Pemeriksaan Darah dan Faal Ginjal

12 dan fenitoin 90 dalam bentuk terikat, Vd 35 liter. Obat lain yang mempunyai ikatan protein tinggi antara lain diazoksida, metotreksat, asam nalidiksat, fenilbutazon, dan sulfonamida Aslam, dkk., 2003. Ginjal juga merupakan tempat untuk metabolisme dalam tubuh, tetapi efek gangguan ginjal hanya bermakna secara klinis pada dua kasus saja. Ginjal bertanggung jawab terhadap tahap akhir aktivasi vitamin D melalui hidroksilasi 25-hidroksikolekalsiferol menjadi bentuk yang lebih aktif, yaitu 1,25- dihidroksikolekalsiferol. Proses ini terganggu pada pasien gagal ginjal sehingga penderita membutuhkan terapi pengganti vitamin D. Ginjal merupakan rute eliminasi utama untuk berbagai obat dan metabolitnya baik aktif, tidak aktif, maupun toksik. Ekskresinya dapat melalui filtrasi glomeruler, sekresi tubulus atau reabsorpsi. Ekskresi merupakan parameter farmakokinetika yang paling terpengaruh oleh gangguan ginjal. Obat yang dikeluarkan terutama melalui ekskresi ginjal dipercaya dapat menyebabkan toksisitas pada penderita gagal ginjal. Jika obat terutama dimetabolisme menjadi senyawa dalam bentuk tidak aktif, maka fungsi ginjal tidak akan terlalu mempengaruhi eliminasi senyawa aktif tersebut. Namun, apabila obat atau metabolit aktifnya diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui ginjal, maka perubahan pada fungsi ginjal akan mempengaruhi eliminasinya Aslam, dkk., 2003.

2.3 Pemeriksaan Darah dan Faal Ginjal

Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit. Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar kreatinin, kadar Universitas Sumatera Utara 13 ureum atau BUN blood urea nitrogen, dan klirens kreatinin. Pemeriksaan BUN, ureum, atau kreatinin di dalam serum merupakan uji faal ginjal yang paling sering dipakai, namun uji ini baru menunjukkan adanya kelainan pada saat ginjal sudah kehilangan 2 3 dari fungsinya Purnomo, 2012. Kreatinin adalah hasil dari katabolisme otot skeletal, diekskresikan oleh ginjal dan tidak terpengaruh oleh kondisi hidrasi seseorang. Oleh karena produksi kreatinin pada orang yang dalam keadaan aktif, setiap harinya relatif konstan, yakni lebih kurang 1 mgmenit pada orang dewasa, maka pemeriksaan ini cukup dipercaya sebagai uji pemeriksaan faal ginjal. Nilai kreatinin dipengaruhi oleh usia, besar atau volume massa otot, dan jenis kelamin. Pada orang yang berotot, nilai kreatinin lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak berotot, dan pada usia yang semakin tua, nilai kreatininnya semakin meningkat. Demikian pula pada lelaki, laju katabolisme otot relatif lebih tinggi daripada perempuan sehingga nilai kreatinin laki-laki lebih tinggi Purnomo, 2012. Pemeriksaan uji faal ginjal yang paling akurat adalah uji rerata laju filtrasi glomerulus atau glomerular filtration rate GFR. Cara pengukuran GFR yang paling tepat adalah dengan menginjeksikan beberapa senyawa, di antaranya inulin, beberapa radioisotop, 51 chromium-EDTA, 125 l-iothalamate, 99m Tc-DTPA, atau zat radiokontras iohexol. Namun teknik ini tidak praktis, perlu biaya mahal, butuh waktu lama, dan berpotensi menimbulkan efek samping. Pemeriksaan klirens bersihan kreatinin hampir mendekati GFR. Lebih kurang 80 nilai kreatinin adalah hasil dari filtrasi glomerulus atau sama dengan nilai GFR dan 20 merupakan nilai sekresi kreatinin oleh tubulus ginjal. Dalam menilai faal ginjal, pemeriksaan ini lebih peka daripada pemeriksaan kreatinin atau BUN. Kadar Universitas Sumatera Utara 14 klirens normal pada laki-laki dewasa adalah 80 – 120 mlmenit. Pada perempuan, nilai tersebut harus dikalikan dengan 0,85. Klirens kreatinin dihitung melalui rumus: K = �� � × 1,73 � , dimana K adalah nilai klirens kreatinin mlmenit, U adalah kadar kreatinin dalam urin mgdl, V adalah jumlah urin dalam 24 jam ml, P adalah kadar kreatinin dalam serum mddl, dan L adalah luas permukaan tubuh m 2 . Untuk memeriksa klirens kreatinin harus menampung urin selama 24 jam, hal ini seringkali sulit dikerjakan oleh pasien, kecuali mereka yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Dengan memperhitungkan harga kreatinin serum, usia pasien, berat badan, dan jenis kelamin, Cockroft dan Gault memperkenalkan formula untuk meramalkan harga klirens kreatinin tanpa harus memperhitungkan jumlah urin selama 24 jam Purnomo, 2012. Rumus untuk menghitung klirens kreatinin pada pria = 140 −���� ×�� 72 × ��������� ����� , sedangkan pada wanita = 140 −���� ×�� 72 × ��������� ����� × 0,85 , dimana usianya dalam tahun dan BB merupakan berat badan dalam kilogram. Namun perlu diperhatikan bahwa persamaan tersebut kurang akurat memperkirakan GFR jika: 1. pasien terlalu banyak mengonsumsi protein, bahan nabati vegetarian, atau sedang menggunakan suplemen keratin atau asam amino. 2. berat badan pasien terlalu kurus atau gemuk 3. pasien mengalami gangguan otot, misalnya otot terlalu besar 4. pasien yang tergantung dialisis atau menderita gagal ginjal akut Nasution, et al., 2003. Universitas Sumatera Utara 15

2.4 Penyesuaian Dosis Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik