Pengukuran ketidakamanan kerja Ketidakamanan Kerja 1. Pengertian Ketidakamanan Kerja

Para peneliti telah secara tipikal mendefinisikan ketidakamanan kerja sebagai respon afektif terhadap pekerjaan dan berbagai tugas. Karyawan merespon secara afektif terhadap pekerjaan dalam hal bagaimana mereka mewakili secara kognitif atau merasakan pekerjaan- pekerjaan tersebut. Karena ketidakamanan kerja mewakili banyak dari persepsi mengenai kemungkinan terjadinya pekerjaan secara negatif, akan mungkin mempunyai efek yang negatif terhadap kepuasan kerja sebagai respon afektif yang paling utama terhadap pekerjaan.

2. Pengukuran ketidakamanan kerja

Ketidakamanan kerja pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Job Insecurity Scale yang dikembangkan oleh Susan J. Ashford, Chyntia Lee, dan Philip Bobko. Pengukuran dalam Job Insecurity Scale meliputi 5 komponen yang diambil dari model yang dikemukakan oleh Greenhalgh dan Rossenblatt dalam Ashford, Lee Bobko, 1989. Kelima komponen inilah yang juga digunakan dalam penelitian ini. Kelima komponen tersebut adalah: aPentingnya sifat-sifat pekerjaan, bKemungkinan berlanjutnya sifat-sifat pekerjaan, cPentingnya kemungkinan perubahan dalam pekerjaan, dKemungkinan perubahan dalam pekerjaan, dan eKetidakberdayaan. Dalam model mereka ketidakamanan kerja terbentuk secara multidimensional, yang terdiri dari 5 komponen. 4 komponen pertama oleh Greenhalgh dan Rossenblatt diberi label “ severity of threat “ atau tingkat ancaman yang dirasa, terhadap berlanjutnya situasi pekerjaan. Ancaman ini mungkin termasuk ancaman terhadap beberapa sifat dari pekerjaan atau terhadap pekerjaan secara keseluruhan. Komponen pertama dari bentuk ketidakamanan kerja adalah ancaman yang dirasa terhadap berbagai sifat pekerjaan, seperti kesempatan untuk promosi dan kebebasan untuk mengatur jadwal pekerjaan. Semakin banyak sifat pekerjaan yang oleh karyawan dirasakan dirasakan terancam, maka semakin besar pula ketidakamanan kerja. Komponen kedua dari ketidakamanan kerja adalah seberapa penting tiap-tiap sifat pekerjaan yang dirasakan oleh seseorang. Hal ini didasarkan oleh asumsi bahwa ancaman terhadap sifat pekerjaan yang dirasa penting oleh karyawan akan menimbulkan reaksi terhadap ketidakamanan kerja yang lebih besar daripada ancaman terhadap sifat pekerjaan yang dirasa kurang penting. Komponen ketiga adalah ancaman atas terjadinya berbagai kejadian yang akan menimbulkan efek yang negatif terhadap pekerjaan karyawan secara keseluruhan. Contohnya adalah diberhentikan atau dirumahkan untuk waktu singkat. Komponen keempat adalah tingkat kepentingan yang dirasakan oleh karyawan terhadap tiap-tiap kejadian yang mungkin dapat terjadi. Komponen kelima dari ketidakamanan kerja adalah ketidakberdayaan powerlessness. Greenhalgh dan Rossenblatt tidak secara eksplisit mendefinisikan ketidakberdayaan, akan tetapi mengarah pada kemampuan individual untuk mengkonter atau melawan ancaman- ancaman yang diidentifikasi pada keempat komponen sebelumnya. Orang yang memiliki kekuatan kemampuan untuk melawan ancaman mereka yang rendah tingkat ketidakberdayaan tidak akan mengalami banyak ketidakamanan kerja. Menurut formulasi teoritis Greenhalgh dan Rossenblatt untuk mengukur persepsi dari ketidakamanan kerja secara keseluruhan peneliti harus mengalikan nilai ketidakberdayaan dengan nilai ancaman yang didapatkan individu. Dalam model Greenhalgh dan Rossenblatt, komponen ketidakamanan kerja harus dikombinasikan sebagai berikut : Ketidakamanan kerja =[  pentingnya sifat pekerjaan  kemungkinan kehilangan sifat pekerjaan +  pentingnya kehilangan pekerjaan  kemungkinan kehilangan pekerjaan] ketidakberdayaan yang dirasa untuk melawan ancaman.

D. Penelitian terdahulu