Adapun faktor-faktor yang dapat membebaskan produsen dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh konsumen walaupun kerusakan timbul
akibat cacat produk, yaitu apabila :
92
a. Produk tersebut sebenarnya tidak diedarkan ;
b. Cacat timbul di kemudian hari ;
c. Cacat timbul setelah produk berada di luar kontrol produsen ;
d. Barang yang diproduksi secara individual tidak untuk keperluan
produksi ; e.
Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan yang ditetapkan oleh penguasa.
4. Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha dan Konsumen
Secara umum, hubungan antara pelaku usaha produsen dengan konsumen merupakan hubungan yang terus menerus dan berkesinambungan.
Hubungan itu terjadi karena para pihak saling menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi antara pihak yang satu dengan yang lainnya.
93
Hubungan hukum antara produsen dan konsumen yang tercipta secara individual dipengaruhi oleh berbagai keadaan, antara lain :
94
a. Kondisi, harga dari suatu jenis komoditas tertentu ;
b. Penawaran dan syarat perjanjian ;
c. Fasilitas yang ada, sebelum dan purna jual, dan sebagainya ;
d. Kebutuhan para pihak pada rentang waktu tertentu.
Hubungan antara konsumen dan produsen adalah timbal balik. Konsumen dan produsen adalah pasangan yang saling membutuhkan. Hal ini dapat
dilihatbahwa usaha produsen tidak akan dapat berkembang dengan baik bila
92
Adrian Sutedi, Op. Cit., hal. 42.
93
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hal. 9.
94
Ibid., hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
konsumen berada pada kondisi yang tidak sehat akibat banyaknya produk yang cacat.
95
Secara garis besar, dalam pengalihan barang dari satu pihak ke pihak lain, ada dua kelompok pihak yang terlibat, yaitu :
96
a. Kelompok penyedia barang atau penyelenggara jasa
Pada umumnya, pihak ini berlaku sebagai : 1
Penyedia dana untuk keperluan para penyedia barang atau jasa investor ;
2 Penghasil atau pembuat barangjasa produsen ;
3 Penyalur barang atau jasa
b. Kelompok konsumen
Pihak ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu : 1
Pemakai atau pengguna konsumen barang atau jasa dengan tujuan memproduksi membuat barang atau jasa lain atau
mendapatkan barang atau jasa itu untuk dijual kembali tujuan komersial ;
2 Pemakai atau pengguna konsumen barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya tujuan nonkomersial.
Secara umum, hubungan hukum antara produsen dengan konsumen dapat dibagi menjadi dua, antara lain :
97
a. Hubungan langsung
Dimana hubungan antara produsen dengan konsumen terikat secara langsung dengan perjanjian.
b. Hubungan tidak langsung
Dimana hubungan antara produsen dengan konsumen tidak secara langsung terikat dengan perjanjian, karena ada pihak lain diantara
konsumen dengan produsen. Hal ini tidak berarti bahwa pihak konsumen yang dirugikan tidak berhak menuntut ganti rugi kepada
produsen yang tidak memiliki hubungan perjanjian dengan dirinya. Untuk menuntut produsen pada hubungan ini dapat dilakukan dengan
alasan produsen telah melakukan perbuatan melanggar hukum dan adanya kesalahan produsen.
95
Ibid., hal. 12.
96
Ahmadi Miru, Op. Cit., hal. 33.
97
Ibid., hal. 34-35.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara produsen dan konsumen menimbulkan tahapan transaksi untuk mempermudah dalam memahami akar permasalahan dan mencari
penyelesaian. Dalam praktik sehari-hari, terjadi beberapa tahap transaksi konsumen sebagai berikut :
98
a. Tahap Pra-Transaksi Konsumen
Pada tahap ini, transaksi pembelian, penyewaan, peminjaman, pemberian hadiah komersial, dan sebagainya belum terjadi.
Konsumen masih mencari keterangan dimana barang atau jasa kebutuhannya dapat diperoleh, syarat-syarat yang harus dipenuhi, serta
pertimbangan fasilitas atau kondisi dari transaksi yang diinginkan. Informasi tentang barang atau jasa memiliki peranan penting pada
tahap ini. Informasi yang bertanggung jawab informative information merupakan kebutuhan pokok konsumen sebelum dapat mengambil
suatu keputusan untuk mengadakan, menunda atau tidak mengadakan transaksi dalam kebutuhan hidupnya. Keputusan konsumen mengenai
pilihan barang dan jasa yang dibutuhkan informed choice sangat tergantung pada kebenaran dan pertanggungjawaban informasi yang
disediakan oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan barang atau jasa konsumen.
b. Tahap Transaksi Konsumen
Pada tahap ini, transaksi konsumen sudah terjadi. Jual beli atau sewa menyewa barang telah terjadi. Syarat peralihan kepemilikan, cara-cara
pembayaran atau hak dan kewajiban merupakan hal-hal pokok bagi konsumen.
c. Tahap Purna-Transaksi Konsumen
Pada tahap ini, transaksi telah terjadi dan pelaksanaan telah diselenggarakan. Keadaan barang atau jasa setelah mulai digunakan
atau mulai dinikmati kemudian, ternyata tidak sesuai dengan deskripsi oleh produsen, baik tentang asal produk, keadaan, sifat, jumlahnya,
atau jaminangaransi merupakan masalah pada tahap ini. Dalam hal asal produk konsumen, mutu, sifat, keadaan, jumlah, garansi dan hal-
hal yang berkaitan dengan itu sesungguhnya sudah termasuk masalah pertanggungjawaban pelaku usaha atau tanggung jawab produk.
98
Az. Nasution, Konsumen dan Hukum : Tinjauan Sosial Ekonomi dan Hukum Pada Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Harapan, 1995, hal. 39-56.
Universitas Sumatera Utara
5. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen