
12 jam. Dalam penelitian ini, ranitidin HCl seluruhnya terlepas dari sediaan
39 cangkang kapsul alginat hanya dalam kurun waktu 6 jam. Hal ini mungkin
disebabkan karena polaritas dan kelarutan obat dalam pelarut air. Ranitidin HCl sangat mudah larut dalam air. Dalam hal ini, satu bagian zat yaitu ranitidin HCl
dapat larut dalam kurang dari satu bagian pelarut yaitu air Ditjen POM, 1995, sedangkan metronidazol larut dalam 100 bagian air Moffat et al, 2005, sehingga
ranitidin HCl dilepas lebih cepat.
4.4.2 Variasi konsentrasi salut Eudragit RS 100 pada cangkang kapsul
alginat ukuran No.1
Profil pelepasan ranitidin HCl dalam medium lambung buatan pH 1,2 untuk cangkang kapsul alginat ukuran No.1 tanpa salut dan dengan variasi
konsentrasi salut Eudragit RS 100 5, 10, dan 20 dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Grafik pengaruh konsentrasi salut Eudragit RS 100 pada cangkang kapsul alginat ukuran No.1 terhadap pelepasan dari ranitidin HCl
dalam medium lambung buatan pH 1,2 pada suhu 37
o
C
40 Pada Gambar 4.8, menunjukkan pelepasan ranitidin HCl selama 180 menit
dari cangkang kapsul alginat mencapai 98,53, dengan salut Eudragit RS 100 5 mencapai 88,26, 10 mencapai 89.96, dan 20 mencapai 24,43. Dapat
dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi Eudragit RS 100, maka laju pelepasan ranitidin HCl dari cangkang kapsul alginat semakin lambat.
Dari perhitungan AUC, diperoleh AUC
0-360 menit
untuk cangkang kapsul alginat No.1 tanpa salut sebesar 29142,67 .waktu, salut Eudragit RS 100 5
sebesar 26824,80 .waktu, 26937,21 .waktu, dan 20 sebesar 8515,65 .waktu. Berdasarkan hasil uji statistik dengan ANOVA Analysis of variance
pada tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 dan dilanjutkan dengan Tukey HSD
test terhadap AUC
0-360 menit
dari masing-masing konsentrasi salut Eudragit RS 100 diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara cangkang kapsul
alginat tanpa salut dengan salut Eudragit RS 100 5, dan 10 tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara salut Eudragit RS 100 20 dengan cangkang
kapsul tanpa salut, salut Eudragit RS 100 5 dan 10.
4.4.3 Perbedaan ukuran cangkang kapsul alginat
Profil pelepasan ranitidin HCl dalam medium lambung untuk cangkang kapsul alginat berdasarkan perbedaan ukuran kapsul antara cangkang kapsul
alginat ukuran No.0 dan No.1 dapat dilihat pada Gambar 4.9. Pada Gambar 4.9, menunjukkan pelepasan ranitidin HCl dari cangkang
kapsul alginat ukuran No.0 sebesar 87,60 selama 180 menit, sedangkan dari cangkang kapsul alginat ukuran No.1 sebesar 95,86. Dapat dilihat bahwa
pelepasan ranitidin HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.0 lebih lambat
41 dibandingkan cangkang kapsul alginat No.1. Hal ini dikarenakan kemampuan
floating dari cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dibandingkan cangkang kapsul
Gambar 4.9 Grafik pengaruh ukuran cangkang kapsul alginat terhadap pelepasan ranitidin HCl dalam medium lambung buatan pH 1,2 pada suhu
37
o
C
ukuran No.1 lebih baik akibat dari volume cangkang kapsul alginat No.1 penuh. Hal ini menyebabkan keterapungan cangkang kapsul No.0 lebih baik
dibandingkan cangkang kapsul No.1 sehingga luas permukaan yang berkontak dengan medium disolusi lebih sedikit sehingga pelepasan ranitidin HCl lebih
lambat. Dari perhitungan AUC, diperoleh AUC
0-360 menit
cangkang kapsul alginat ukuran No.0 sebesar 26617,34.waktu, dan cangkang kapsul alginat ukuran No.1
sebesar 29142,64 .waktu. Berdasarkan uji statistik Independent-sample T test statistics tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap pelepasan
ranitidin HCl dari kapsul alginat ukuran No.0 dan No.1.
42
4.4.4 Penambahan laktosa pada cangkang kapsul ukuran No.0 berisi
ranitidin HCl tanpa salut
Profil pelepasan ranitidin HCl dalam medium lambung buatan untuk cangkang kapsul alginat ukuran No.0 tanpa atau dengan penambahan laktosa
dapat dilihat dari Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Grafik pengaruh penambahan laktosa pada cangkang kapsul alginat ukuran No.0 terhadap pelepasan ranitidin HCl pada medium
lambung buatan pH 1,2 pada suhu 37
o
C Pada Gambar 4.10, menunjukkan pelepasan ranitidin HCl dari cangkang
kapsul alginat ukuran No.0 sebesar 87,60 selama kurun waktu 180 menit, sedangkan dari cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dengan laktosa sebesar
88.18 selama kurun waktu 180 menit. Dari perhitungan AUC, diperoleh AUC
0-360 menit
cangkang kapsul alginat ukuran No.0 sebesar 26617,35.waktu, dan cangkang kapsul alginat ukuran No.0
tanpa laktosa sebesar 27959,36.waktu. Berdasarkan uji statistik Independent-
43 sample T test statistics tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
cangkang kapsul alginat tanpa penambahan laktosa atau dengan penambahan laktosa.
Sesuai teori, pelepasan obat akan meningkat dengan penambahan bahan hidrofil, dalam hal ini laktosa. Bahan hidrofil meningkatkan jumlah medium yang
terpenetrasi ke dalam cangkang kapsul sehingga meningkatkan laju pelepasan bahan obat. Dalam penelitian ini hanya menggunakan laktosa sebesar 20 mg
sehingga tidak mempengaruhi kecepatan pelepasan ranitidin HCl.
4.4.5 Penambahan laktosa pada cangkang kapsul alginat ukuran No.1 berisi ranitidin HCl tanpa salut
Profil pelepasan ranitidin HCl dalam medium lambung buatan untuk cangkang kapsul alginat ukuran No.1 tanpa atau dengan penambahan laktosa
dapat dilihat dari Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Grafik pengaruh penambahan laktosa pada cangkang kapsul alginat ukuran No.1 terhadap pelepasan ranitidin HCl pada medium
lambung buatan pH 1,2 pada suhu 37
o
C
44 Gambar 4.11 menunjukkan pelepasan ranitidin HCl dari cangkang kapsul
alginat ukuran No.1 sebesar 95,86 selama kurun waktu 180 menit, sedangkan dari cangkang kapsul alginat ukuran No.1 dengan laktosa sebesar 93,90 selama
kurun waktu 180 menit. Dari perhitungan AUC, diperoleh AUC
0-360 menit
cangkang kapsul alginat ukuran No.1 tanpa laktosa sebesar 29142,67.waktu sedangkan dengan
penambahan laktosa sebesar 28463,54.waktu. Berdasarkan uji statistik Independent-sample T test statistics tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara cangkang kapsul alginat tanpa penambahan laktosa atau dengan penambahan laktosa.
Dari setiap pengujian perlakuan terhadap cangkang kapsul alginat, diperoleh cangkang kapsul alginat ukuran No.1 dengan salut Eudragit RS 100
20 yang memenuhi persyaratan sediaan sustained release. Menurut Murthy dan Ghebre-Sellassie, 2013, sediaan sustained release harus dapat melepas bahan
obat sebesar 20-50 selama 0,25D atau 3 jam, 45-75 selama 0,5D atau 6 jam dan 75 selama 1D atau 12 jam. D merupakan frekuensi pemberian obat atau
interval. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk interval 12 jam. Cangkang kapsul alginat ukuran No.1 dengan salut Eudragit RS 100 20 dapat melepas
ranitidin HCl dalam 3 jam sebanyak 24,44, dalam 6 jam sebesar 50,96, dan dalam 12 jam 96,52.
4.5 Kinetika Orde Pelepasan
Kinetika orde pelepasan dari masing-masing cangkang kapsul alginat baik cangkang kapsul alginat tanpa salut, dengan variasi konsentrasi salut Eudragit RS
45 100, dan dengan penambahan laktosa untuk masing-masing ukuran cangkang
kapsul alginat dilakukan terhadap empat model kinematika yaitu: orde nol, orde pertama, model Higuchi dan Korsmeyer-peppas. Penentuan kinetika pelepasan
ranitidin HCl dari cangkang kapsul alginat dilakukan untuk mengetahui berapa persen obat yang dilepaskan pada waktu-waktu tertentu.
