commit to user
119 Variabel-variabel yang akan diteliti pengaruhnya terhadap krisis, terlebih
dahulu di analisis pola dan pergerakannya, karena dibalik pergerakan data- data variabel terdapat informasi yang akan menjadi bahan analisis lanjutan
model peramalan krisis keuangan.
1. Variabel REER
Grafik 4.1. Data Pergerakan REER 1998:1 s.d 2008:12 – dalam persen
Sumber: data diolah
REER
6 .5
7 4
.2 7
2 .7
8 2
.7 6
5 .1
6 7
.9 8
5 .4
8 9
.0 8
2 .2
6 7
.7 5
1 .1
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
1 9
9 8
2 2
2 2
4 2
6 2
8
commit to user
120 Real effective exchange rate
adalah sebuah indeks yang dapat mengukur derajat kekuatan mata uang sebuah Negara terhadap beberapa
negara lainya yang merupakan mitra dagang dari negara tersebut Taggart dan Findlay, 1992: 315. Informasi yang dapat digali dari pergerakan REER
Real effective exchange rate yang pertama adalah menjelaskan hubungan antara internal balance yaitu, keseimbangan perdagangan barang-barang
non-traded goods barang-barang yang tidak dapat diperdagangkan jarak
jauh antar negara dan juga pelayanan jasa-jasa, kemudian dengan external balance
yaitu keseimbangan didalam neraca transaksi berjalan current account balance
dengan aliran masuk modal luar negeri. Berdasarkan grafik 4.1 dapat dilihat bahwa saat masa krisis tahun 1997-1998 REER
menurun jauh dari kisaran 100 persen, pada awal bulan REER berada dikisaran 51 persen, artinya rupiah telah mengalami depresiasi hampir
setengah dari nilai awalnya secara relative terhadap beberapa negara lain yang menjadi mitra dagangnya. Penyebabnya dapat dianalisis berdasarkan
terjadinya serangan spekulan yang kemudian menekan permintaan terhadap mata uang asing USD terhadap rupiah kemudian dampak lebih lanjut
adalah mengganggu keseimbangan dari neraca transaksi berjalan current account deterioration
, keseimbangan neraca transaksi berjalan digrafikkan oleh persamaan identitas berikut ini,
X – M = S + T – G –I ………………………….4.1 S adalah tabungan individu private saving dan T-G adalah tabungan
pemerintah dan keseimbangan neraca transaksi berjalan dilambangkan
commit to user
121 dengan X – M yaitu keseimbangan antara tabungan dan investasi negara
tersebut. Apabila nilai rupiah melemah REER yang terdepresiasi maka di satu sisi akan meningkatkan ekspor yang kemungkinan dapat meningkatkan
tabungan negara, namun pada kenyataannya pada saat krisis, walaupun harga barang ekspor Indonesia menjadi lebih kompetitif tetapi tidak diikuti
dengan kualitas barang dan suplai barang yang bagus, sehingga menjadi tidak efektif, bahkan tabungan negara pun tergerus karena terjadi rush di
sector perbankan. Paska krisis 1997, rupiah memang menemukan nilai keseimbangannya
yang baru, dapat dilihat melalui grafik 4.1 dari tahun 1998 di sekitar 50 kemudian meningkat menjadi didalam kisaran 80 antara tahun 2002
sampai 2008.
2. Variabel Ekspor