Karakteristik Stadium Gangguan Ginjal Kronik Jenis Antibiotika

34 Pirngadi Medan tahun 2010, dimana proporsi jenis kelamin tertinggi ialah pada jenis kelamin laki-laki 54,7. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hallan, et al., 2006 di Norway yang mendapatkan perbandingan proporsi pasien gangguan ginjal kronik pada pasien berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yaitu 34 53,1 : 30 46,9. Hallan juga melampirkan hasil prevalensi dari The Third National Health And Nutrition Examination Survey NHANES III yang menyatakan bahwa prevalensi pasien yang menderita gangguan ginjal kronik pada pasien dengan jenis kelamin perempuan di US White dan Norwegia memiliki jumlah yang lebih tinggi daripada laki-laki. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien dengan jenis kelamin perempuan yang paling banyak menderita penyakit gangguan ginjal kronik namun penelitian mengenai hubungan jenis kelamin dengan penyakit gangguan ginjal kronik belum ada. Setiap penyakit dapat menyerang manusia baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan karena perbedaan pekerjaan, kebiasaan atau pola hidup yang kurang sehat seperti misalnya merokok, mengonsumsi alkohol, kopi dan minuman berenergi, genetika atau kondisi fisiologisnya Susalit, 2012.

4.3 Karakteristik Stadium Gangguan Ginjal Kronik

Hasil distribusi karakteristik stadium gangguan ginjal kronik yang diderita pasien dapat dilihat pada Tabel 4.3. Universitas Sumatera Utara 35 Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Stadium Pasien Gangguan Ginjal Kronik Di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari – Juni 2014. Stadium GGK yang diderita LFG mlmin1,73m 2 Frekuensi jumlah pasien Persentase I 90 - - II 60-89 1 1,2 III 30-59 7 8,5 IV 15-29 15 18,3 V 15 59 72 Total 82 100 Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 82 data rekam medik pasien gangguan ginjal kronik yang menggunakan antibiotika, mayoritas berada pada stadium 5 72. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Fransiska 2014 bahwa karakteristik kondisi ginjal pasien menurut stadium gangguan ginjal kronik yang diderita menunjukkan bahwa pasien gangguan ginjal kronik dengan stadium 5 berada di urutan paling tinggi dengan 82,9 dan menurut penelitian Togatorop 2011 juga mendapatkan pasien gagal ginjal kronik stadium 5 pada urutan teratas sebesar 91, keduanya sama-sama melakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan. Sedikitnya jumlah pasien gangguan ginjal kronik yang dirawat inap pada kondisi stadium 2 dan tidak adanya pasien gagal ginjal kronik pada kondisi stadium 1 dikarenakan pada stadium dini tersebut pasien gagal ginjal kronik kebanyakan belum merasakan keluhan asimtomatik dan keadaan laju filtrasi glomerulus LFG masih normal atau malah meningkat Suwitra, 2006. Menurut Sjamsiah 2005, hal ini dikarenakan pada umumnya gejala atau manifestasi klinis penyakit ginjal kronik ini munculnya secara tiba-tiba ataupun bertahap, bahkan ada yang tidak menimbulkan gejala awal yang jelas sehingga penurunan fungsi Universitas Sumatera Utara 36 ginjal tersebut sering tidak dirasakan bahkan diabaikan oleh pasien gagal ginjal kronik dan baru terdeteksi setelah kondisi ginjalnya semakin memburuk dan manifestasi klinisnya semakin parah yaitu biasanya memasuki stadium akhir yaitu stadium 5.

4.4 Jenis Antibiotika

Berdasarkan hasil penelitian, dari 129 antibiotika yang digunakan pada pasien gangguan ginjal kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari – Juni 2014, jenis antibiotika yang paling banyak digunakan adalah dari golongan cephalosporin yaitu ceftriaxone 59,7, kemudian ciprofloxacin 29,5, meropenem 5,4, dan metronidazole 3,9. Data lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Distribusi Jenis Antibiotika Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik Di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari – Juni 2014. No Antibiotika Frekuensi Persentase P value 1 Cefotaxime 1 0,8 0,000 2 Ceftazidime 1 0,8 3 Ceftriaxone 77 59,7 4 Ciprofloxacin 38 29,5 5 Meropenem 7 5,4 6 Metronidazole 5 3,9 Total 129 100 Ceftriaxone termasuk kedalam golongan antibiotika cephalosporin generasi ketiga yang penggunaannya untuk infeksi oleh kuman gram negatif. Cephalosporin adalah antibiotika beta-laktam dengan struktur, khasiat dan sifat yang banyak mirip penisilin Tjay, 2007. Pada umumnya antibiotika golongan beta-laktam menyebabkan efek samping yang paling jarang dan paling ringan sehingga lebih banyak digunakan Aslam, dkk., 2003. Universitas Sumatera Utara 37 Ciprofloxacin termasuk kedalam golongan fluorokuinolon. Disebut fluorokuinolon dikarenakan adanya atom fluor pada posisi keenam dalam struktur molekulnya. Daya antibakteri fluorokuinolon jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan kelompok kuinolon lama. Selain itu kelompok obat ini diserap dengan baik pada pemberian oral, dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk parenteral sehingga dapat digunakan untuk penanggulangan infeksi berat, khususnya yang disebabkan oleh kuman gram negatif. Sifat lain fluorokuinolon yang menguntungkan ialah masa paruh eliminasinya yang panjang sehingga obat cukup diberikan dua kali sehari Setiabudy, 2009. Meropenem merupakan suatu derivat dimetilkarbamoil pirolidinil dari tienamisin. Meropenem juga termasuk kedalam golongan antibiotika beta-laktam lainnya Setiabudy, 2009. Khasiat bakterisidnya sama dengan zat-zat penisilin dan cephalosporin. Spektrum kerjanya luas, meliputi banyak kuman gram positif dan negatif termasuk Pseudomonas, Enterococcus dan Bacteroides, juga kuman patogen anareob.Mekanisme kerjanya ialah menghambat biosintesa dinding sel bakteri dengan berikatan pada beberapa penicillin-binding protein, yang selanjutnya terjadi penghambatan sintesa peptidoglikan di dinding selTjay, 2007. Metronidazole adalah antibakteri sintetik dari nitroimidazole yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid. Metronidazole efektif terhadap Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Gierdia lamblia. Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik. Perlu perhatian untuk pemberian kepada wanita hamil Troutman, 2002. Universitas Sumatera Utara 38 Ceftazidime dan cefotaxime juga termasuk golongan cephalosporin generasi ketiga, sama seperti ceftriaxone. Cefotaxime memiliki sifat anti- laktamase kuat dan khasiat anti-Pseudomonas sedang, digunakan terutama pada infeksi oleh kuman gram negatif. Ceftazidime memiliki aktivitas yang lebih kuat dan lebih luas lagi terhadap kuman gram negatif, meliputi Pseudomonas dan Bacteroides. Cephalosporin generasi ketiga ini kurang toksis bagi ginjal, tidak seperti generasi pertamanya Tjay, 2007.

4.5 Kesesuaian Dosis Antibiotika Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik