Karakteristik Isolat Khamir dari Nira, Tuak dan Laru Asal Pulau Nias

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Isolat Khamir dari Nira, Tuak dan Laru Asal Pulau Nias

Isolasi khamir dari nira dan tuak didapatkan 4 isolat khamir berbeda yang diinkubasi menggunakan media Glucose Yeast Pepton Agar GYPA, sedangkan isolasi khamir dari laru didapatkan 3 isolat khamir berbeda yang diinkubasi dengan menggunakan enrichment media. Tujuh isolat khamir menunjukkan karakteristik morfologi dan karakteristik mikroskopis yang berbeda-beda seperti ditunjukkan oleh tabel berikut : Tabel 1. Karakteristik morfologi khamir yang diisolasi dari nira, tuak dan laru asal Pulau Nias Kode Isolat Morfologi Koloni Tekstur Permukaan Tepi Elevasi Warna PN 1 Berbutir Halus Rata Cembung Putih Kekuningan PN 2 Berbutir Halus Rata Cembung Putih Kekuningan PN 3 Berbutir Halus Bergelombang Cembung Putih Kekuningan PN 4 Berbutir Halus Rata Cembung Putih Kekuningan PN 5 Bermembran Berlipat Berhifa Terangkat Putih Kekuningan PN 6 Bermembran Berlipat Berhifa Terangkat Putih Kekuningan PN 7 Bermembran Berlipat Berhifa Terangkat Putih kekuningan Keterangan: PN = Pulau Nias Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat 4 isolat khamir dengan bentuk berbutir dan 3 isolat bakteri dengan bentuk bermembran. Terdapat 4 isolat khamir dengan permukaan halus dan 3 isolat khamir dengan permukaan berlipat. Terdapat 3 isolat khamir dengan tepi rata, 1 isolat khamir dengan tepi bergelombang dan 3 isolat khamir dengan tepi berhifa. Terdapat 4 isolat khamir dengan elevasi cembung dan 3 isolat khamir dengan elevasi terangkat. Keseluruhan isolat memiliki warna putih kekuningan. Universitas Sumatera Utara Isolat khamir yang telah dikarakterisasi berdasarkan morfologinya kemudian dikarakterisasi secara mikroskopis Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik mikroskopik khamir yang diisolasi dari nira, tuak dan laru asal Pulau Nias Kode Isolat Bentuk Sel Tipe Pertunasan Bentuk dan Jumlah Askospora Pseudohifa Hifa PN1 Subglobose, Ovoidal Multilateral Globose 2-4 Pseudohifa PN2 Ovoidal Multilateral Globose 1-2 - PN3 Ovoidal Silinder Multilateral Globose 2-3 Pseudohifa PN4 Ovoidal Multilateral Globose 2-3 - PN5 Subglobose, Ovoidal Multilateral Globose 1 Hifa PN6 Ovoidal Multilateral Sperichal 1 Hifa PN7 Ovoidal Multilateral - Hifa Berdasarkan hasil pengamatan karakteristik mikroskopis menunjukkan karakteristik yang berbeda. Bentuk sel isolat khamir bervariasi yaitu subglobose, ovoidal dan silinder. Khamir juga mempunyai variasi bentuk sel seperti globose, oval, subglobose, ellipsoid, dan sausage Hawksworth et al., 1995. Setelah 2 minggu diinkubasikan pada media Yeast-Malt Extract Agar YMEA, 7 isolat tidak membentuk pigmen, dan berwarna putih kekuningan. Menurut Spencer dan Spencer 1997, hampir 90 khamir mempunyai penampakan morfologi putih kekuningan. Keseluruhan isolat khamir memiliki jenis pertunasan multilateral. Sebagian besar isolat khamir memiliki bentuk askospora globose dengan jumlah yang sangat bervariasi, tetapi isolat PN6 memiliki bentuk sperichal. Berdasarkan jenis hifa, terdapat 2 isolat khamir yang membentuk pseudohifa, sedangkan 3 isolat khamir membentuk hifa sejati, dan 2 isolat khamir tidak memiliki keduanya. Gambar karakteristik mikroskopik masing-masing isolat khamir dapat dilihat pada Gambar 1. Pengamatan pembentukan askospora memperlihatkan bahwa ke-7 isolat membentuk askospora selama proses perkembangbiakannya. Ciri tersebut menguatkan bahwa isolat khamir yang diteliti merupakan anggota dari kelompok Universitas Sumatera Utara khamir perfekti, yaitu khamir yang dapat melakukan perkembangbiakan secara seksual dan aseksual, yaitu dengan cara membentuk tunas budding. Pengamatan siklus seksual khamir merupakan salah satu kunci identifikasi yang cukup penting dalam membedakan khamir seksual dan aseksual, oleh sebab itu banyak media dan metode yang dikembangkan untuk merangsang pembentukan askospora. Gambar 1. Hasil pengamatan morfologi khamir secara mikroskopis dengan mikroskop cahaya perbesaran 1000x ASel Khamir; BAskospora; CPseudohifa; DPertunasan Multilateral; EHifa; FHifa; GSel Khamir Tanpa Askospora Berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh Kawado et al., 1992 kemampuan khamir untuk membentuk askospora dapat hilang apabila khamir disimpan dalam waktu yang cukup lama. Kawado et al., 1992 telah berhasil mengembangkan media pembentukan spora yang diperkaya dengan glutathione, dimana zat tersebut berfungsi untuk merangsang aktivitas enzim glikolitik yang berlanjut dengan meningkatnya sintesis glutathionthiol ester pada khamir yang ditumbuhkan pada media tersebut. Kecenderungan beberapa strain khamir membentuk rangkaian sel menghasilkan formasi pseudohifa yang didefinisikan sebagai suatu filamen yang tersusun oleh rangkaian sel khamir dan dibentuk selama proses pertunasan budding. Beberapa khamir memiliki septat sejati yang kemudian tumbuh dan bercabang membentuk hifa. Perbedaan mendasar antara hifa dan pseudohifa yaitu, hifa memiliki septa yang lurus dan pada umumnya berdiferensiasi dari tepi vakuola sedangkan pseudohifa tidak memiliki septa, ujung interkalarnya membelok dan tidak bias Kurtzman et al., 2011. F F E D C B A PN1 PN2 PN3 PN4 PN5 PN6 PN7 G Universitas Sumatera Utara

4.2 Uji Toleransi Khamir Terhadap Etanol