Dengan memplotkan hasil uji pelepasan ranitidin HCl dalam grafik waktu versus persen kumulatif, logaritma persen kumulatif versus waktu, persen
kumulatif versus akar waktu dan logaritma persen kumulatif versus logaritma waktu maka dapat diperoleh nilai korelasi R
2
dari masing-masing cangkang kapsul alginat. Dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 kinetika pelepasan dari
ranitidin HCl untuk cangkang kapsul alginat tanpa salut, dengan variasi konsentrasi salut Eudragit RS 100, dan dengan penambahan laktosa untuk
masing-masing ukuran cangkang kapsul alginat. Dapat disimpulkan bahwa masing-masing ukuran cangkang kapsul alginat dengan salut Eudragit RS 100
20 mendekati kinetika pelepasan orde nol, dimana persen kumulatif sebanding dengan waktu. Sedangkan untuk masing-masing ukuran cangkang kapsul alginat
yang tanpa salut, dengan laktosa, dengan salut Eudragit RS 100 5, dengan salut Eudragit RS 100 10, dan dengan salut Eudragit RS 100 17,5 mendekati
kinetika pelepasan Higuchi, dimana persen kumulatif sebanding dengan akar waktu. Dari tabel, dapat dilihat harga n yang menggambarkan mekanisme
pelepasan obat. untuk geometri silinder, n=0,45 menggambarkan mekanisme difusi Fickian, 0,45n0,89 menggambarkan non-Fickian, n=0,89
menggambarkan Case II transport, dan n0,89 menggambarkan super case II transport. Masing-masing ukuran cangkang kapsul alginat yang tanpa salut,
46 dengan penambahan laktosa, dengan salut Eudragit RS 100 5, salut Eudragit RS
100 10, salut Eudragit RS 100 17,5, dan dengan salut Eudragit RS 100 20 memiliki nilai n0,89 yang menggambarkan mekanisme super case II transport,
dimana kecepatan difusi sangat besar dan difusi merupakan faktor penentu pelepasan obat Souza, et al., 2013.
Tabel 4.4 Kinetika pelepasan ranitidin HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.0
Cangkang kapsul alginat Orde
Nol Orde
Pertama Model
Higuchi Korsmeyer-
peppas R
2
n Tanpa salut dan tanpa laktosa
0,929 0,678
0,968 0, 994
1,055 Tanpa salut dan dengan
laktosa 0,884
0,577 0,972
0,978 1,588
Salut Eudragit 5 0,927
0,641 0,977
0,981 0,973
Salut Eudragit 10 0,937
0,685 0,969
0,988 1,264
Salut Eudragit 17,5 0,944
0,694 0,972
0,958 1,346
Salut Eudragit 20 0,988
0,849 0,894
0,934 1,046
Tabel 4.5 Kinetika pelepasan ranitidin HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran
No.1
Cangkang kapsul alginat Orde
Nol Orde
Pertama Model
Higuchi Korsmeyer-
peppas R
2
n Tanpa salut dan tanpa laktosa
0.854 0.589
0.952 0,971
1,556 Tanpa salut dan dengan
laktosa 0,881
0,602 0,965
0,983 1,399
Salut Eudragit 5 0,930
0,629 0,979
0,967 1,245
Salut Eudragit 10 0,870
0,626 0,956
0,993 1,292
Salut Eudragit 20 0,993
0,778 0,945
0,934 1,217
Grafik kinetika pelepasan ranitidin HCl dari masing-masing perlakuan
terhadap cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dapat dilihat pada Gambar 4.12, Gambar 4.13, Gambar 4.14, Gambar 4.15, Gambar 4.16, dan Gambar 4.17.
47
Gambar 4.12 Grafik kinetika pelepasan orde Higuchi dari pelepasan ranitidin
HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.0 tanpa salut.
Gambar 4.13 Grafik kinetika pelepasan orde Higuchi dari pelepasan ranitidin
HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dengan penambahan laktosa
48
Gambar 4.14 Grafik kinetika pelepasan orde Higuchi dari pelepasan ranitidin
HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dengan salut Eudragit RS 100 5.
Gambar 4.15 Grafik kinetika pelepasan orde Higuchi dari pelepasan ranitidin
HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dengan salut Eudragit RS 100 10.
49
Gambar 4.16 Grafik kinetika pelepasan orde Higuchi dari pelepasan ranitidin
HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dengan salut Eudragit RS 100 17,5.
Gambar 4.17 Grafik kinetika pelepasan orde nol dari pelepasan ranitidin HCl
dari cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dengan salut Eudragit RS 100 20.
Grafik kinetika pelepasan ranitidin HCl dari masing-masing perlakuan terhadap cangkang kapsul alginat ukuran No.0 dapat dilihat pada Gambar 4.18,
Gambar 4.19, Gambar 4.20, Gambar 4.21, dan Gambar 4.22.
50
Gambar 4.18 Grafik kinetika pelepasan orde Higuchi dari pelepasan ranitidin
HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.1 tanpa salut.
Gambar 4.19 Grafik kinetika pelepasan orde Higuchi dari pelepasan ranitidin
HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.1 dengan penambahan laktosa.
51
Gambar 4.20 Grafik kinetika pelepasan orde Higuchi dari pelepasan ranitidin
HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.1 dengan salut Eudragit RS 100 5.
Gambar 4.21 Grafik kinetika pelepasan orde Higuchi dari pelepasan ranitidin
HCl dari cangkang kapsul alginat ukuran No.1 dengan salut Eudragit RS 100 10.
52 Gambar 4.22 Grafik kinetika pelepasan orde nol dari pelepasan ranitidin HCl
dari cangkang kapsul alginat ukuran No.1 dengan salut Eudragit RS 100 20.
4.6 Uji Floating Time