BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Isolasi khamir dari nira, tuak dan laru asal Pulau Nias diperoleh 7 isolat khamir. Dua isolat khamir dengan toleransi paling tinggi terhadap etanol yaitu
PN1 dan PN2 digunakan untuk memfermentasi limbah kupasan kentang, limbah singkong dan talas menghasilkan bioetanol. Bioetanol paling banyak secara
berturut-turut dihasilkan oleh isolat PN1 dan PN2 pada medium fermentasi mengandung limbah kupasan talas dengan kadar bioetanol 0,64 dan 0,60.
Efisiensi fermentasi isolat PN1 dan PN2 pada medium fermentasi tersebut tergolong tinggi yaitu 83,74 dan 81,03.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengidentifikasi jenis khamir yang potensial serta mengoptimalkan potensi khamir dalam menghasilkan
bioetanol dengan melakukan karakterisasi terhadap isolat khamir menggunakan parameter pengaruh konsentrasi gula awal medium fermentasi, pengaruh waktu
inkubasi, pengaruh temperatur, pengaruh pH medium fermentasi dan pengaruh massa khamir yang digunakan terhadap produksi bioetanol.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Khamir yeast
Khamir merupakan jamur mikroskopis, eukariotik dan uniseluler. Ukuran sel khamir pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan sel bakteri. Khamir
memiliki dua mekanisme reproduksi yaitu reproduksi seksual dan aseksual. Semua khamir dapat berkembang biak secara aseksual, tetapi tidak semua khamir
dapat melakukan reproduksi seksual. Khamir yang hanya dapat bereproduksi secara aseksual masuk dalam kelas Deuteromycetes atau jamur imperfecti Volk
et al., 1971.
Khamir melakukan reproduksi aseksual dengan cara bertunas budding, pembelahan langsung atau dengan hifa. Sebagian besar khamir melakukan
reproduksi seksual dengan membentuk asci, yang mengandung askospora haploid dengan jumlah bervariasi antara satu hingga delapan askospora. Askospora dapat
menyatu dengan nukleus dan membelah seiring dengan pembelahan vegetatif, tetapi beberapa khamir memiliki askospora yang menyatu dengan askospora lain
Schneiter, 2004. Khamir dapat ditemukan pada berbagai tempat di lingkungan terutama
substrat yang kaya gula. Khamir telah berhasil diisolasi dari daun, bunga, buah- buahan, biji-bijian, serangga, kotoran hewan dan tanah Spencer and Spencer,
1997. Khamir dari kelompok Saccharomycetales terdapat pada kulit kayu pohon tertentu dan juga pada buah-buahan serta lingkungan dengan kadar gula yang
tinggi seperti nektar dan nira Sampaio et al., 2008. Khamir memiliki manfaat
yang penting dalam perkembangan bioteknologi. Isolasi dan identifikasi dari total perkiraan keanekaragaman khamir
di dunia baru dilakukan sekitar 1. Diantara 89 genera khamir yang pernah terdaftar dalam monograf khamir, sebanyak 37 genera atau 42 ditemukan di
Indonesia. Hal ini mengindikasikan eksplorasi khamir masih sangat jarang dilakukan, sedangkan Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya
keanekaragaman khamirnya Kurtzman et al., 2006.
Universitas Sumatera Utara
Saccharomyces cerevisiae merupakan salah satu jenis khamir yang telah
dikenal secara luas dan banyak dimanfaatkan terutama dalam proses fermentasi. Organisme ini sudah sejak lama digunakan memfermentasikan gula dari beras,
gandum, gerst dan jagung untuk memproduksi minuman beralkohol dan juga digunakan oleh industri makanan sebagai pengembang adonan roti. Proses
fermentasi yang dilakukan khamir menghasilkan gas karbondioksida dan etanol. Karbondioksida terperangkap di dalam gelembung-gelembung kecil sehingga roti
dapat mengembang. Khamir sering diolah menjadi suplemen vitamin karena khamir mengandung 50 protein serta merupakan sumber vitamin B, niacin dan
asam folat yang sangat baik Schneiter, 2004. Saccharomyces cerevisiae
merupakan khamir yang sangat penting dalam bioindustri. Toleransinya terhadap etanol merupakan karakter yang menentukan
sehingga mikroorganisme ini dapat digunakan sebagai sumber biofermentasi. Toleransi yang tinggi terhadap etanol disebabkan komposisi lipid yang unik dari
membran plasmanya yang menyintesis lebih banyak ergosterol dibandingkan dengan kolesterol dan fosfolipid. Kolesterol dan fosfolipid mengandung residu
asam lemak tidak jenuh dalam proporsi yang sangat tinggi Ingram et al., 1984.
2.2 Nira